Sayyid Hussein Jumadil Kubro dari Samarqan
Menuju Majapahit
Islamkan
Raja Champa Che Bo Nga
Sayyid Hussein Jumadil Kubro merupakan seorang wali yang bukan hanya berdakwah di daerahnya. Namun juga di berbagai penjuru dunia. Adapun sasaran dakwahnya kepada masyarakat bawah hingga para raja. Seperti apakah perjalanan dakwahnya? Berikut kisahnya.
SYEKH Jamaluddin Hussein Al Akbar lahir sekitar tahun 1270 diSamarqand, Uzbekistan, Asia Tengah. Di sana ia dididik dan dibesarkan oleh ayahanda Sayyid Zainul Khusen. Pendidikan dari ayahnya inilah menjadikannya seorang yang memiliki ilmu cukup tinggi. Karena ilmunya langsung dari trah Rasulullah SAW.
Setelah menginjak dewasa melakukan perjalanan dakwah kali pertama
dilakukan menuju Maghribi di Maroko, Samarqand di Uzbekistan. Kemudian menikah
dengan putri bangsawan Uzbekistan dan lahirlah Ibrahim Zainuddin Al Akbar As
Samarqandiy alias Ibrahim Asmoro.
Selanjutnya menuju ke Indo Cina untuk
mengislamkan Ce Bo Nga, Raja Champa dan berhasil. Kemudian
menikahkan Ibrahim Asmoro Qondi dengan
putri dari Raja Champa dan lahirlah cucu Jumadil Kubro, yaitu Sunan Ampel, yang
menjadi ayah dari Sunan Bonang dan Sunan Drajat. Raja Champ Ce Bo Nga pun diislamkan.
Pengislaman Raja Champa merupakan
prestasi terbesar dalam sejarah di wilayah Indo Cina. Karena sebelumnya mayoritas beragama Hindu Buddha akibat
pengaruh India dan Cina. Darisinilah raja Champa menurunkan wali-wali yang
mampu mengislamkan tanah Jawa.
Sepeninggal Raja Champa , Ce Bo Nga
terjadi kekisruhan dan penyerangan oleh Raja Vietnam. Maka, Sayyid Hussein
Jumadil Kubro menyingkir ke daerah Kelantan di kerajaan Chermin. Ia merupakan
ulama yang lolos dari pembunuhan masal dari musuh-musuh kerajaan.
Kemudian menikah dengan dengan puteri Raja Chermin. Tidak beberapa
lama melanjutkan perjalanan menuju Pulau
Jawa. Karena terjadi perebutan kekuasaan
dan serangan dari kerajaan lain.
Gubernur Jenderal Inggris Thomas
Standford Raffles 'History of Java' mengatakan, Sayyid Jumadil Kubro mendarat di Tanjung Mas Semarang. Kemudian
menetap di Terboyo untuk beberapa tahun
melakukan dakwah. Islam pun akhirnya berkembang di wilayah tersebut
hingga Demak. Masyarakat muslim terbentuk. Bukti yang ada berupa bangunan makom.
Setelah
itu, melanjutkan perjalanan menuju Gunung Merapi untuk melakukan zuhud. Guna
meningkatkan spiritualitas keagamaannya.
Ia menyendiri di gunung yang ditakuti masyarakat Jawa Tengah waktu itu. Boleh
dibilang mengikuti jejak Nabi Musa yang meninggalkan umatnya menuju Gunung
Sinai. Bukti-bukti ia di Gunung Merapi berupa bangunan makom.
Dirikan
Masjid di Trowulan
Beberapa tahun kemudian turun menuju Trowulan
Majapahit atas perintah Dewarawati, istri Raja Majapahit yang berasal dari
Champa. Di Ibukota Majapahit, Sayyid Hussein Jumadil Kubro diterima dengan
sambutan yang cukup bagus oleh keluarga raja, maka dari itu ia diberi tanah
perdikan di Troloyo.
Kala itu beliau dibantu Tumenggung Satim
yang lebih dulu masuk Islam, sekitar abad ke-14 masehi. Karena pengaruhnya
dalam memberikan pencerahan berkehidupan yang berperadaban, Caranya berdakwah yang pelan tapi pasti,
menjadikan beliau amat disegani.
Ia mendirikan masjid di Troloyo Trowulan
Mojokerto sebagai pusat kegiatan dakwah. Hanya saja setelah terjadi kerusuhan
dan perebutan kekuasaan antar keluarga kerajaan Majapahit, masjid tersebut
dibakar. Hingga kini tidak ada bentuknya. Hany yang tersisa makamnya. “Memang
di Troloyo dulunya ada masjid sebagaimana disebutkan di dalam Kitab Negara
Kertagama. Saat Kediri menyerang Majapahit dibawah Patih Udara itulah masjid
tersebut dibakar hingga tidak ada wujudnya,”ujar Dr. Mohammad Naim, dosen
Sejarah Islam Universitas Negeri Jember.
Sementara menurut Martin Van Bruinessen,
peneliti sejarah Islam Indonesia dari Universitas Utrecht, Belanda beberapa
tahun lalu menyatakan, Syekh Jumadil Qubro wafat tahun 1376 M, 15 Muharram 797
H. meninggal dalam posisi perang membela kerajaan Majapahit. Sekaligus
mempertahankan masjid yang didirikan itu. Namanya Troloyo berarti tiga
kematian.
Syekh Jumadil Qubro diperkirakan hidup di antara dua Raja
Majapahit yaitu pada awal Raja Tribhuwana Wijaya Tunggadewi dan pertengahan
Prabu Hayam Wuruk. Tak heran, bila pemakaman beliau berada di antara beberapa
pejabat kerajaan Majapahit di antaranya adalah makam Tumenggung Satim Singgo
Moyo, Kenconowungu dan Anjasmoro. HUSNU
MUFID
Silsilah
Syekh Jumadil Kubro
bin Sayyid Zainul Khusen
bin Sayyid Zainul Kubro
bin Sayyid Zainul Alam
bin Sayyid Zainal Zainal Abidin
bin Sayyid Khusen
bin Siti
Fatimah
binti Rasulullah
Muhammad SAW
.
0 komentar:
Posting Komentar
silahkan komentar melalui emai
sialahkan saja melakukan demonstrasi, akan tetapi gunakanlah dengan cara-cara damai dan jangan sampai memacetkan jalan raya yang merugikan masyarakat