Kiprah Sunan Ngudung di Kerajaan Demak Bintoro
Jadi
Imam Masjid Demak dan Panglima Perang
Sunan Ngudung merupakan tokoh yang tidak
asing lagi bagi umat Islam. Meskipun namanya tidak setenar Walisongo. Tapi
sebenarnya ia punya andil besar dalam mendirikan Kesultanan Demak Bintoro dari
serangan kerajaan Majapahit. Seperti apakah kiprahnya. Berikut ini.
Nama asli Sunan Ngudung adalah Raden
Usman Haji, putra Raden Ali Murtadla dari perawinan dengan seorang putri raja dari
Sumenep Madura. Kakeknya bernama Syekh Maulana Ibrahim Asmorokondi dan
buyutnya bernama Syekh Djumadil Kubro, penyebar Islam lintas benua Asia yang
makamnya kini di Mojokerto.
Sunan Ngudung menikah dengan Nyi Ageng
Maloka putri Sunan Ampel. Dari perkawinan tersebut lahir Raden Amir Haji, yang
juga bernama Jakfar Shadiq alias Sunan Kudus. Perkawinan ini boleh dibilang
perkawinan keluarga agar tidak terlepas dari trah unggul darah biru.
Kemudian Usman Haji menikah dengan Siti
Syari’at mempunyai anak bernama Amir Hasan (Sunan Manyuran). Sedangkan
Nyai Gede Tundo menikah dengan Kholifah Husain (Sunan Kertoyoso)
mempunyai anak Kholifah Suhuroh. Selain Rara Siti Taltun, Raden Santri juga
menikah dengan Dyah Retno Maningjum Binti Arya Tejo.
Pada masa Sultan Pati Unus Sunan Ngudung
diangkat sebagai imam Masjid Demak menggantikan Sunan Bonang sekitar tahun 1520.
Mengingat Sunan Bonang pindah ke Daerah
Lasem Rembang dan melakukan dakwah di Pulau Bawean. Sehingga kekosongan Imam Besar Masjid Demak harus diisi.
Selain sebagai Imam Besar di Masjid
Demak, Sunan Ngudung diangkat sebagai panglima perang oleh Sultan Pati Unus
dalam menghadapi kerajaan Majapahit yang memang sejak lama ingin menghancurkan
kerajaan Demak Bintoro. Waktu itu Patih Udara dan Raja Gerindrawardana
mengkudeta Prabu Brawijaya V yang
akhirnya melarikan diri ke Gunung Lawu.
“Sunan Ngudung sengaja diangkat
sebagai Panglima Perang karena dianggap
memiliki keunggulan dan bela diri dan kesaktian.Hanya saja musuh yang dihadapi
di medan perang Raden Kusen yang beragama Islam. Kondisi inilah yang membuat
rasa bimbang. Karena yang dihadapi adalah saudara sendiri di medang perang,”ujar
KH. Syukron Zajilan, MPdI dosen UINSA Surabaya.
Dimana Raden Kusen, adik tiri Raden
Patah sendiri yang menjabat sebagai adipati Terung (dekat Krian Sidoarjo).
Raden Kusen merupakan seorang muslim namun tetap setia terhadap Majapahit. Kondisi inilah yang membuat Sunan Ngudung
tidak bertempur seratus persen.
Dalam perang tersebut Sunan Ngudung
memakai baju perang bernama Kyai
Antakusuma (sekarang disebut Kyai
Gondil). Baju pusaka itu diperoleh Sunan Kalijogo yang cukup melegenda
itu. Dengan baju tersebut ia melangkah dengan keyakinan akan mampu mengalahkan
kerajaan Majapahit yang kini dipimpin oleh Grindrawardhana yang berpusat di
Kediri.
Di medan perang Raden Kusen merasa yakin
akan mampu mengalahkan Sunan Ngudung. Karena barusan mengalahkan tentara Majapahit yang pimpinan Brawijaya V
atau Sunan Lawu yang melarikan diri ke Gunung Lawu.
Dalam pertempuran tersebut Sunan Ngudung gugur sebagai syahid tahun 1424 M. Karena
Raden Kusesn membunuh dengan beringas.
Tanpa ampun. Karena diliputi rasa dendam ingin menghancurkan kerajaan Majapahit
yang telah ditinggalkan Raden patah. Kemudian jabatan Sunan Ngudung sebagai
panglima perang digantikan oleh Sunan Kudus.
Di bawah kepemimpinan Sunan Kudus pihak Kesultanan Demak Bintoro berhasil
mengalahkan Majapahit. Raden Kusen dapat dikalahkan tanpa melakukan pembunuhan. Karena Sunan
Kudus tidak ingin membunuh adik Raden Patah yang usinya lebih tua. Hal tersebut
disebutkan dalam Naskah Hikayat Hasanuddin. HUSNU MUFID
Silsilah
Sayyid Ali
Murtadho “RADEN SANTRI” bin
Maulana
Ibrahim Asmarakandi bin
Syaikh
Jumadil Qubro / Jamaluddin Akbar Khan bin
Ahmad
Jalaludin Khan bin
Abdullah Khan
bin
Abdul Malik
Al-Muhajir (Nasrabad,India) bin
Alawi Ammil
Faqih (Hadhramaut) bin
Muhammad
Sohibul Mirbath (Hadhramaut)
Ali Kholi'
Qosam bin
Alawi
Ats-Tsani bin
Muhammad
Sohibus Saumi'ah bin
Alawi Awwal
bin
Ubaidillah
bin
Ahmad
al-Muhajir bin
Isa Ar-Rumi
bin
Muhammad
An-Naqib bin
Ali Uraidhi
bin
Ja'far
ash-Shadiq bin
Muhammad
al-Baqir bin
Ali Zainal
Abidin bin
Imam Husain
bin
Ali bin Abi
Thalib dengan Fatimah az-Zahra bin
Nabi Muhammad
1 komentar:
Mohon izin bertanya, siapakah nama asli nyai gede tundo ?
Terimakasih
Posting Komentar
silahkan komentar melalui emai
sialahkan saja melakukan demonstrasi, akan tetapi gunakanlah dengan cara-cara damai dan jangan sampai memacetkan jalan raya yang merugikan masyarakat