Selasa, 22 November 2016

Gempa Bumi dalam Pandangan Ilmuwan Islam


Gempa Bumi Dalam Pandangan Iimuwan Muslim

Baru-baru ini Indonesia wilayah Jawa Timur diguncang dengan gempa bumi.  Meskipun tidak ada korban jiwa dan kerusakan rumah yang cukup banyak. Tapi  hal itu merupakan pertanda peringatan kepada kita sebagai umat manusia. Mungkin telah banyak dosa.
Beberapa sejarawan mengatakan, setelah abad ke-10 dan ke-11 teori para
ilmuwan Muslim tentang penyebab gempa lebih menekankan pada sisi religius. Mereka berpikir bahwa gempa merupakan fenomena alam yang telah ditetapkan Tuhan. Namun, pendapat lain mengemuka, para ilmuwan Muslim mengadopsi filsafat logika dan fisik, untuk menjelaskan penyebab terjadinya gempa bumi sejak abad ke-10.
Salah satu ilmuwan dan seorang dokter dari umat muslim yaitu Ibnu Sina, ia menyapaikan pemikirannya tentang gempa bumi. Ia mengutip beberapa pemikiran tentang gempa bumi yang berasal dari para ilmuwan Yunani, ia mengutip gempa bumi terjadi karena tekanan gas yang tersimpan di dalam bumi berusaha keluar dari bumi.
Namun, ia tidak sepenuhnya sependapat dengan pandangan para ilmuwan Yunani tersebut. Ia menentang dengan memberikan penjelasan dengan teoriya sendiri dan mengembangkan teorinya sendiri. Ibnu Sina mengungkapkan, gempa terkait dengan tekanan besar yang terperangkap dalam rongga udara yang ada di dalam bumi. Tekanan ini, bisa datang dari air yang masuk ke dalam rongga bumi dan menghacurkan sejumlah bagian bumi.
Dalam esainya, Ibnu Sina memberikan sebuah pemikiran untuk mengurangi dampak gempak terjadinya gempa bumi dengan membuat sumur agar tekanan gas di dalam tanah menurun. Sehingga getaran akibat gempa bumi berkurang.
Kelima, dalam  surat ke 17 ayat 58. Yang artinya : Tak ada suatu negeripun (yang durhaka penduduknya), melainkan Kami membinasakannya sebelum hari kiamat atau Kami azab (penduduknya) dengan azab yang sangat keras. Oleh karena itu, marilah kita tingkatkan  ketaqwaan  kepada Allah dan jauhi kemaksiyatan. Biar Allah menjauhkan dari gempa bumi. Karena gempa bumi itu sebenarnya merupakan peringatan  dari Allah kepada umat manusia.  
Sementara dalam  ayat Al – Quran tentang gempa  telah dijelaskan oleh Allah SWT di dalam Al – Quran. Pertama,    Q.S. Al – An’aam (65)  Yang artinya : Katakanlah: " Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepadamu, dari atas kamu atau dari bawah kakimu atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebahagian kamu keganasan sebahagian yang lain. Perhatikanlah, betapa Kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami silih berganti agar mereka memahami(nya)."
Kedua, dalam     Q.S. Al – A’raaf (155). Yang artinya : Dan Musa memilih tujuh puluh orang dari kaumnya untuk (memohonkan taubat kepada Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan. Maka ketika mereka digoncang gempa bumi, Musa berkata: "Ya Tuhanku, kalau Engkau kehendaki, tentulah Engkau membinasakan mereka dan aku sebelum ini. Apakah Engkau membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang kurang akal di antara kami? Itu hanyalah cobaan dari Engkau, Engkau sesatkan dengan cobaan itu siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau beri petunjuk kepada siapa yang Engkau kehendaki. Engkaulah Yang memimpin kami, maka ampunilah kami dan berilah kami rahmat dan Engkaulah Pemberi ampun yang sebaik-baiknya."
Ketiga, dalam  Q.S Al 'Ankabuut (37). Yang artinya :  Maka mereka mendustakan Syu'aib, lalu mereka ditimpa gempa yang dahsyat, dan jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di tempat-tempat tinggal mereka.
Keempat,  dalam  Q.S. Al – Israa’ (16). Yang artinya: Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.
Sejumlah ilmuwan lain dalam periode klasik Islam yang menulis tentang gempa bumi, antara lain, Al-Biruni, Ibnu Rusyd, Jabir bin Hayyan. Mereka membahas gempa bumi dalam buku yang mereka tulis dalam bidang meteorologi, geografi, dan geologi.HUSNU MUFID

Syekh Abu Ali Al-Hussain Ibn Abdallah:


Syekh Abu Ali Al-Hussain Ibn Abdallah:

Memiliki Kedudukan Tinggi di Bidang Ilmu Logika

Sejak muda, Abu Ali Al-Hussain Ibn Abdallah sudah mampu menguasai berbagai ilmu pengetahuan yang berasal dari Yunani. Ia merupakan tokoh  ahli logika. Juga menguasai ilmu agama Islam. Dalam perkembangannya menjadi seorang ulama, yang mewarnai perkembangan filsafat Islam.. Siapa dia sesungguhnya?
Syekh  Abu Ali Al Hussain Ibn Abdallah  dilahirkan pada tahun 370 Hijrah bersamaan dengan 980 Masehi di Iran. Sejak kecil hingga dewasa memang suka mengaji berbagai ilmu pengetahuan di Bukharah, Iran seperti bidang bahasa dan sastra. Juga mempelajari  ilmu-ilmu lain, yaitu  geometri, logika, matematika, dan sains. Meski demikian, tidak melupakan untuk belajar ilmu agama Islam. 
Penguasaannya dalam pelbagai bidang ilmu itu telah menjadikannya seorang tokoh sarjana yang serba bisa. Ia tidak sekadar menguasainya.Tapi juga berjaya mencapai tahap puncak (zenith), yaitu kecemerlangan tertinggi dalam bidang ilmu yang dipelajari.
Di samping itu, tokoh ini menduduki kedudukan yang tinggi dalam bidang ilmu logika, sehingga digelar guru ketiga. Dalam bidang penulisan, Abu Ali Al Hussein Ibnu Abdallah telah menghasilkan ratusan karya termasuk kumpulan risalah yang mengandungi hasil sastra kreatif.
Ia  juga merupakan seorang ahli falsafah yang terkenal.
Pernah menulis sebuah buku berjudul “An-Najah” yang membicarakan persoalan falsafah. Pemikiran falsafahnya banyak dipengaruhi oleh aliran falsafah al-Farabi, yang telah menghidupkan pemikiran Aristotle. Oleh sebab itu, pandangannya banyak dipengaruhi oleh asas dan teori perubatan Yunani, khususnya Hippocrates.
Ia berpendapat, bahwa matematika boleh digunakan untuk mengenal Tuhan. Pandangan yang sama pernah dikemukakan oleh ahli falsafah Yunani seperti Pythagoras untuk menguraikan mengenai sesuatu kejadian. Bagi Pythagoras, sesuatu barangan mempunyai angka-angka dan angka itu berkuasa di alam ini.
Walau apa pun pandangan yang dikemukakan, sumbangannya dalam perkembangan falsafah Islam tidak mungkin dapat dinafikkan. Bahkan, ia boleh dianggap sebagai orang yang bertanggungjawab menyusun ilmu falsafah dan sains dalam Islam. Kini  pemikiran-pemikirannya yang tertuang dalam kitabnya, banyak dipelajari oleh ilmuwan di berbagai negara di dunia. HUSNU MUFID
Tetapi tidaklah wajib segala yang wujud itu datang daripada Wajib al-Wujud. Sebab, Dia berkehendak bukan mengikut kehendak. Walau bagaimanapun, tidak menjadi halangan bagi Wajib al-Wujud untuk melimpahkan atau menerbitkan segala yang wujud karena kesempurnaan dan ketinggian-Nya.
Pemikiran falsafah dan konsep ketuhanannya telah ditulisnya dalam bab "Himah Ilahiyyah" dalam fasal "Tentang adanya susunan akal dan nufus langit dan jirim atasan. Pemikirannya ini telah mencetuskan kontroversi dan telah disifatkan sebagai satu percobaan untuk membahaskan zat Allah. Al-Ghazali telah menulis sebuah buku yang berjudul Tahafat al'Falasifah (Tidak Ada Kesinambungan Dalam Pemikiran Ahli Falsafah) untuk membahaskan pemikirannya.
Antara sanggahan  yang diutarakan oleh al-Ghazali ialah penyangkalan terhadap kepercayaan dalam keabadian planet bumi, penyangkalan terhadap penafikkannya mengenai pembangkitan jasad manusia dengan perasaan kebahagiaan dan kesengsaraan di surga maupun neraka.
Berdasarkan pandangan itu, Imam al-Ghazali telah menyifatkan fahamnya sebagai sesat dan lebih merusakkan daripada kepercayaan Yahudi dan Nasrani. Sebenarnya, ia  tidak pernah menolak kekuasaan Tuhan. Dalam buku “An-Najah”,  menyatakan bahwa pencipta yang dinamakan sebagai "Wajib al-Wujud" ialah satu. Dia tidak berbentuk dan tidak boleh dibagikan dengan apa-apa cara sekalipun. Menurutnya, segala yang wujud (mumkin al-wujud) terbit daripada "Wajib al-Wujud" yang tidak ada permulaan.

Klenteng Hok An Kiong Surabaya



Mengungkap Keberadaan Klenteng Hok An Kiong
Surabaya
Untuk Sembayang Pedagang yang Baru Datang dari Tiongkok
Kehadiran Klenteng Hok An Kiong menjadi saksi sejarah bahwa peradaban bangsa Tionghoa di Indonesia sudah cukup lama. Jauh sebelum negara ini ada, orang Cina sudah ikut andil dalam membangun peradapan Nusantara. Khususnya membangun klenteng sebagai tempat ibadah.
Jauh sebelum bangsa kulit putih datang di Nusantara, bangsa Cina sudah menjejakkan kaki di Nusantara. Tak hanya di sepanjang Pulau Sumatra, mereka pun menjejakkan kaki di Pulau Jawa. Tersebar di berbagai daerah. Selain berdagang, mereka juga menikah dengan masyarakat Jawa.
Cukup banyak kampung Cina di Pulau Jawa, termasuk di Surabaya. Sama seperti masyarakat India perantau. Setiap merantau mereka mendirikan tempat ibadah, yaitu kuil. Begitu pula masyarakat Cina, mendirikan klenteng. Salah satu klenteng tertua di Kota Surabaya bernama Hok An Kiong, berada di Jalan Coklat No. 2, Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur.
Dulunya klenteng ini bernama Klenteng Suka Loka, tetapi sekarang berubah nama menjadi Klenteng Hok An Kiong. Singkat cerita, klenteng ini didirikan tahun 1830 oleh Hok Kian Kong Tik, pada mulanya dipergunakan sebagai tempat perkumpulan suku Hakka (1805). Klenteng yang satu ini terkait erat dengan Dewa Makco Poo. Ada 23 kegiatan ritual yang sering dilaksanakan di klenteng ini, seperti sembahyang Toa Pek Kong, kenaikan Nabi Konghucu, kenaikan Kong Ttik Cun Ong, perayaan tahun baru Imlek, dan lain-lain.
Pada saat ini, oleh masyarakat setempat, Klenteng Hok An Kiong disebut Klenteng Coklat. Bukan karena terbuat dari bahan cokelat, tetapi tempat ibadah tertua di Kota Pahlawan ini berada di Jalan Coklat yang masih berada dalam wilayah Kampung Cina atau Pecinan, dalam bahasa Inggris disebut China Town. Kampung Cina adalah sebuah lokasi tempat warga keturunan Tionghoa hidup sekaligus menjalankan berbagai aktivitas.
Dalam cacatan sejarah, klenteng ini didirikan pada 1830 oleh Hok Kian Kong Tik, yaitu perkumpulan saudagar Tionghoa asal Hok Kian. Saat itu mereka merasa iba melihat anak buah kapal tongkang beristirahat seadanya. Lalu, perkumpulan tersebut berinisiatif membangun sebuah tempat yang layak bagi awak kapal.
Pembangunan klenteng didanai Ong Pan Liong, Mayor The Boen Hie, Mayor The Thwan Ing, Tjhoa Sin Hie, Letnan Tan Tjien Oen, Tjia Tjian Tiong, dan saudagar lainnya. Jauh sebelum klenteng ada, lahan di daerah tersebut merupakan tanah lapang yang ditumbuhi rerumputan. Tanah lapang tersebut kerap digunakan sebagai tempat menetap sementara, atau persinggahan anak buah dari perahu-perahu tongkang yang datang dari Tiongkok.
Waktu itu memang banyak saudagar Tionghoa yang datang ke Surabaya. Umumnya, mereka datang membawa patung Ma Cou alias Ma Cou Po alias Thian Hou alias Thian Siang Seng Bo adalah dewi pelindung para pelaut dan nelayan, untuk disembahyangi di lokasi persinggahan. Dan klenteng ini dibangun buat menghormatinya.
Patung Dewi Ma Cou Po berdiri di pilar utama, berada di antara 22 patung. Altar-altar lain yang ada di klenteng adalah altar seorang jenderal. Atas kesetiaan dan kejujurannya, sang jenderal disucikan lalu dinobatkan menjadi dewa.
Dalam pembangunan klenteng, para juragan kapal mendatangkan langsung insinyur dari Tiongkok, termasuk bahan-bahan bangunan. Awalnya klenteng dimanfaatkan sebagai tempat menginap sementara bagi para pendatang dari Tiongkok. Lama-kelamaan dirasa perlu ada klenteng bagi mereka untuk beribadah.
Klenteng Coklat
Klenteng tersebut tidak beda dengan klenteng lain, identik sama warna terang dan mencolok yang didominasi merah, kuning, dan hijau. Di bagian depan terdapat tempat dupa buat ritual sembahyang. Ketika melangkah masuk ke dalam klenteng, aroma dupa sangat kental. Ada yang mengatakan, Klenteng Hok An Kiong termasuk unik. Biasanya arah klenteng yang berdiri dekat sungai menghadap ke sungai. Tetapi Klenteng Hok An Kiong malah menyampingi sungai.
Di masa-masa awal, Pecinan di Surabaya muncul di Jalan Tepekong (kini Jalan Coklat). Masyarakat menyebutnya sebagai Klenteng Coklat. Kehadiran Klenteng Hok An Kiong menjadi bukti nyata bahwa di kawasan Jalan Coklat merupakan awal berdirinya Kampung Cina. Tak jauh dari Jalan Coklat terdapat Jalan Teh.
Kenapa dinamakan Jalan Teh? Karena daerah (jalan) tersebut dulu merupakan pusat perdagangan teh. Salah seorang pedagang sekitar menerangkan bahwa dulu jalan ini pusat perdagangan teh yang dikelola oleh orang Cina. Dari sini teh dikirim ke berbagai daerah, termasuk dikirim ke Eropa yang dibawa oleh kolonial Belanda.
“Selain sebagai tempat tinggal, Pecinan merupakan pusat perdagangan orang Cina. Sekarang, fungsi Pecinan sebagai pusat bisnis sudah tidak sebesar dulu. Beberapa bagian sudah beralih fungsi menjadi tempat wisata,” terang On Ling, ibu tengah baya yang berdagang kopi di tepian Jalan Coklat.
Di sekitar klenteng masih banyak berdiri bangunan-bangunan kuno bergaya arsitektur Cina, dengan ciri atap lengkung, dalam arsitektur Cina, disebut atap pelana sejajar gavel. Kahadiran bangunan-bangunan Cina tempo dulu menjadi daya tarik tersendiri. Terutama bagi penggemar wisata kota tua.
Tak jauh dari klenteng terdapat beberapa rumah abu, di antaranya rumah abu keluarga Han yang bangunan rumahnya masih kuno. Meski bernama rumah abu, tetapi rumah abu tersebut tidak lagi menyimpan abu orang yang sudah meninggal. Yang ada hanya kayu-kayu simbolis, disebut sinci atau papan arwah yang ditulis dalam bahasa Tiongkok. Tentang nama-nama leluhur marga keluarga Han yang telah meninggal. Sejak awal berdiri, Klenteng Hok An Kiong tidak mengalami perubahan. Semuanya dibiarkan seperti sedia kala. Begitu pula patung-patung dewa yang ada dalam klenteng. Tujuannya menjaga keaslian.
Mantra Jaya, penjaga klenteng menerangkan, klenteng itu sampai sekarang masih digunakan buat sembahyang. Setiap hari selalu ada yang datang sembahyang. Sembahyang di klenteng sudah menjadi bagian kehidupan orang Cina. Mereka tidak bisa lepas dari ritual ini.
Apalagi hari libur, klenteng selalu ramai. Dari sini mereka tahu sejarah peradapan orang Cina di Surabaya, termasuk asal-usul orang Cina sampai tinggal di Surabaya. Sama seperti klenteng lainnya. Menjelang tahun baru Implek, Klenteng Hok An Kiong berbenah. Seluruh bangunan dicat ulang, patung-patung dewa diturunkan dan dibersihkan. Cahya
Selain untuk sembahyang, klenteng sudah menjadi situs bersejarah. Setiap hari selalu ada wisatawan dalam dan luar negeri datang berkunjung.

Sunan Gunung Jati




Kisah Sunan Gunung Jati Berdakwah di Kerajaan Dinasti Ming Cina
Membuka Praktek Pengobatan dengan Mahar Shalat 5 Waktu
Sunan Gunung Jati merupakan seorang pemuda yang suka pergi ke negeri orang. Kala itu negeri yang sangat maju adalah negeri Cina. Kemudian ia menuju  ke negeri tersebut  sekitar tahun 1479. Tujuannya ingin mendapatkan pengalaman diberbagai bidang di  kerajaan Dinasti Ming. Sehingga nantinya akan diterapkan di Kesultanan yang dipimpinnya di Cirebon. Bagaimanakah setelah berada di kerajaan Dinasti Ming. Berikut ini kisahnya.
Sesampainya di kerajaan Dinasti  Ming, Sunan Gunung Jati membuka praktek pengobatan. Tapi pasiennya tidak dikenai biaya mahal. Mahar yang diberikan seikhlasnya.Karena tujuannya memang membantu orang yang sakit. Ada satu persyaratan yang harus dipenuhi  pasien. Yaitu setelah diobati  melakukan shalat 5 waktu.  
Alasan seorang pasien harus shalat. Karena pada setiap gerakan fisik dari ibadah Sholat sebenarnya merupakan gerakan ringan dari terapi pijat atau akupuntur, terutama bila seseorang mau mendirikan Sholat dengan baik, benar lengkap dengan amalan sunah dan tuma’ninahnya. Sarannya itu memang terbukti kebenarannya. Yaitu setelah mengerjakan sholat mereka sembuh.
Hal inilah yang menjadikan semakin banyak masyarakat Cina yang berobat kepada Sunan Gunung Jati. Sehingga namanya makin terkenal, beliau dianggap sebagai sinshe yang berkepandaian tinggi terdengar oleh kaisar. Semakin lama banyak yang tersembuhkan akhirnya namanya menjadi terkenal di seluruh daratan kerajaan Dinasti Ming. Kemudian masyarakat memberi gelar dengan sebutan Maulana Insanul Kamil.
Di negeri kerajaan Dinasti Ming bukan hanya rakyat kecil yang mengenal, melainkan tokoh terkenal tentara beragama Islam  Jenderal Ceng Ho dan sekretaris kerajaan bernama Ma Huan, serta Feis Hsin mengenalnya. Ketiga tokoh tersebut berjanji jika ke Cirebon nantinya akan singgah ke Kesultanan Cirebon.
Kehebatan  dalam menyembuhkan  masyarakat yang  sakit menjadikan Kaesar Hong Gie penasaran dan ingin mencoba kehebatannya. Oleh karena itu, Sunan Gunung Jati dipanggil keistana untuk diuji  kepandaiannya. Karena dianggap  sebagai tabib pasti dapat mengetahui mana seorang yang hamil muda atau belum hamil.
Saat berada di istana kerajaan, Sunan Gunung Jati dihadapkan dua orang putrid kaesar yang cantik. Dua orang puteri kaisar disuruh maju. Seorang diantara mereka sudah bersuami dan sedang hamil muda atau baru dua bulan. Sedang yang seorang lagi masih perawan namun perutnya diganjal dengan bantal sehingga nampak seperti orang hamil bernama putri Ong Tien. Sementara yang benar-benar hamil perutnya masih kelihatan kecil sehingga nampak seperti orang yang belum hamil.
Dalam keheningan suasana Kaesar Hong Gie bertana kepada Sunan Gunung Jati. “Hai raja dari Jawa, coba tebah mana diantara dua puteriku yang hamil? kata kaisar. Sunan Gunung Jati tidak menjawab langsung. Mukanya ditundukkan ke bawah. Sambil minta pertolongan kepada Allah agar dapat menjawab.
Diamnya  Sunan Gunung Jati menjadikan Kaesar Hong Gia  meragukan  kemampuan raja dari Cirebon itu. Kemudian berkata, bias menebak atau tidak ?  Sunan Gunung Jati langsung menjawab dengan kata yang pelan sambil menunjuk kearah  puteri Ong Tien yang masih Perawan. Kaisar Hong Gie langsung mengangap  tebakan Sunan Gunung jati meleset. Suasana ruangan istana berubah  menjadi ramai. Karena  kaesar dan para undangan yang hadir tertawa. Termasuk dua orang putrid kerajaan itu.
Putri Kaisar Hong Gie
Ditengah-tengah tertawa terbahak-bahak yang mengandung ledekan. Tiba-tiba  puteri Ong Tien menjerit keras dan kedua tangannya memegang perutnya. Bantal yang ada dipantatnya hilang tak berbekas. Putri Ong Tien berkata kepada ayahnya kalau dirinya hamil sungguhan. Suara tawa  seketika itu hilang berganti kesedihan dan takjub.
Melihat kondisi seperti itu, maka Sunan Gunung Jati pamit pulang dan meninggalkan negeri Dinasti Ming  menuju Cirebon dengan naik kapal. Kepergiannya menjadikan puteri Ong Tien bersedih. Diam-diam ia menaruh cinta kepada Sunan Gunung Jati, maka minta kepada ayahnya agar diperbolehkan menyusul ke pulau Jawa.
Kekerasana hati Kaisar Hong Gie akhirnya luluh setelah melihat  putrid Ong Tien menangis  dan bersedih selama satu bulan. Kemudian mengijinkan puterinya menyusul Sunan Gunung Jati ke pulau Jawa. Puteri Ong Tien dibekali harta benda dan barang-barang berharga lainnya seperti bokor, guci emas dan permata.  Sebagian besar barang-barang peninggalan puteri Ong Tien yang dibawa dari negeri Cina itu sampai sekarang masih ada dan tersimpan di tempat yang aman. Istana dan Mesjid Cirebon kemudian dihiasi lagi dengan motif-motif hiasan dinding dari negeri Cina.
Selain itu, puteri cantik itu dikawal oleh tiga orang pembesar kerajaan yaitu Pai Li Bang seorang menteri negara. Lie Guan Chang dan Lie Guan Hien. Pai Li Bang adalah salah seorang murid Sunan Gunung Jati tatkala beliau berdakwah di Cina. Dari Cina tidak langsung menuju ke Cirebon, melainkan singgah di kadipaten Sriwijaya yang waktua itu penguasanya adalah Arya Damar putra Prabu Brawijaya V  kerajaan Majapahit. . Begitu mereka datang para penduduk menyambutnya dengan meriah sekali.
Sedangkan puteri Ong Tien meneruskan pelayarannya hingga ke Cirebon menemui  Sunan Gunung Jati saat itu berada di Luragung  Beberapa hari kemudian dilangsungkan pernikahan antara puteri Ong Tien denga Sunan Gunung Jati terjadi pada tahun 1481. Sesudah kawin dengan Sunan Gunung Jati, puteri Ong Tien diganti namanya menjadi Nyi Ratu Rara Semanding. Tapi sayang pada tahun 1485 puteri Ong Tien meninggal dunia.
Akhirnya Pai Li Bang diangkat menjadi Adipati Palembang sesuai amanat Sunan Gunung Jati yang singgah lebih dulu di Palembang usai dari Tiongkok. Setelah Pai Li Bang meninggal dunia maka nama kadipaten Sriwijaya diganti menjadi nama kadipaten Pai Li Bang, dalam perkembangannya karena proses pengucapan lidah orang Sriwijaya maka lama kelamaan kadipaten itu lebih dikenal dengan sebutan Palembang hingga sekarang.
Ketika itu  Arya Damar baru meninggal dunia. Penduduk merasa bingung mencari penggantinya, karena putera Ario Damar sudah menetap di Pulau Jawa. Yaitu Raden Fatah dan Raden Hasan. Tidak kembali lagi. Karena Raden Patah telah menjadi Adipati di Demak dan Raden Kusen telah menjadi Adipati di Teruk Krian Sidoarjo bawahan kerajaan Majapahit.