Mengenal Bentuk Rumah Rakyat Majapahit di Trowulan, Mojokerto
Berawal
Berbahan Kayu hingga Batu Bata Merah
Rumah Majapahit pada zaman dulu di Kecamatan Trowulan,
Kab. Mojokerto telah sirna. Namun kini rumah-rumah tersebut dibangun Pemrov
Jatim dan jumlahnya semakin banyak. Benarkah itu merupakan bentuk asli rumah
zaman kerajaan Majapahit? Berikut hasil investigasi wartawan posmo.
Bentuk rumah-rumah yang pernah ada di zaman kerajaan Majapahit
tentunya berbeda dengan rumah pada zaman sekarang. Rumah zaman Majapahit
terbagi dalam beberapa zaman. Antara zaman Raden Wijaya berbeda dengan rumah
Hanyam Wuruk. Demikian pula dengan rumah zaman Prabu Brawijaya V yang merupakan
raja terakhir.
Pada zaman Raden Wijaya bentuk rumah masih sangat
sederhana. Namun untuk ukuran zaman itu boleh dikata sangat mewah. Karena sudah
tidak terbuat dari batu andesit, melainkan dari kayu dan beratap ijuk hitam. Bentuknya
atap tumpang. Demikian pula dengan bangunan tempat ibadah tidak jauh berbeda
dengan bangunan rumah kuno yang berada di Bali.
Pada zaman Raja Jayanegara rumah Majapahit tidak
berubah. Karena kondisi negara kacau balau. Karena terjadi pemberontakan di
mana-mana pembangunan nyaris tidak ada sama sekali.
Kemudian pada zaman Ratu Tribuana Tungga Dewi mengalami
kemajuan yang cukup pesat. Bangunan rumah terbuat kayu beratapkan kayu juga.
Sedangkan zaman Prabu Hayam Wuruk bentuk rumah bahan bangunannya menggunakan
batu bata merah.
Pada zaman Prabu Brawijaya V bentuk bangunan rumah
Majapahit terbuat dari kayu. Atapnya terbuat dari genteng. Pondasi rumah ada
yang dari tanah liat dan batu-batuan. Bangunan rumah tidak jauh berbeda dengan
zaman kerajaan Demak Bintoro.
Kini bangunan Majapahit zaman Prabu Hayam Wuruk
direkonstruksi kembali oleh pemerintah daerah Jawa Timur sesuai dengan petunjuk
yang berada di dalam kitab karangan Mpu Prapanca Negarakertagama, relif Candi
Menak Jinggo di Trowulan, Mojokerto dan relif Candi Jago di Malang.
Rekonstruksi rumah-rumah zaman kerajaan Majapahit
tersebut dibangun di Kecamatan Trowulan, Mojokerto yang merupakan pusat Ibu Kota
Kerajaan Majapahit. Jumlahnya makin banyak dan berpagarkan batu bata merah khas
Majapahit. Masyarakat dapat melihat secara langsung. Karena posisinya di pinggir
jalan kampung maupun desa
Kepala Balai
Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah, Andi Muhammad Said menjelaskan, bahwa
model rumah Kampung Majapahit yang dibuat di Kec. Trowulan, Mojokerto sekarang hasil
dari modifikasi dari rumah kawula (rakyat biasa) Majapahit kala itu. Dengan
konsep di zaman itu, ruang rumah hanya berfungsi sebagai tempat tidur,
sementara aktivitas kehidupan lainnya dilakukan di luar rumah. Terlihat kecil
memang.
“Cuma atap rumah
yang ada saat ini menggunakan desain modern. Yaitu menggunakan genteng warna
merah. Sementara untuk rumah Majapahit zaman dulu biasanya modelnya menggunakan
atap sirap,” katanya.
Rumah-rumah itu
dibangun guna mengembalikan kampung Majapahit sesuai penelitian-penelitian para
arkeolog, bahwa kerajaan Majapahit berlokasi di Trowulan. Seperti di Kampung
Majapahit di Desa Bejijong memang sudah berbeda dibanding dengan desa-desa
tetangga. Sebuah rumah bergaya kuno berdiri kokoh. Bentuk bangunan rumah
menyerupai pendopo, sedikit terbuka dengan empat tiang kayu penyangga. Lantai
terbuat dari batu sungai yang ditutup dengan batu berwarna merah marun. Atap
rumah berbentuk limas segitiga yang memanjang.
Kemudian pintu
masuknya terdiri atas dua daun pintu kembar yang terbuat dari kayu dengan
ukuran lumayan besar. Di kiri dan kanan pintu terdapat dua buah jendela yang
juga terbuat dari kayu. Ada tiga desa yaitu Bejijong, Sentonorejo, dan
Jatipasar di Kecamatan Trowulan yang semua bentuk dan modelnya disesuaikan
dengan rumah hunian kampung zaman Majapahit.
Kampung Majapahit Kuno
Sedangkan
partisipasi masyarakat yang ikut mewujudkan kampung Majapahit adalah Betara
Agung Brahmaraja XI Raja Majapahit Era Modern. Ia membangun Kampung Majapahit
Kuno seluas 5 hektare di depan Kolam Segaran Majapahit.
Di kampung Majapahit Tua terdapat sejumlah bangunan
rumah Majapahit yang terbuat dari kayu beratapkan genting. Juga ada kolam ikan
dan kolam lumpur untuk pengobata berbagai macam penyakit. Karena oarang
Majapahit dulu jika melakukan pengobatan dengan menggunakan media lumpur
Kampung Majapahit Kuno yang didirikan Puri Surya
Majapahit milik Betara Agung Brahmaraja XI berada di dekat Kolam Segaran dan
dulunya merupakan rumah Brahmaraja. Kini dibangun kembali untuk mengingatkan akan
kejayaan kerajaan Majapahit.
Keunikan Kampung Majapahit Kuno di Puri Surya
Majapahit rumah-rumahnya terbuat dari bahan bangunan dari bahan kayu jati yang
masih asli dan beratap genting kuno. Mengambil model rumah kuno zaman kerajaan
Majapahit yang telah mencapai zaman kejayaan.
“Bahan bangunannya terbuat dari kayu jati yang asli.
Tinggal memasang saja. Bukan baru memotong dari hutan. Ini kayu-kayu zaman
Majapahit. Begitupula dengan gentengnya bukan buatan baru. Tapi cukup lama.
Kita tinggal memasang saja banguna dan atapnya,”ujar Betara Agung Brahmataja XI
Raja Majapahit era Modern.
Dikampung Majapahit Tua terdapat rumah model Sundul
hijau, rumah model Ndoro Gepah, rumah model Pendopo dan Rumah Model Mbah Buddha
Gede. Disampingnya terdapat sebuah candi dankolam lumpur yang khasiyatnya mampu
menyembuhkan berbagai macam penyakit dan mengandung mineral anti biotic. Juga
ada Patung Dewi Sri yang mengalirkan air panguripan.
“Kampung kuno Majapahit ini sengaja dibangun untuk
mendukung pemerintah dan meningkatkan jumlah wisatawan yang datang ke bekas Ibu
Kota Kerajaan Majapahit. Dengan harapan nantinya masyarakat mengenal akan
kerajaan Majapahit,” ungkap Raden Sisworo Gautam Ketua Pusat Informasi dan Redpel
Majalan Independen Majaphit Puri Surya Majapahit.
0 komentar:
Posting Komentar
silahkan komentar melalui emai
sialahkan saja melakukan demonstrasi, akan tetapi gunakanlah dengan cara-cara damai dan jangan sampai memacetkan jalan raya yang merugikan masyarakat