Ritual Ziarah Walisongo (Riwas posmo 2013)
Menemukan Rahasia Hikmah Dibalik Perjalanan Ziarah
Alhamdulillah... rasa lelah dan
resah dalam menempuh perjalanan panjang selama tiga hari akhirnya rombongan
Riwas XIII 2013 tiba juga di kantor posmo yang berada di Jalan Gayung Kebonsari
16 Surabaya, Senin (24/6) pukul 12.00 WIB. Dari pantauan wartawan posmo, ada
yang berbeda dengan Riwas sebelumnya. Ada apa ya? Berikut liputannya?
Pada Jumat (21/6) sekitar pukul 06.30 WIB seluruh
peserta Riwas ke-13 yang diselengarakan posmo setiap tahunnya terlihat sudah
memadati halaman kantor posmo yang berada di Jalan Gayung Kebonsari 16
Surabaya. Setelah mendapatkan sambutan dari Direktur Tabloid posmo H. Achmad
Zubairi dan kiai pembimbing H. Minhajul Abidin rombongan menuju ke makam-makam
para wali.
Rombongan riwas pun mulai melakukan ziarah ke makam Mbah
Bungkul yang berada kawasan hutan kota Surabaya. Sebagai pembuka, sebelum
melakukan ritual ke wali-wali lain, sekitar setengah jam melakukan ritual di
makam Mbah Bungkul dengan membaca yasin dan tahil.
Rombongan pun melanjutkan perjalanan ke makam Sunan Ampel yang berada
di Jl KH Mas Mansyur Kelurahan Ampel, Semampir, Surabaya. Tak ubahnya di ritual
sebelumnya, di pusara Kanjeng Sunan Ampel pun peserta Riwas diajak untuk
membacakan doa, yasin, dan tahlil. Setelah itu, rombongan Riwas menuju makam
Syekh Maulana Malik Ibrahim dan diteruskan dengan salat Jumat bersama di Masjid
Agung Gresik, Jawa Timur.
Rasa lelah pun mulai terasa. Meskipun begitu, semua
tidak terhiraukan. Lantaran semua yang dilakukan posmo dan rombongan Riwas kali
ini hanya semata-mata untuk mengenang jejak sang wali di tanah Jawa dalam
melakukan syiar agama Islam. Sekitar pukul 01.30 WIB perjalanan dilanjutkan ke
makam Kanjeng Sunan Giri dan kemudian dilanjutkan ke makam Sunan Drajat yang
berada di Kawasan Desa Drajat, Paciran, Lamongan. Kemudian dilanjutkan ke ka
mam Syekh Asmoro Qondi dan makam Sunan Bonang yang berada di daerah Tuban.
Setelah ziarah seharian di makam wali-wali di wilayah
Jawa Timur, rombongan Riwas pun melanjutkan ke hotel untuk istirahat dan
melanjutkan ziarah ke makam wali-wali yang berada di Jawa Tengah. Perjalanan
riwas di hari kedua pada Sabtu (22/6) dilakukan sekitar pukul 08.00 WIB mulai
dengan melakukan perjalanan ziarah ke makam Sunan Muria.
Dilanjutkan ke makam Sunan Kudus, makam Kanjeng Sunan
Kalijaga, dan diteruskan ke Masjid Demak. Sekitar pukul 22.00 WIB peserta
langsung menuju makam Kanjeng Sunan Gunung Jati yang berada di puncak Gunung
Sumbing.
Ziarah merupakan perjalanan ruhani, maka sejak
melangkah dari rumah sudah harus disadari karena secara badaniah akan berbeda,
atau jangan disamakan seperti di rumah sendiri, baik ketika kita makan minum,
mandi, maupun tidur. Maka kita harus ikhlas menerima apa pun dalam perjalanan,
dengan begitu kita akan menerima hakikat rahasia, hikmah dari ziarah yang kita
lakukan. ”Seribu gemblengan, seribu ilmu tidak akan berarti bagi kita kalau
tidak ikhlas. Lebih baik menerima satu kata dengan ikhlas yang akan menjadikan
hikmah dan berkah dalam kehidupan kita selanjutnya, amin. Maka ikuti ziarah
terus dengan begitu kita akan menemukan rahasia, hikmah di balik perjalanan
ziarah,” kata Tatit, peserta Riwas dari Malang.
Hidayah Mualaf
Tiba di makam Raden Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung
Jati) sekitar pukul 08.00 WIB. Rombongan Riwas langsung berkumpul dan berdoa
dengan membaca yasin dan tahlil serta sholawat. Sekitar 1 jam melakukan ritual
dengan khidmat, berikutnya menuju ke makam Syekh Datul Kahfi di Gunung Jati.
Seperti di makam-makam sebelumnya, setelah uluk salam kepada Syekh Datul Kahfi,
rombongan Riwas XIII duduk bersila, membaca fatihah, membaca tahlil, dan
salawatan. Kemudian dilanjutkan dengan acara ramah tama, door prize dan hadiah
tasbih karomah yang diberikan langsung oleh Direktur Tabloid Posmo H. Achmad
Zubairi yang didapatkannya dari tanah suci Mekkah.
Tidak hanya itu, salah seorang peserta Riwas ke-13
(Nanang) meminta peserta Riwas lain (Pak Z Suwarno) untuk membaca syahadat dan
surat Al Fatihah. Mudah bagi umat muslim. Tetapi sangat sulit bagi seorang
mualaf. Kalau Pak Z bisa membaca keduanya, mereka akan siap menanggung biaya
Riwas ke-14 yang akan dilaksanakan tabloid posmo pada tahun yang akan datang.
Ternyata permintaan tersebut bisa dilaksanakan Pak Z, dan peserta Riwas yang
menantang pun menepati janjinya.
Informasinya, Pak Z adalah seorang mualaf. Banyak rintangan
yang harus dijalaninya. Sebab, keluarganya tidak bisa terima dengan keputusan
pria berjengot putih yang terkenal ramah dan grapyak kepada sesama
rombongan Riwas. Bukan itu saja, berkah dan hidayah Riwas kali ini buat Pak Z
tidak cukup di situ. Sebab kiai Pembimbing H. Minhajul Abidin secara terbuka
siap membimbing dan menjadikan Pak Z sebagai salah seorang santrinya di pondok.
Dengan begitu Pak Z bisa menempuh ilmu agama Islam dengan gratis. HARIS