Sabtu, 28 Juli 2012

Muslim Rohingnya

Suu Kyi Tak Bela Muslim Rohingya 


Yangoon – Pemimpin oposisi Myanmar Aung San Suu Kyi dikritik oleh pendukungnya sendiri karena ikon demokrasi itu enggan membuat pernyataan sehubungan dengan penindasan yang dilakukan militer terhadap etnis Rohingya.

Kelompok aktivis yang mendukung Suu Kyi menuduh ikon HAM itu berdiam diri terhadap isu kemanusiaan dan perlakukan buruk oleh tentara pemerintah terhadap etnis Rohingya. PBB menganggap Rohingya adalah etnis paling teraniaya di dunia.

Suu Kyi juga dikritik sengaja menghindar mengomentari isu yang telah berlangsung selama delapan minggu di negeri Rakhine, Myanmar barat. Ratusan orang dilaporkan tewas dan puluhan ribu lagi penduduk terpaksa mengungsi dari rumah mereka. Laporan lain menyatakan pihak militer memukul, mengancam dan membunuh etnis Rohingya.

Suu Kyi juga enggan mengkritik Presiden Thein Sein. Padahal tindakan mantan jenderal militer itu mendukung kebijakan yang mendorong terjadinya penghapusan etnis. Thein Sein mengatakan, sekitar 800.000 etnis Rohingya harus ditempatkan pada kamp pengungsi dan dikirim ke perbatasan Bangladesh.

Direktur Eksekutif Kampanye Myanmar-Inggris, Anna Roberts mengatakan, Suu Kyi berada dalam situasi sulit, namun orang banyak kecewa karena ia tidak menyatakan sikapnya berhubung isu Rohingya. "Suu Kyi melepaskan peluang untuk membangkitkan isu mengenai HAM," kata Brad Adams, Direktur Pemerhati HAM Asia.

Ketika ditanya tentang isu Rohingya, Suu Kyi dalam pernyataan kurang jelas menyatakan pentingnya 'menghormati kedaulatan hukum' atau hukum imigrasi perlu direformasi menjadi yang lebih jelas. Pendirian yang kabur itu, menunjukkan bahwa Suu Kyi menganggap etnis Rohingya Islam itu sebagai pendatang haram.

Pada ucapan pertamanya di Parlemen pada Rabu pekan ini, Suu Kyi menegaskan tentang pentingnya melindungi hak asasi kelompok minoritas yang lebih mengacu kepada kelompok penganut Buddha di Karen dan Shan.

Suu Kyi tidak menyebutkan kekerasan komunal bulan lalu di Myanmar bagian barat antara Rakhine yang beragama Buddha dan kaum Rohinya Muslim yang memangsa sedikitnya 78 orang tewas dan memicu tindak kerasan tentara pemerintah.

Peraih hadiah Nobel Perdamaian itu memang telah lama memperjuangkan hak-hak minoritas etnis, termasuk etnis Shan, Karen dan Kachin, tetapi dikritik oleh kelompok hak asasi karena tidak menjanjikan dukungan kuat untuk etnis Rohingya.

Kebanyakan orang menganggap Rohingya Myanmar dikembalikan saja ke Bangladesh. Diperkirakan 800.000 Rohingya hidup di negara bagian Rakhine di Myanmar dan setidaknya 200.000 lebih di Bangladesh. Mereka tidak diakui oleh kedua negara. [Dari berbagai kantor berita asing]