Ibn Miskawayh (2-Habis)
Hasilkan Karya Filsafat Sejajar dengan Al Farabi
Ibnu Miskawayh
ulama yang memiliki talenta yang cukup banyak. Selain ahli agama, juga ahli
kedokteran dan psikologi. Ia menghasilkan cukup banyak karya dalam bentuk
kitab. Ia berpendapat semakin tinggi ilmu seseorang, maka makin bijak.
Pada bagian awal
dalam kitabnya, ia membicarakan tentang jiwa dan sifat-sifatnya. Seseorang akan
mampu menggapai kebahagiaan hidup jika ia mampu menciptakan kebahagiaan moral
dengan memenuhi sifat-sifat jiwa. Di antaranya adalah kedahagaan jiwa terhadap
asupan ilmu.
Ibn Miskawayh
memandang bahwa ilmu akan menuntun manusia untuk tak hanya bergantung kepada
hal yang bersifat materi. Selanjutnya akan membuat manusia memiliki
kebijaksanaan dalam meniti hidup yang akhirnya menjadikannya sebagai manusia
yang sempurna. Itulah, kata Miskawayh, salah satu sifat yang dimiliki oleh
jiwa.
Dalam penjelasan
berikutnya, ia menguraikan tentang jenis kebahagiaan dan sifat-sifat yang
dimilikinya. Dalam pandangannnya, setiap manusia mampu mencapai setiap jenis
kebahagiaan dengan cara memenuhi sifat-sifat kebahagiaan itu.
Ada dua hal yang dapat mempengaruhi manusia
dalam mencapai kebahagiaan itu, yaitu kondisi eksternal dan internal dirinya. Kondisi
internal yang mempengaruhi pemikiran dan arah moral seseorang adalah kesehatan
tubuh dan bagaimana kemampuan dirinya mengendalikan temperamen.
Sedangkan
kondisi eskternal adalah keadaan yang terkait hubungan dirinya dengan orang
lain serta lingkungan di sekitarnya. Di dalamnya termasuk, teman sepergaulan,
anak-anaknya,
dan kesejahteraan dirinya. Kedua kondisi inilah yang kemudian memperkaya
jiwanya dalam mencapai kebahagiaan dirinya.
Selain Tahdib
al-Akhlaq, ia juga menulis kitab yang bertajuk Jawidan Khirad (hikmah yang tak
lekang waktu) dan Tartib as-Saadah (kaidah kebahagiaan). Karya-karya tersebut
mendapatkan pujian besar dari para ilmuwan barat dan dianggap sebagai karya
yang dapat disejajarkan dengan Nicomachean Ethics karya Aristoteles.
Ia juga
menuliskan karya lain di bidang etika yaitu al-Fauz al-Akbar (kemenangan
besar), al-Fauz al-Asghar (kemenangan kecil) dianggap
sebagai karya filsafat yang sejajar dengan karya Al-Farabi, Arau Ahl al-Madinah
(pikiran penduduk kota). Kemudian Ajwibah wa al-Asilah fi an-Nafs wa al-Aql
as-Siyar (tentang aturan hidup) dan Taharat an-Nafs (suci dari nafsu).
Sementara itu,
dalam kajian sejarah Ibn Miskawayh menelurkan pula karya monumental. Salah satu
karyanya adalah Tajarib al-Umam (pengalaman bangsa-bangsa), dianggap karyanya
yang terbaik dalam bidang sejarah. Meski tak banyak, dalam bidang kedokteran ia
menghasilkan karya yang bertajuk al-Asyribah, merupakan kajian tentang minuman
dan pengaruhnya terhadap kesehatan.
Setelah lama ia
berada di Baghdad untuk belajar dan bekerja dengan berbagai karya gemilangnya,
Ibn Miskawayh kemudian kembali ke Iran, tepatnya ke Kota Isfahan. Beberapa lama
setelah kepulangan ke negerinya sendiri, Ibn Miskawayh menghembuskan napasnya
yang terakhir pada 16 Februari 1030 M dalam usia 90 tahun.
Umat Islam
merasa kehilangan. Karena ia merupakan tokoh yang paling mengerti tentang perubahan
jiwa pada seseorang manusia. Boleh dikata Ibn Miskawayh merupakan tokoh
Psikologi Islam yang terbaik saat itu. HUSNU
MUFID
0 komentar:
Posting Komentar
silahkan komentar melalui emai
sialahkan saja melakukan demonstrasi, akan tetapi gunakanlah dengan cara-cara damai dan jangan sampai memacetkan jalan raya yang merugikan masyarakat