Minggu, 12 Mei 2013

Makam Syekh Domba


Keramat Makam Syekh Domba di Klaten, Jateng



Makam Syekh Domba sampai sekarang masih begitu dikeramatkan oleh banyak orang. Makam yang berada di pucuk bukit Cakaran di Dukuh Cakaran, Desa Paseban, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, ini tak jarang dikunjungi banyak orang untuk melakukan ritual dan ngalap berkah.

SEJARAH Syekh Domba tak bisa dilepaskan dengan kisah perjalanan Sunan Pandanaran (Bupati Semarang I) yang kini dimakamkan di atas bukit Jabalkat yang tak jauh dari keberadaan bukit tempat Syekh Domba dimakamkan. Syekh Domba sampai dimakamkan di bukit Cakaran diawali dari kisah sang bupati yang konon setelah bertaubat dan masuk Islam setelah disadarkan oleh Sunan Kalijaga. Sebagai wujud kepatuhan dan mendalami Islam, sang Bupati pun harus meninggalkan jabatan dan menuju Bayat, Klaten. Di Bayat inilah sang bupati akhirnya mendapat sebutan Sunan Pandanaran.

Sebagaimana kisahnya, dalam perjalanannya dari Semarang menuju Bayat, sang bupati yang disertai oleh isterinya tiba-tiba dicegat perampok sewaktu sampai di daerah Salatiga. Kedua perampok berhasil mengambil harta yang secara diam-diam dibawa oleh oleh isteri sang bupati yang ditempatkan di teken gading yang menyertai perjalanannya. Sementara Syekh Domba yang waktu itu bernama Ki Sambang Dalan mendekati sang Bupati untuk meminta harta yang lebih berharga. Karena sang Bupati tidak membawa harta dan Ki Sambang Dalan terus memintanya, sang Bupati akhirnya mengeluarkan kutukan kepada Ki Sambang Dalan. Perampok ini dikutuk wajahnya seperti kambing. Aneh bin ajaib, saat itulah wajah Ki Sambang Dalan berubah wujud menjadi kambing dan akhirnya bertaubat.

Ki Sambang Dalan yang akhirnya ikut sang Bupati dan masuk Islam kemudian diberi nama Syekh Domba. Tak hanya itu, sang Bupati yang kemudian berganti nama Sunan Pandanaran menjadikan Syekh Domba sebagai abdi kinasih dibanding murid lainnya. Ia diberi tugas menyiapkan air untuk wudlu dan lainnya serta azan di masjid yang dibangunnya. Karena kesaktian Syekh Domba, saat azan suaranya sampai di Demak dan didengar para wali. Selanjutnya, bukit tempat masjid itu dipotong oleh Sunan Kalijaga agar suara azannya tak sampai Demak.

Untuk menuju lokasi makam Syekh Domba memang cukup melelahkan. Lantaran untuk sampai di cungkup makam yang berada di atas bukit Cakaran, pengunjung harus melewati jalan setapak dan menanjak cukup tajam dengan jarak tempuh tak kurang 0,5 km. Meski kondisi jalan demikian, namun kenyataannya tak menyurutkan niat banyak orang untuk berziarah sekaligus tirakat di makam tersebut.

Mengapa makam Syekh Domba tidak berdekatan dengan makam Sunan Pandanaran, tiada lain terkait dengan sabda Sunan Pandanaran sendiri. Konon, Sunan Pandanaran telah menentukan makam untuk Syekh Domba sesuai petunjuk dari burung Merak klangenan-nya. ”Saat itu burung merak terbang ke sana ke mari dan akhirnya berhenti di atas bukit Cakaran. Anehnya, burung Merak itu setelah kakinya mencakar-cakar tanah di atas bukit Cakaran terus hilang. Nah tempat itu akhirnya dijadikan makam Syekh Domba,” tutur Sugiman.    

Juru kunci yang telah puluhan tahun merawat makam Syekh Domba ini mengungkapkan, banyak orang yang datang di makam Syekh Domba untuk melakukan ritual tertentu dan ngalap berkah. Seperti dari Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur sampai luar Jawa. ”Banyak di antara mereka yang terkabulkan keinginannya,” imbuhnya.

Dijelaskan pula, untuk menjalani ritual atau laku spiritual tertentu di makam Syekh Domba harus dilandasi beberapa persyaratan yang tak boleh ditinggalkan. Seperti harus percaya, sabar dan tidak gampang marah, mau prihatin, mau berusaha serta setelah terkabulkan keinginannya tak boleh berbuat neko-neko seperti medok atau mencari isteri lagi.

Sugiman menegaskan bahwa selama ini makam Syekh Domba tak pernah menunjukkan fenomena kegaiban yang menakutkan. Sebaliknya, cukup bersahabat dengan  pelaku spiritual. Toh kalau kadang-kadang muncul bayangan orang tua yang berpakaian seperti Pangeran Diponegoro atau wujud lebih muda kiranya wajar. ”Selama ini ada keyakinan jika terjadi fenomena gaib demikian, para pelaku ritual menganggap sebagai pertanda terkabulnya permohonan,” pungkasnya. IRUL SB






0 komentar:

Posting Komentar

silahkan komentar melalui emai
sialahkan saja melakukan demonstrasi, akan tetapi gunakanlah dengan cara-cara damai dan jangan sampai memacetkan jalan raya yang merugikan masyarakat