Ibn Al-Nafis (2 habis)
Hibahkan
Perpustakaan dan Klinik untuk Rumah Sakit
Ibn Al-Nafis merupakan sosok ulama yang
cukup mumpuni. Ia bukan hanya pandai dalam ilmu agama, melainkan pandai dalam
ilmu kedokteran. Temuan-temuannya dalam teori ilmu kedokteran cukup
mencegangkang bagi dunia kedokteran. Berikut ini laporan posmo.
Al-Nafis meyakini bahwa darah yang
berasal dari bilik kanan jantung harus mengalir ke bilik kiri jantung, namun
tak ada penghubung antara dua bilik tersebut. Katup jantung tak berlubang dan
berpori baik yang terlihat maupun tak terlihat seperti teori yang dikemukakan
Galen.
Nafis menambahkan bahwa darah dari bilik
kanan jantung mengalir melalui pembuluh arteri ke paru-paru. Kemudian darah itu
bercampur dengan udara dan mengalir melalui pembuluh vena ke bilik kiri jantung
dan membentuk spirit vital. Di bagian lain, Al-Nafis mengajukan sebuah postulat
meski dalam dunia kedokteran apa yang ia lontarkan tersebut jarang sekali
dibicarakan. Ia menyatakan bahwa nutrisi bagi jantung diesktrak dari pembuluh
darah yang melalui dinding-dinding jantung.
Hal ini ia katakan untuk menepis
pendapat Ibn Sina yang menyatakan nutrisi bagi jantung berasal dari darah yang
berada di bilik kanan jantung. Justru nutrisi jantung diperoleh dari darah yang
mengalir melalui pembuluh darah yang merembes ke badan jantung. Dengan
postulatnya ini, Ibn Al-Nafis meletakkan konsep dasar peredaran darah jantung.
Namun kegemilangan Al-Nafis dalam bidang kedokteran ini belum dikenal selain di
kawasan Arab.
Baru tiga abad setelah itu, Eropa
mengenal penemuan-penemuan besar dalam bidang kedokteran melalui terjemahan
tulisan-tulisan Al-Nafis dalam bahasa latin oleh Andrea Alpago pada 1547.
Tak lama kemudian, tepatnya pada 1553,
Michael Servetus memaparkan tentang peredaran darah paru itu dalam buku
teologinya yang berjudul Christianismi Restitutio. Andreas Vesalius menjelaskan
tentang konsep peradaran darah paru dalam bukunya, De Fabrica, dengan cara yang
sama dengan Ibn Al-Nafis.
Sebuah penelitian yang menarik
menunjukkan bahwa pada edisi pertama bukunya, 1543, Vesalius sependapat dengan
Galen. Ia menuliskan bahwa darah mengalir melalui sekat jantung dari bilik
kanan ke bilik kiri jantung.
Pada edisi keduanya, 1555, ia menyangkal
tulisannya itu sebagai ganti ia berpendapat bahwa dirinya tidak melihat
bagaimana darah dalam kuantitas kecil dapat ditransfer melalui saluran tertentu
yang ada pada sekat jantung dari bilik kanan ke bilik kiri jantung. Penjelasan
lain yang sama dengan penjelasan Ibn Al-Nafis diberikan oleh Realdus Colombo
pada 1559 dalam bukunya, De re Anatomica.
Kemudian pada 1628, William Harvey,
mendemonstrasikan hal tersebut dengan observasi anatomik binatang dalam
laboratorium mengenai gerakan darah dari bilik kanan ke paru-paru dan
kembalinya darah dari bilik kiri jantung melalui pembuluh vena dan ia
menegaskan bahwa ia tak dapat menemukan pori-pori apa pun yang terdapat pada
sekat tebal tersebut.
Karya lain Al-Nafis adalah Kitab
al-Mukhtar fi al-Aghdhiya, yang mengupas tentang efek diet bagi kesehatan.
Selain itu, juga Kitab al-Shamil fi al-Tibb, semula ia rencanakan menjadi
sebuah ensiklopedia yang terdiri atas 300 jilid, tetapi terhenti di tengah
jalan karena Al-Nafis wafat. Sebelum Ibn Al-Nafis menghembuskan napas
terakhirnya, pada 1288, ia menghibahkan perpustakaan dan kliniknya untuk rumah sakit.
Meninggalnya Al Nafis menjadikan dunia
Islam kehilangan seorang ulama yang mengerti ilmu kedokteran. Karena sebelum
dunia Barat maju dalam bidang ilmu kedokteran, Al-Nafis merupakan ulama yang
banyak melahirkan teori-teori ilmu kedokteran. Memang sungguh luar biasa. HUSNU MUFID
0 komentar:
Posting Komentar
silahkan komentar melalui emai
sialahkan saja melakukan demonstrasi, akan tetapi gunakanlah dengan cara-cara damai dan jangan sampai memacetkan jalan raya yang merugikan masyarakat