Rabu, 18 September 2013
Pondok Pesantren Salafiyah Rogojampi
Kiai Abdul Ghofar, Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Putri Rogojampi Banyuwangi, Jatim
Tegakkan Kebenaran, Gembleng Pemuda
Tingginya ilmu yang dimiliki, baik kedigdayaan maupun agama menjadikan dirinya memiliki tanggungjawab besar. Keluar masuk kampung dalam mensyiarkan Islam sudah menjadi lakunya, tidak ada sedikitpun rasa gentar dalam menegakkan kebenaran. Tidak heran bila sering mendapat kepercayaan dari kiai-kiai sepuh untuk mengatasi berbagai persoalan. Selain itu, juga melakukan gemblengan pada anak muda. Itulah gambaran Kiai Abdul Ghofar, pengasuh pondok pesantren Salafiyah Putri Rogojampi Banyuwangi.
SEJAK kecil, Kiai Abdul Ghofar hidup di lingkungan keluarga santri yang sederhana. Kakeknya (KH Zainudin) merupakan Ulama’ yang sangat terkenal di daerah Rogojampi Banyuwangi. Banyak orang yang datang untuk menuntut ilmu. Baik itu ilmu agama Islam maupun ilmu hikmah seperti penangkal santet yang waktu itu disukai masyarakat.
Tinggianya ilmu yang dimiliki kakeknya asal Banten itu rupanya menurun pada cucunya yakni Abdul Ghofar. Hal itu sudah terlihat tanda-tandanya sejak kecil dimana beliau suka belajar agama Islam. Orang tuanya juga berperan besar membentuk pribadi dan ketekunannya belajar agama, terutama di Madrasah Ibtidaiyyah. Setelah lulus, Abdul Ghofar melanjutkan menuntut ilmu ke berbagai pesantren. Salah satunya Ponpes Darussalam Blokagung Jajag.
Saat belajar di pesanten, Abdul Ghofar menunjukkan tingginya ilmu yang dimiliki dibanding dengan teman-teman yang lain. Beliaupun mendapat berhatian serius dari kiainya dan setelah dirasa tepat, maka diminta untuk membantu mengajar mengaji di pesantren yang di Darussalam. Ternyata tugas yang diembankan itu dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Setelah pengalaman dan ilmu yang dimiliki cukup, pulanglah Abdul Ghofar ke rumahnya dan menikah, kemudian mendirikan organisasi dibak (sholawat Nabi Muhammad SAW) dan membantu mengajar di pesantren milik orang tuanya, yaitu Pesantren Putri Salafiyah Kauman Rogojampi yang kemudian menjadi pemangku menggantikan orang tuanya.
Perkembangan pesantren salafiyah ini semakin berkembang, dan banyak orang tua yang menyerahkan anaknya untuk dididik dan diajari ilmu. Pesantren yang dulunya memiliki santri sedikit menjadi banyak. Bahkan kini bangunan pondoknya megah dan terawat bersih.
Berjuang Tanpa Pamrih
Ilmu dam aktivitasnya di pesantren menambah pengaruhnya semakin luas di masyarakat. Konon, tingginya ilmu yang dimiliki telah mampu menyamai kiai-kiai sepuh yang ada di Banyuwangi. Namun demikian, beliau tetap merendahkan diri dan tidak mau menyombongkan diri.
Sikap yang demikian itu menjadikan kiai-kiai banyak yang menyukai, bahkan kalau ada persoalan yang menyangkut orang banyak, seringkali Kiai Abdul Ghofar diserahi tugas. Salah satunya persoalan penggembelengan menjelang Pemilu 1999 lalu dan baru-baru ini saat akan dimunculkannya Memorandum ke II.
“Saya menggembleng anak muda karena mendapat tugas kiai sepuh. Begitu juga saat gegernya kasus Bupati Banyuwangi Purnomo Sidik, Ninja, saya juga ikut menghadap DPR RI di Jakarta belum lama ini,” ungkapnya.
Kepercayaan yang diterima dari para kiai dan masyarakat tidak disia-siakan dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Meskipun tidak ada imbalan yang menjanjikan. Yang penting baginya dapat menegakkan kebenaran dimuka bumi.
Menjelang pemilu '99 lalu juga diserahi tugas kampanye PKB. Meski tidak masuk ke kursi DPRD Banyuwangi, namun tidak membuatnya putus asa. Jabatan hanyalah sebuah titipan dan tidak kekal. Yang penting baginya telah berbuat untuk PKB. Meskipun dirinya tidak mendapatkan jabatan di DPR. Meskipun suara PKB nomor sati di Kabupaten Banyuwangi.
Setelah gagal menjadi anggota dewan, Kiai Abdul Ghofar memusatkan diri dalam kegiatan berda’wah. Dari kampung keluar kampung hingga keluar kota. Sampai-sampai jarang berada dirumah. Sesekali memberikan gemblengan kepada pemuda-memuda yang menginginkannya. husnu mufid.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
silahkan komentar melalui emai
sialahkan saja melakukan demonstrasi, akan tetapi gunakanlah dengan cara-cara damai dan jangan sampai memacetkan jalan raya yang merugikan masyarakat