Kisah Syekh
Magelung dari Kerajaan Masir Menuju Cirebon
Menemui
Sunan Gunung Jati atas Perintah Nabi
Khidir
Nama Syekh
Magelung yang asli adalah Arifin Syam, putra dari kepala bagian pembesar istana
Raja Hut Mesir. Di belakang namanya ada kata Syam diambil dari kota Syam,
Syiria. Ia dari Mesir menuju Cirebon guna untuk mencari Sunan Gunung Jati.
Berikut kisah perjalanannya menuju Pulau Jawa.
Syekh Magelung
lahir di Syam, Syria. Sejak bayi telah ditinggalkan oleh ayah bundanya ke hadirat
Allah SWT. Dibesarkan oleh seorang muslim yang taat menjalankan ibadah. Ia
pintar dalam segi bahasa bahkan saking pintarnya beliau sudah terkenal sejak
usia 7 tahun dengan panggilan sufistik kecil di kalangan guru dan pendidik
lainnya.
Sejak usia 11
tahun beliau telah menempatkan posisinya sebagai pengajar termuda di berbagai
tempat ternama sepeti Madinah, Mekkah, Istana Raja Mesir, Masjidil Aqso Palestina, dan berbagai tempat ternama lainnya. Ia
memiliki rambut yang panjang. Semakin hari semakin memanjang tidak terurus. Hal
semacam ini bukan karena Syekh Magelung tidak mau mencukur rambutnya yang
lambat laun jatuh ke tanah. Karena tidak bisa dipotong dengan senjata tajam apa
pun.
Ketika terjadi
perang antara kerajaan Mesir dengan kerajaan Romawi dan Tartar, Arifin Syam
menjadi panglima perang bergelar Panglima Mohammad Syam Magelung Sakti. Selama
memimpin perang tidak menggunakan pedang maupun tombak untuk membunuh musuhnya.
Namun menggunakan rambutnya yang seperti kawat baja. Kesaktian rambutnya pula
membuat pasukan musuh pontang panting.
Setelah perang
usai ia bertemu dengan Nabiyullah Khidir AS yang mengharuskan mencari guru
mursyid sebagai pembimbingnya menuju maqom kewalian kamil. Pertemuan tersebut
menjadikan meninggalkan istana untuk mencari seorang mursyid. Dengan perbekalan
makanan dan ratusan kitab yang dibawanya, Syekh Magelung mulai mengarungi
belahan dunia dengan naik perahu. Beliau mulai mendatangi beberapa ulama
terkenal. Namun tidak satu pun dari mereka yang menerimanya, mereka malah
berbalik ingin menjadi muridnya.
Dengan
kekecewaan yang mendalam, Syekh Magelung mulai meninggalkan mereka untuk terus
mencari mursyid yang diinginkannya hingga pada suatu hari beliau bertemu dengan
seorang pertapa sakti bernama Resi Purba Sanghiyang Dursasana Prabu Kala Sengkala
di perbatasan sungai Selat Malaka.
Ia disarankan datang
ke Pulau Jawa, sesungguhnya di sana telah hadir seorang pembawa kebajikan bagi
seluruh Waliyullah. Dengan perkataan sang Resi barusan, Syekh Magelung sangat
senang mendengarnya dan setelah pamit langsung meneruskan perjalanannya menuju Pulau
Jawa.
Dengan semangat
yang menggebu beliau langsung melanjutkan perjalanan menuju Cirebon. Sedangkan
di tempat lain Syarif Hidayatulloh/Sunan Gunung Jati yang sudah mengetahui
kedatangan Syekh Magelung kemudian menjemput di Pelabuhan Cirebon dengan
menyembunyikan jati dirinya.
Saat tiba di Pelabuhan
Cirebon Syekh Magelung langsung disambut kedatangannya oleh Sunan Gunung Jati
dan diajak salat duhur terlebih dahulu. Sambil terheran-heran Syekh Magelung
mengikuti langkah manusia asing di hadapannya. Setelah usai salat diajak menuju
kota Cirebon, tetapi sebelum sampai di tempat tujuan Sunan Gunung Jati memotong
rambutnya dan langsung menghilang dari hadapan Syekh Magelung. Tahu rambutnya
telah terpotong beliau langsung berkeyakinan bahwa tiada lain manusia tadi adalah
Sunan Gunung Jati yang dimaksud. Lalu beliau pun memanggilnya tiada henti
hingga ke seluruh pelosok desa.
Terpotonngya Rambut Baja
Kisah
terpotongnya rambut Syekh Magelung kini masih dilestarikan dan menjadi nama
desa hingga kini yaitu di Desa Karang Getas sebelah selatan kantor Wali Kota
Cirebon.
Dengan rasa
bersemangat, Arifin Syam terus mencari keberadaan Sunan Gunung Jati yang
dianggapnya barusan memotong rambutnya. Beliau terus berlari sambil memanggil
nama Sunan Gunung Jati terus-menerus. Pada suatu tempat tanpa disadari olehnya,
beliau masuk dalam kerumunan orang banyak yang tak lain sedang dibuka
perlombaan memperebutkan putri cantik dan sakti, Nyimas Gandasari Panguragan.
Merasa dirinya
masuk gelanggang arena, wanita cantik yang tak lain adalah Nyimas Gandasari
langsung menyerangnnya. Merasa dirinya diserang secara mendadak, Syekh Magelung
langsung mengelak dan menjauhinya. Dengan serangan berapi-api Nyimas Gandasari
langsung melipatgandakan tenaganya untuk mengalahkan.
Dengan perasaan
dongkol, Syekh Magelung akhirnya memutuskan untuk melayaninya dengan bersungguh
hati hingga di tengah perjalanan Nyimas Gandasari sangat kewalahan. Merasa
kesaktiannya kalah di bawah pemuda asing yang kini sedang dihadapinya, maka
dengan sesekali loncatan Nyimas Gandasari berucap, "Ya Kanjeng Susuhan
Sunan Gunung Jati, Yajabarutihi ila sulthonil alam, kun fayakun Lailaha
Illallah Muhamad Rosululloh" lalu melarikan diri dengan maksud agar pemuda
tadi tidak sampai mengejarnya. Lain dengan jalan pikiran Moh. Syam waktu itu
setelah beliau mendengar nama Sunan Gunung Jati disebutnya, beliau tambah
berambisi untuk mencari tahu, maka disusullah Nyimas Gandasari, hingga sampai
tangan kanannya terperangkap.
Kanjeng Sunan
Gunung Jati berkata kepada Syekh Magelung. "Wahai kisanak, Anda mencari
siapa di tempat yang sepi seperti ini?" Lalu Syekh Magelung pun
menjawabnya, "Kisanak mohon maaf sesungguhnya saya datang kemari mencari
gadis untuk meminta bantuannya, di mana saya bisa menemui Sunan Gunung
Jati?" Dengan tersenyum akhirnya Sunan Gunung Jati berterus terang siapa
dirinya. Dengan pengakuan tersebut, Syekh Magelung berganti nama dengan sebutan
Pangeran Soka. HUSNU MUFID.
Merasa dirinya panik,
Nyimas Gandasari langsung melepaskan tangan Syekh Magelung sambil tubuhnya
menukik tajam ke bawah. Pada saat yang bersamaan Sunan Gunung Jati yang sedang
tafakkur di sungai Kali Jaga, kedatangan Nyimas Gandasari yang wajahnya
terlihat pucat pasi dan sambil menuding ke arah depan.
0 komentar:
Posting Komentar
silahkan komentar melalui emai
sialahkan saja melakukan demonstrasi, akan tetapi gunakanlah dengan cara-cara damai dan jangan sampai memacetkan jalan raya yang merugikan masyarakat