Wawancara I
Gusti Ngurah Arya Wedakarna Suyasa III dengan Roh Bung Karno
Turun Dari Surga Doakan Rakyatnya
Pada Sabtu malam Minggu, Dr. I Gusti Ngurah
Wedhakarna Suyasa III, Raja Majapahit Bali memasuki makam Bung Karno dalam
suasana gelap dengan membawa dupa josua. Diikuti anggota keluarga dan
spiritualis asal Blitar. Kemudian menancapkan dupa josua di berbagai sudut makam.
Dalam hitungan detik kemudian melakukan doa dan wawancara roh Bung Karno secara
batin. Berikut isi wawancara roh tersebut.
Selamat malam?
Bung Karno: Malam
juga. Semoga kalian baik-baik saja dan tetap menjaga amanat rakyat Bali dan
Indonesia yang telah mempercayai Anda. Ada apa kok pingin bicara dengan saya di
makam ini. Malam-malam lagi.
Saya mau tanya
tentang sesuatu hal, apakah bisa ya?
Bung Karno:
Bisa-bisa aja. Asalkan masalah rakyat dan diri saya sendiri.
Hidup Anda setelah
meninggal dunia sekarang di mana?
Bung Karno: Posisi
roh saya ada di surga setelah sekian tahun meninggal dunia. Bukan di alam kubur
lagi. Jadi tingkatannya lebih mulia lagi.
Tadi menghadiri
acara Kenduri 1000 tumpeng?
Bung Karno: Ya
memang tadi saya menghadiri acara tersebut. Saya tadi sore turun ke dunia dari
surga untuk menghadiri acara Kenduri 1000 Tumpeng bersama para pejabat dan
masyarakat Blitar. Saya suka dengan masyarakat di sini. Karena tiap tahun
menghauli saya dengan mengirimkan doa.
Apa tujuan
datang menghadiri haul ke-45 di Blitar?
Bung Karno: Posisi
saya sekarang sudah menjadi Dewa. Oleh karena itu, turun ke dunia untuk mendoakan
rakyat agar hidup bahagia lahir batin. Juga tidak terzalimi oleh para pemimpin
yang tidak amanah.
Berarti masih
saja ada pemimpin yang menzalimi rakyat?
Mengapa sampai
didoakan seberat itu?
Bung Karno: Biar
kapok mereka. Sebab saya mendirikan negara ini dengan tujuan melindungi rakyat
dari penjajahan dan memakmurkan rakyat. Tetapi setelah saya meninggal dunia kok
masih ada pemimpin yang zalim kepada rakyatnya sendiri. Ini tidak bisa
dibenarkan.
Bung Karno: Ya
memang masih ada. Untuk itu, saya doakan semoga pemimpin-pemimpin yang memiliki
sifat zalim kepada rakyatnya agar mendapatkan karma niskala.
Terus bagaimana
dengan pemimpin yang tidak zalim?
Bung Karno: Nah,
pemimpin yang semacam ini aku suka. Pemimpin inilah yang melanjutkan cita-cita
saya sebagai pendiri Negara Indonesia. Karena di bawah kendali pemimpin yang
amanah Indonesia akan menjadi negara yang jaya.
Bagaimana dengan
Presiden Jokowi?
Bung Karno:
Hendaknya memimpin negara ini dengan hati dan pikirannya. Bukan atas dasar
pemimpin partai. Boleh boleh saja, asalkan kalau memang nasihat pemimpin partai
itu baik. Mengingat sekarang Jokowi sudah menjadi milik rakyat dan bukan partai
politik. CAHYA/HUSNU MUFID
0 komentar:
Posting Komentar
silahkan komentar melalui emai
sialahkan saja melakukan demonstrasi, akan tetapi gunakanlah dengan cara-cara damai dan jangan sampai memacetkan jalan raya yang merugikan masyarakat