Masjid Agung
Kendal, Jateng
Dibangun Wali Joko Sejak 1500 Masehi
Kendal merupakan
kota kecil di jalur Pantura. Jika kita melintasi kota Kendal, pasti akan
menemukan sebuah masjid yang terletak di tengah kota. Masjid itu didirikan oleh
Wali Joko, yang hingga sekarang dikenal dengan nama Masjid Agung Kendal.
Berikut laporan wartawan posmo.
Masjid Agung
Kendal, Jawa Tengah yang terletak di Jalan Raya Barat (depan pusat perkantoran
pemerintahan) Kendal dan merupakan masjid tertua di Kabupaten Kendal. Masjid
tersebut dibangun sekitar tahun 1500 Masehi, atau tepatnya 1210 H.
Adanya makam di
kompleks masjid, pada awalnya adalah rumah Wali Joko. Selain makam Wali Joko
yang berada di depan sebelah selatan Masjid Agung, di belakang masjid juga
terdapat dua makam ulama. Yaitu makam Kiai Abu Sujak yang di era 1800-an adalah
penghulu pertama Masjid Agung dan makam Wali Hadi yang meninggal pada 1930.
Semasa hidup, Wali Hadi merupakan pengisi pengajian di masjid ini.
Seiring
berjalannya waktu, masjid yang berdiri gagah di pusat Kota Kendal ini telah
mengalami delapan kali renovasi. Hal ini memang disayangkan banyak pihak. Khususnya
umat Islam pencinta sejarah Islam. Karena renovasi yang menghilangkan bentuk
aslinya merupakan upaya penghilangkan jejek peninggalan penyebar Islam. Hal itu
kemudian dimaklumi, mungkin pengurus masjid dulu itu tidak mengerti sejarah.
Sehingga berani mengubah bentuk masjid bersejarah yang bernilai cagar budaya
bagi umat Islam.
Dalam sejarah
disebutkan masjid tersebut dibangun sekitar abad 15, yaitu pada zaman
Kesultanan Demak. Masjid tersebut dibangun oleh Raden Suweryo atau biasa
dikenal dengan Wali Joko yang pernah tinggal di Pulau Sperapat Juwana Kabupaten
Pati. Kemudian menetap selamanya di Kendal.
Tidak banyak
benda peninggalan yang dapat ditemui di masjid ini. Menurut catatan takmir
masjid, sejarah hanya menyisakan maksurah atau tempat salat bagi bupati kala
itu. Mimbar tempat khotbah berbahan kayu jati yang di bagian muka bertuliskan
tahun 1210 yang terdapat di sebelah kiri mimbar, serta bergambar beduk dan
penabuhnya.
Sejumlah
peninggalan asli bangunan dari Wali Joko adalah 16 tiang penyangga masjid
dengan masing-masing berdiameter 40 centimeter. Peninggalan asli lainnya yaitu
kusen, jendela, dan daun pintu masjid. Tiang penyangga yang asli ada di
bangunan utama, namun sekarang sudah dilapisi agar lebih kuat menjadi sekitar
60 cm. Sekarang total menjadi 80 tiang karena sudah ditingkat.
Bangunan awal
Masjid Agung Kendal menyerupai Masjid Agung Demak, yakni tidak terdapat kubah,
pada atapnya berbentuk seperti prisma. Luas bangunan waktu itu hanya 27x27
meter. Sedangkan atapnya terbuat dari sirap (susunan kayu tipis, red) yang
bersusun tiga. Sekarang luasnya menjadi 50 x 50 meter persegi.
Atapnya juga
sudah diganti dengan asbes. Tempat wudu berupa kolah pendem yang mendapat
aliran air dari Sungai Kendal yang dibuat oleh Wali Joko sendiri, letak
kolamnya ada di depan masjid sebelah selatan utara makam Wali Joko.
Di bulan suci,
takmir Masjid Agung menyediakan makan dan minum untuk berbuka bagi semua
lapisan masyarakat. Misalnya, para musafir yang kebetulan singgah di masjid
itu. Selain melestarikan tradisi tersebut, di bulan Ramadan takmir masjid juga
menggelar pengajian kitab kuning.
Banyak santri
kalong atau santri pendatang mengaji di masjid ini setiap malamnya. Mereka
datang dari beberapa wilayah di Kendal. Kitab kuning berisi uraian dan
penjabaran para ulama yang bersumber dari Alquran dan Hadis. Seperti di
masjid-masjid umumnya, pada Ramadan juga diisi dengan kegiatan tadarus.
Nasi Bungkus Berkah
Kemudian pada
bulan tertentu diadakan haul Wali Joko. Sebungkus nasi dengan lauk oseng-oseng
dan telur, sudah menjadi ritual tahunan memperingati haul Wali Joko dan Wali
Hadi, Pendiri Masjid Agung Kendal. Diceritakan oleh takmir masjid, demi
mendapat sebungkus nasi di tradisi haul Wali Joko dan Wali Hadi, para peziarah
memadati makam Wali Joko di kompleks Masjid Agung Kendal. Mereka saling berebut
dan dorong di depan pos satpam, padahal pembacaaan doa belum selesai. Tahun ini
pihak panitia telah menyiapkan sekitar 2.000 nasi bungkus untuk dibagikan peziarah
dalam rangka haul Wali Joko dan Wali Hadi.
Nasi bungkus
tersebut dikatakan dapat membawa berkah bagi seseorang yang memakannya. Tidak
hanya untuk orang yang sakit, nasi bungkus yang didapat akan ditabur di sawah
agar hasil melimpah. Seorang warga, Ngatinem mengungkapkan bahwa dirinya
mengaku rela berdesakan dan berebut nasi bungkus ini untuk mendapatkan berkah
dari makanan tersebut.
Jumlah 2.000
nasi bungkus yang disediakan takmir masjid langsung habis dalam waktu kurang
sepuluh menit. Selain dibawa pulang, banyak juga peziarah yang menikmati nasi
bungkus di halaman Masjid Agung.
“Nasi bungkus akan dibawa pulang dan akan
diberikan kepada keluarga saya yang sakit. Diharapkan setelah memakan nasi
bungkus ini penyakitnya bisa sembuh. Saya mempercayai hal itu,” urai KH Makmun
Amin, takmir Masjid Agung Kendal Cahya
0 komentar:
Posting Komentar
silahkan komentar melalui emai
sialahkan saja melakukan demonstrasi, akan tetapi gunakanlah dengan cara-cara damai dan jangan sampai memacetkan jalan raya yang merugikan masyarakat