Mengenal Makam
Aryo Blitar III di Blitar
Ngalap Berkah Kepangkatan dan Meditasi
Di Kelurahan Blitar, Kecamatan Sukorejo, Kotamadya
Blitar, terdapat salah
satu situs paling penting dalam sejarah berdirinya Blitar, yaitu Makam Aryo
Blitar. Di tempat inilah bersemayam jasad Aryo Blitar. Pada zaman dulu
merupakan salah satu tokoh yang berpengaruh pada pembangunan Blitar. Berikut
ini laporan posmo.
Joko Kandung
bergelar Aryo Blitar III ini adalah putra dari Raden Nila Suwarna dengan gelar
Aryo Blitar I. Sewaktu mudanya cucu Pakubuwono I ini suka bertapa di Alas Kandung
dan memelihara burung berkutut. Ia mewarisi jabatan ayahnya sebagai adipati setelah
membunuh Patih Sengguruh atau Arya Blitar II yang telah membunuh ayahnya.
Dalam perjuangan
Aryo Blitar III merupakan adipati yang berani melawan penjajah Belanda bersama
Untung Suropati. Oleh karena itulah, layak kiranya mendapat gelar pahlawan
sebagaimana Untung Suropati. Tetapi gelar itu hingga kini tidak pernah
didapatkan. Meskipun demikian, masyarakat Blitar tetap menganggap sebagai
pahlawan.
Akibat dari sikapnya
yang menentang Belanda, maka Aryo Blitar III kehilangan jabatan setelah
mengalami kekalahan dalam perang Trunojoyo dan Untung Suropati. Ia kemudian
memilih meninggalkan kadipaten hingga akhir hayatnya dan dimakamkan di
Kelurahan Blitar, Kecamatan Sukorejo, Kotamadya
Blitar.
Lokasi
pemakamannya berada di tengah-tengah tegalan bercungkup genteng kecil disangga
4 cagak kayu. Lokasi pemakamannya ini awalnya dirahasiakan oleh pengikutnya
dengan tujuan agar tidak dirusak Belanda. Karena telah melakukan pemberontakan
bersama Untung Suropati. Jika tidak dirahasiakan, maka sudah pasti makamnya
akan dihancurkan.
Kemudian, 17 Februari
1930 diadakan pemugaran oleh keluarganya. Karena di sekitar makamnya terdapat cukup
banyak makam masyarakat setempat. Tetapi tetap menjaga keaslian bentuk makam.
Sehingga nampak beda antara makam Aryo Blitar III dengan makam masyarakat umum.
Menginjak 17
April 1995, makam Aryo Blitar III dipugar dan diberi cungkup agar tidak terkesan
angker. Di dalam terdapat dua buah makam, yaitu makam Aryo Blitar III atau Joko
Kandung dan ibunya Dewi Rayung Wulan. Makam tersebut terdapat dua juru kunci.
Yaitu Mbah Isnu dan Mbah Hadi Sujud.
Sayangnya saat
terjadi pemugaran tidak mengindahkan norma-norma kesejarahan. Sehingga terjadi
penghilangan bentuk bangunan makam. Yaitu badan makam yang terbuat dari batu
bata putih, hitam dan merah dipindahkan di luar lokasi cungkup makam. Bata-batu
makam tersebut kini teronggok di luar cungkup makam.
Sementara di
sekitar bangunan cungkup tersebut bertebaran beberapa makam para juru kunci
yang pernah bertugas di sana. Ada sekitar 27 makam terdiri atas 25 juru kunci
dan 1 makam Jaka Kandung dan 1 ibunya. Di sekitar makam terdapat taman sehingga
tidak terasa angker atau wingit. “Mengingat sebelum ada pemugaran banyak
masyarakat sekitar berlari ketika melewati depan makam Aryo Blitar,” ujar Mbah
Hadi Sujud, juru kunci Makam Aryo Blitar.
Ritual Sesaji
Pada setiap malam Jumat Legi dan di bulan Suro
makam ini banyak diziarahi para wisatawan baik lokal Blitar atupun luar daerah
dengan berbagai tujuan yang intinya untuk mendapatkan berkah. Pada bulan Suro
tepatnya malam Jumat Paing diadakan sebuah ritual sesaji dan doa yang dilaksanakan
oleh pemerintahan kota dan Kabupaten Blitar, serta masyarakat umum. Pada acara
ini juga diadakan beberapa acara pendukung lainnya yaitu pagelaran wayang kulit
dan gamelan Sekar Aryo Blitar.
Sedangkan untuk acara bulanan yaitu pada hari
Jumat Paing dan Sabtu Paing, masyarakat banyak yang mengadakan ritual dan doa
menurut kepercayaan masing-masing dengan tujuan ngalap berkah kepangkatan dan
ketenteraman batin. Mereka ada yang melakukan doa dan bermeditasi.
Tidak heran jika
tempat ini dianggap keramat oleh sebagian masyarakat untuk ngalap berkah
(mencari berkah), utamanya pada setiap Jumat Paing yang dipercaya sebagai hari
kelahiran Aryo Blitar. Para bupati, wali kota, dan anggota DPR sering
mengunjungi Makam Aryo Blitar. HUSNU
MUFID