Mengenal Yayasan Keluarga Silat Nasional Indonesia Perisai Diri 1955
Ciptakan Jurus Pertarungan
Serang Hindar
Yayasan Perguruan Keluarga Silat Nasional Indonesia Perisai Diri 1955
merupakan perguruan silat yang cukup ternama. Dalam kaitan memasuki persaingan di
bidang budaya di era globalisasi untuk menghadapi pelaksanaan AFTA tahun 2015 menciptakan
satu model Pertarungan Serang-Hindar Silat dalam kompetisi yang diadakan Ikatan
Pencak Silat (IPSI) Jawa Timur. Berikut ini konsepnya.
Keluarga
silat ini didirikan oleh pendekar besar yang nama bekennya adalah Pak Dirdjo
atau Pakde, tanggal 2 Juli 1955.
Awal silat ini diperkenalkan di halayak ramai dengan membuka pelatihan
di Jalan Wijaya Kusuma 53 Surabaya. Cerita tentang tokoh pendekar besar ini
sebenarnya berasal dari Yogyakarta, nama
lengkapnya adalah Raden Mas Soebandiman Dirdjoatmodjo.
Dia dilahirkan pada tanggal 8 Januari
1913 putra dari Raden Mas Pakoe Soedirdjo, keluarga beken dari Paku Alaman.
Pada
tahun 1954 dia dipindahtugaskan oleh Pak Djumali ke Surabaya.
Selama beberapa tahun Pakde bereksperimen
untuk memperkenalkan aliran silat yang
baru. Jika melihat kejadian ke belakang
dia berguru yang paling lama dan diperlakukan sebagai anak oleh suhu Yap Kie
San.
Kedekatan
hubungan batinnya memberikan warna daya ciptanya sehingga produknya kental
sekali dengan permainan kuntaonya dari pada permainan pencak yang dikuasainya.
Karena itu, gaya Perisai Diri dengan ciri teknik
yang melompat-lompat dengan serang hindar berbeda
dengan pencak Jawa, Madura, Bugis, Sunda, Bawean,
dan Bali atau silat Minangkabau, silat Semenanjung,
dan silat Mindanao.
Ciri
khas dari Pertarungan Serang-Hindar Silat/PSHS
ciptaan dan ajaran Guru Besar alm RMS
Dirdjoatmodjo bukan berwujud pertarungan "jual- beli"/
pukul-memukul. Seperti
yang dilaksanakan dalam kompetisi Pencak Silat pada umumnya, melainkan
merupakan rangkaian gerak silat. Pihak satu yang
disebut penyerang, melakukan serangan beruntun minimum 10-15 kali/15 detik. Sedangkan pihak kedua disebut pihak yang menghindar, melakukan
hindaran terhadap setiap serangan yang dilakukan oleh pihak penyerang.
Penilaian
dalam kompetisi ini, bukan didasarkan pada "pengenaan" pukulan atau
tendangan kepada lawan, melainkan penilaiannya didasarkan
atas: 1. Kebenaran teknik
menghindar. 2. Kebenaran dan kekayaan
teknik menyerang/menghindar. 3.
Kejujuran dalam melaksan pedoman teknik
menyerang/ menghindar
Perisai Diri mengembangkan
suatu bentuk pertarungan yang memiliki karakteristik yang tidak ditemukan dalam
seni bela diri lainnya. Dengan kata lain "Model Pertarungan
Serang-Hindar Perisai Diri 1955" mempunyai perbedaan dengan bela diri
lainnya. Tegasnya mempunyai differentiation.
Inilah makna silat sebagai silaturahmi.
Dalam
kaitannya dengan upaya memasuki persaingan bebas di bidang
budaya di era globalisasi
dewasa ini, maka differentiation merupakan salah
satu faktor yang sangat menentukan keberhasilan
dalam persaingan. Utamanya menghadapi pelaksanaan AFTA tahun 2015 mendatang.
Setidaknya
ada tiga faktor untuk memenangkan persaingan bebas
di era globalisasi
yaitu: positioning, branding dan differentiation sebagaimana dinyatakan oleh
Hermawan Kertajaya: "It is better to be a little bit different, than to be
a little bit bett-er ".
Sebagai
pembanding kami sajikan pula Pertandingan Bebas Pertarungan seperti pertarungan
IPSI, tetapi dengan sistem "stop scoring" pada setiap
pengenaan pukulan atau tendangan.
Bidang Budaya
Adapun pertandingan
bebas pertarungan
PD 1955, dengan Sistem "Stop Scoring". Yaitu pertama, seperti versi IPSI,
tetapi dengan sistem
"Stop Scoring” yaitu pada saat salah satu pihak yang melakukan serangan
kepada pihak lawan mengenai sasarannya, maka wasit segera
menghentikan pertarungan itu dengan aba-aba
"Stop" untuk memberikan waktu bagi para juri
melakukan penilaian.
Kedua, apabila
terdapat perbedaan, pendapat tentang serangan itu
mengenai sasaran atau tidak, maka ketua pertandingan
segera menyelesaikan masalah itu berdasar
suara terbanyak
Ketiga, maksud
dan tujuan sistem "Stop Scoring". Demi
keselamatan pesilat: sebab bila saat terkena serangan (yaitu
kondisinya sedang lemah) diikuti dengan serangan yang lain,
maka akan dapat membahayakan pesilat tersebut. Dengan sistem
"Stop Scoring" akan lebih mudah
dan transparan .
“Sehubungan
dengan hal tersebut, akan lebih meningkatkan harkat dan mutu
kompetisi Pencak Silat di era globalisasi
atau di era liberalisasi dan persaingan bebas di bidang
budaya dewasa ini. Tidak
berlebihan kiranya apabila kami menawarkan satu
model pertarungan inovatif, dalam bentuk Pertarungan Serang Hindar Silat dalam arena pertandingan tingkat Jawa Timur,” ujar Dr. Suparyono, S.H.,M.Si.,
Ketua Paguyuban Keluarga Silat Nasional Perisai Diri Tahun 1955. HUSNU MUFID
.
0 komentar:
Posting Komentar
silahkan komentar melalui emai
sialahkan saja melakukan demonstrasi, akan tetapi gunakanlah dengan cara-cara damai dan jangan sampai memacetkan jalan raya yang merugikan masyarakat