Meraih
Pahala dan Hikmah Ibadah Haji
Sudah
seminggu lalu calon jamaah haji (CJH) dari penjuru dunia berangkat menunaikan ibadah haji. Dari tahun ke tahun
jumlahnya semakin bertambah banyak.
Merupakan jumlah yang cukup
banyak bila dibandingkan dengan Negara
lain. Padahal Negara masih dalam kondisi terbelakang dan umat Islam Indonesia
banyak yang miskin.Sungguh ironis.
Bahkan
sangking banyaknya anterian Calon Jamaah haji (CJH) ada yang menunggu hingga 20
sampai 40 tahun. Hal ini karena ada sistem pembayaran lewan dana talangan.
Sistem inilah yang sebenarnya membuat daftar anterian cukup panjang. Perlunya
ada perubahan, dimana Dana Talangan harus di tiadakan. Karena penyebab anterian
panjang.
Ketertarikan
CJH begitu besar untuk berhasi cukup besar. Meskipun hanya bermodal nekat
dengan menggunakan dana talangan. Tanpa memikirkan kemampuan keuangan disebabkan mendapat pahala yang
begitu besar dari Allah. Sehingga begitu ada tawaran dari orang-orang KBIH,
maka langsung tertarik tanpa berfikir lebih jauh soal kemampuan sebagai salah
satu persyaratan seorang naik haji.
Adapun
pahala ibadah haji itu adalah mendapat
ampunan dosa-dosa dan balasan Jannah. Artinya, bahwa setiap kaum muslmin yang
menunaikan ibadah haji dengan tulus ikhlas niscaya Allah akan mengampuni
dosa-dosanya dan menulikan jannah baginya. Dan inilah yang diharapkan setiap
jamaah haji untuk meraih keuntungan
surga dan selamat dari neraka.
Sebagaimana
dalam hadis yang diriwayatkan Abu Hurairah, bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda : "Satu umrah sampai umrah yang lain adalah sebagai
penghapus dosa antara keduanya dan tidak ada balasan bagi haji mabrur kecuali
jannah" (HR Bukhari dan Muslim).
Sedangkan
hikmahnya adalah pertama, menyambut seruan Nabi Ibrahim. Maksudnya, ibadah haji
ini merupakan seruan Nabi Ibrahim kepada manusia dari berbagai penjuru dunia
untuk melaksanakan haji di tanah suci Mekkah, baik dengan berjalan kaki maupun
naik unta. Tapi sekarang dengan menggunakan pesawat terbang dan mobil.
Sebagaimana disebutkan dalam al-Qur'an :
Kedua,
saling mengenal dan saling menasehati. Artinya, bahwa kaum muslimin bisa saling
mengenal dan saling berwasiat dan menasehati dengan al-haq. Mereka datang dari
segala penjuru, dari barat, timur, selatan dan utara Makkah, berkumpul di rumah
Allah Subhanahu wa Ta'ala yang tua, di Arafah, di Muzdalifah, di Mina dan di
Makkah. Mereka saling mengenal, saling menasehati, sebagian mengajari yang
lain, membimbing, menolong, membantu untuk maslahat-maslahat dunia akhirat,
maslahat taklim tata cara haji, shalat, zakat, maslahat bimbingan, pengarahan
dan dakwah ke jala Allah.
Ketiga,
memperbanyak ketaatan. Artinya, bagi orang yang menjalankan haji dan umrah
untuk memperbanyak thawaf semampunya dan memperbanyak shalat di tanah haram.
Oleh karena itu perbanyaklah shalat, qira'atul qur'an, tasbih, tahlil, dzikir.
Juga perbanyaklah amar ma'ruf nahi mungkar dan da'wah kepada jalan Allah Subhanahu
wa Ta'ala di mana banyak orang berkumpul dari Afrika, Eropa, Amerika, Asia dan
lainnya. Maka wajib bagi mereka untuk mempergunakan kesempatan ini
sebaik-baiknya.
Demikianlah
sebagian hikmah dari ibadah haji mudah-mudahan kita bisa mengambil manfaatnya,
dan senantiasa diberi petunjuk dari Allah Subhanahu wa Ta'ala serta diberi
kemudahan untuk menunaikannya. Amin
Keempat,
menyembelih kurban. Artinya, menyembelih
binatang kurban, baik yang wajib tatkala berihram tammatu dan qiran, maupun
tidak wajib yaitu untuk taqarrub kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Sewaktu haji
wada' Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah berkurban 100 ekor
binatang. Para sahabat juga menyembelih kurban. Kurban itu adalah suatu ibadah,
karena daging kurban dibagikan kepada orang-orang miskin dan yang membutuhkan
di hari-hari Mina dan lainnya.