Selasa, 16 Januari 2018
Tiga Santri Sunan Kudus
Kisah Tiga Santri Sunan Kudus Menjalankan Tugas Dakwah
Membangun Pemukiman Islam di Hutan
Sunan Kudus merupakan ulama yang memiliki santri-santri yang siap menyebarkan agama Islam diberbagai daerah Jawa Tengah. Ada 3 orang yang menjadi andalannya. Siapakah dia dan bagaimana kisahnya. Berikut ini.
Setelah Kesultanan Demak Bintoro mengalami kejayaan, maka Sunan Kudus bebas melakukan dakwah di daerahnya. Dakwahnya bukan lagi sembunyi-sembunyi atau menggunakan siasat. Tapi sudah terang-terangan. Sebab penduduk di Kudus kota sudah masuk islam semua. Tinggal di daerah pedesaan dan sekitar hutan yang melum memeluk agama Islam.
Sunan Kudus meskipun usianya sudah lanjut. Tapi tetap terus menerus berdakwah dan bantu oleh santri santrinya penyebaran ajaran Agama di pelosok-pelosok Desa sekitar kawasan Kudus.
Waktu iru, Sunan Kudus mengutus 3 orang santinya yang telah memiliki kedalaman Ilmu agama yang cukup tinggi. Untuk berdakwah di daerah tersebut. Yaitu Muhammad Jaelan, Abdullahl Mufakattan dan Raden Jolodoro cucu Sunan Muria.
Harapan Sunan Kudus nantinya penyebaran Agama Islam pun dilakukan bukan hanya di sekitar kediaman Sunan Kudus, melainkan mulai memasuki daerah pedalaman yang selama ini sulit dijangkau. Ketiga santri tersebut sepakat model dakwahnya menggunakan pendekatan budaya dan seni serta menghormati adat istiadat msyarakat setempat. Tidak menggunakan kekerasan dan senjata.
Mereka bertiga oleh Sunan Kudus di perintahkan ke arah barat dari pusat Kudus. Tiga orang santri tersebut disertai santri -santri lainnya. karena nantinya akan membentuk sebuah perkampungan desa sebagai pusat dakwah.
Rombongan santri dengan tiga orang pimpinan melewati hutan keluar hutan. Hingga mereka pun akhirnya sampai di sebuah hutan yang cukup lebat untuk istirahat. Karena tidak menggunakan alat transportasi seperti kuda, melainkan jalan kaki. Abdulloh selaku pimpinan rombongan santri meminta kepada seluruh santri beristirahat untuk melepaskan lelah dan menjalankan kewajiban Sholat.
Kemudian Abdullah, Muhammad Jaelani dan Raden Jolodoro mencari tempat untuk ibadah dan memohon petunjuk dari ALLah ditengah-tengah hutan yang agak gelap. Karena sinar matahari tidak mampu menembus lebatnya daun. . dalam doanya Allah memberikan petunjuk kalau di hutan tersebut harus dijadikan pemukiman dan lahan pertanian.
Keesokan harinya mereka bertiga mengadakan pertemuan untuk membahas tentang petunjuk yang telah diterima. Setelah adanya mufakat maka pada hari yang telah di sepakati. Kemudian pembabatan hutan pun dimulai dan Muhammad Jaelani yang di minta untuk memimpin para Santri membabat hutan. Sedangkan Abdulloh dan Raden Jolodoro pun ikut membantu dengan giat dan dengan bergotong royong. Tidak lama kemudian hutan yang tadinya lebat telah dibabat dan di atur untuk pemukiman dan lahan pertanian.
Saat melakukan pembabatan ditemukan pohon yang harum baunya. Yaitu pohon Garu. Darisitulah akhirnya pemukiman yang ditempati dinamakan Desa Garung. Seluruh rombongan mendapatkan tanah sesuai dengan kerja kerasnya membabat hutan. Pembagian pun dibagi secara adil kepada semua warga yang ikut serta dalam membangun perkampungan.
Abdulloh sebagai pimpinan pun segera memanggil Muhammad Jaelani dan Raden Jolodoro untuk membahas rencana ke depan pemukiman yang baru dibangun tersebut. Mereka bertiga berdiskusi tentang tugas dakwah dengan membangun pusat studi Islam dan membangun masjid sebagai sarana dakwah dan mengajarkan ilmu keagamaan pada para penduduk. Tidak lama kemudian dibangunlah masjid terbuat dari kayu.
Hari berganti bulan bulan berganti tahun dan perkampungan baru semakin ramai. Muhammad Jailaniy meminta pada Abdulloh untuk mendirikan pasar sebagai pusat perekonomian dan sebagai sarana untuk agar bisa berhubungan dengan Kadipaten Kudus. Selain itu, diminta untuk sowan ke Kudus guna memberitahukan mengabarkan tentang berdirinya pemukiman yang didirikan santri-santri Sunan Kudus. Abdulloh pun menyetujui apa yang dicita-citakan oleh Muhammad Jailani.
Abdulloh pun berangkat di ikuti beberapa santri untuk menghadap Kanjeng Sunan Kudus. Sesampainya di Kudus Abdulloh pun. Segera menghadap dan melaporkan seluruh hal yang terjadi dari awal sampai akhir. Dan Sunan Kudus pun memerintahkan Panembahan Kudus selaku putranya untuk turut serta melihat desa Garung yang telah ramai. Setelah beberapa lama kemudian tempat tersebut pun maju dengan adanya pasar dan pengakuan dari Kudus.
Kegiatan warga pun semakin terarah dengan bertani berdagang dengan berdasarkan ilmu pengetahuan yang di ajarkan oleh ketiga pimpinan mereka. Masyarakat hidup rukun damai dan sejahtera. Kehidupan beragama dan saling bertoleransi dengan umat lain pun di galakkan.
Berbagai disiplin ilmu di ajarkan oleh ketiga Santri Sunan Kudus. Baik ilmu agama sosial seni budaya perdagangan pertanian serta keprajuritan. Pada masa itu banyak dari pemuda warga garung menjadi pedagang petani seniman serta prajurit di kadipaten Kudus serta Jipang Panolan.
Mohammad Jailani, Abdulloh dan Raden Jolodoro kemudian hari mendapat gelar dari masyarakat dengan sebutan Kiai. Tiga tiga tersebut terus menerus penyebar agama Islam dan pembimbing masyarakat di Desa Garung dan sekitarnya hingga akhir masa Kesultanan Demak Bintoro.
Pusat Dakwah
Masa awal terbentuknya pemukiman Abdullah mendapat julukan. Mbah Dul Mufakattan. Karena sifat beliau yang mengedepankan asas musyawarah untuk mencari mufakat dalam berbagai urusan.
Seumur hidup tinggal di Desa Garung hingga meninggal dunia. Makam beliau bertiga dimakamkan di desa garung lor Kec Kaliwungu Kudus dan masih di keramat kan oleh warga sekitar. Bahkan di makam Kyai Jolodoro yang berada di dusun Tersono desa Garung Lor setiap tahunnya diadakan upara ganti Luwur. Jasa Beliau bertiga sangatlah besar dalam perkembangan Islam untuk membantu perjuangan Kanjeng Sunan Kudus.
Kini Desa Garung yang sekarang telah dibagi menjadi dua kelurahan atau desa. Yaitu Desa Garung Lor dan Desa Garung Kidul.dan terdiri dari beberapa padukuhan sesuai dengan perkembangan sejarah dan pemukiman setelah kepemimpinan tiga tokoh pertama.dan islam pun semakin berkembang. Tempat tempat pendidikan pun semakin banyak hingga saat ini.
Lokasinya terletak di antara dua jalan utama menuju kota Jepara. Disebelah selatan jalan begitu hijaunya dengan area persawahan. Dan disebelah utara, pemukiman penduduk yang tertata dengan rapi dengan jalan-jalan yang sudah beraspal. HUSNU MUFID
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
silahkan komentar melalui emai
sialahkan saja melakukan demonstrasi, akan tetapi gunakanlah dengan cara-cara damai dan jangan sampai memacetkan jalan raya yang merugikan masyarakat