Kekeramatan
Sumur Giling Sunan Sendang Duwur di Lamongan, Jatim
----------------------------------------------------------------------------------------
Dibuat
di Atas Bukit Amintuno
Keberadaan
sumur gemuling ada diatas bukit. Sumur ini buatan Sunan Sendang Duwur atau yang lebih dikenal dengan nama Raden Noer Rochmat. Sumur ini memiliki keunikan tersendiri dan
keramat. Berikut ini laporan posmo.
Sumur
Giling mempunyai kedalaman 35 m di lengkapi dengan alat untuk mengambil air yang di sebut Gilingan yang di pasang di
atas lubang sumur. Menurut ceritanya setelah berhasil Raden Noer Rochmat mendirikan masjid di puncak Gunung Amintuno,
beliau kesulitan untuk mendapatkan air wudlu di sekitar.
Dalam
semedinya, atas ijin Allah Raden Noer Rochmat di beri petunjuk ada asap kecil
yang menjulang tinggi. Setelah di dekati ternyata ada sebuah pusaka yang
menancap di tanah. Kemudian tanah itu di gali hingga keluar airnya. Lalu pusaka
itu di beri nama Sumber Wangun Wati
Kemudian
Raden Noer Rochmat ketika membuka lahan pertaniannya, beliau kesulitan
mendapatkan air untuk kebutuhan pertanian tersebut, untuk mengairi tanamannya
beliau membuat sebuah sumur. Raden Noer Rochmat
merasa senang karena sumur tersebut juga bisa di manfaatkan oleh
penduduk sekitar.
Masyarakat
gembira dengan adanya sumur tersebut. Karena selama ini mengalami kesulitan
air. Sunan Sendang Duwurlah yang memberi pertolongan kepada masyarakat sekitar.
Sehingga tidak mengalami kesulitan air lagi, baik untuk keperluan kebutuhan
sehari-haru maupun lahan pertanian.
Tetapi
hal itu tidak berlangsung lama, sebab banyak kejadian yang membuat Raden Noer
Rochmat menjadi sedih dan merasa berdosa. Salah satu kejadiannya yaitu ketika
didesa itu punya acara hajatan sapi yang akan di sembelih tiba-tiba menjadi
kebal. Sehingga tidak bisa di potong.
Akibatnya
sapi tersebut di tusuk sama pohon rontal/siwalan. Sehingga sumur itu di tutup
dengan batu gilang dan di atasnya di tanami pohon jangkang yang sampai sekarang
tempat itu terkenal dengan sebutan sumur jangkang. Hany saja orang-orang
jarang yang berani mendekati sumur tersebut. Jika mendekat dan mengambil
airnya kalau ada keperluan saja.
Mengingat sumur itu telah dikeramatkan
Sumur
sedalam 35 meter itu terletak di atas bukit. Warga dan peziarah meyakini
sumur ini memiliki keistimewaan. Pasalnya, di ketinggian bukit yang mencapai 70
meter dari permukaan tanah, terdapat sumur yang mengeluarkan air melimpah.
Padahal, di daerah di bawah perbukitan sering kesulitan air.
Untuk
mengambil air di dalam sumur, Sunan Sendang Duwur membuat gilingan dari kayu.
Gilingan
kemudian dilengkapi tali. Di depan gilingan, tepatnya di kanan dan kiri,
dibuatkan tempat duduk. Ketika gilingan itu diputar, maka tali yang dipasang
akan mengangkat dan menurunkan timba. ”Jadi sambil duduk, kaki kita
menggerakkan gilingan seperti mengayuh sepeda.” kata Syaifullah.
Ritual
Mandi Air
Sumur
itu kini dijaga warga setempat bernama Alim. Pria berusia 50-an tahun itulah
yang duduk di kursi dan mengayuhkan kakinya ke alat penggilingan untuk menimba
air. Belakangan ini, Alim sering sekali mendapatkan order menimba air sumur
untuk para caleg.
Terakhir,
pada akhir pekan lalu Alim melayani seorang caleg
partai besar yang bertarung memperebutkan kursi DPR RI. Menurut juru kunci
makam, Syaifullah, banyak caleg yang datang untuk menjalani ritual
mandi di sumur tua itu. Tepat di sebelah sumur, terdapat kamar mandi. Ada
lubang di dinding kamar mandi. Air dari sumur, dialirkan ke dalam bak di kamar
mandi melalui lubang itu.
Si
caleg
itu datang tengah malam. Selain alasan lebih khusyuk, agar tidak menarik
perhatian warga dan peziarah lain. Ritual mandi air sumur itu diyakini para caleg
bisa membersihkan diri mereka dari kesialan. Mereka percaya, air sumur giling
ini bisa memudahkan mereka menduduki kursi wakil rakyat.
Makanya,
sekalipun air dan suhu perbukitan cukup dingin, para caleg
tidak mempedulikannya. ”Biasanya yang menyuruh mandi itu penasihat spiritual caleg.
Jadi, kami di sini hanya
Pria
yang juga keturunan Sunan Sendang Duwur itu mengatakan, setelah ritual
mandi, para caleg ini biasanya naik ke bukit untuk
berdoa di areal inti makam Sunan Sedang Duwur. Mereka membaca doa atau berdiam
diri mulai pukul 01.00 sampai 03.00. Doa yang dipanjatkannya pun
bermacam-macam.
Hanya
saja Syaifullah sudah mewanti-wanti agar para caleg
dan rombongannya itu tidak berbuat yang aneh-aneh selama di areal makam. “Saya
sudah katakan jangan sampai aneh-aneh atau mendekati kesyirikan. Kalau
ketahuan, saya langsung tegur. Di dalam makam saya juga sudah buat tulisan besar
agar para peziarah selalu berdoa dan meminta kepada Allah, bukan ke makam,”
kata bapak dua anak itu. Gamal Ayatullah
1 komentar:
Terimakasih untuk infomasinya gan.. slaam blogger. by. ginda
Posting Komentar
silahkan komentar melalui emai
sialahkan saja melakukan demonstrasi, akan tetapi gunakanlah dengan cara-cara damai dan jangan sampai memacetkan jalan raya yang merugikan masyarakat