Digunakan
Untuk Upacara Sraddha
Candi Gentong merupakan candi yang cukup
menarik bagi sebagain masyarakat. Karena saat diketemukan dulunya banyak
gentong-gentong yang berserakan. Berbeda dengan candi-candi lainnya. Seperti
apakah ceritanya berikut hasil liputan wartawan posmo.
Candi Gentong merupakan salah satu bukti
besarnya toleransi beragama pada masa itu, terbukti bahwa agama Hindhu dan
Budha dapat bersanding dan mendapatkan pengakuan pemerintah. Waktu itu agama
resmi Majapahit adalah Siwa Budha.
Candi yang tergolong unik ini, dibangun
pada masa pemerintah Prabu Hayam Wuruk untuk upacara Sraddha memperingati
Tribuwana Wijaya Tungga Dewi yang tidak lain adalah ibunda Hayam Wuruk. Upacara
semacam itu dimaksudkan untuk memohon kesejahteraan pemerintah pada zamannya.
Selain dibangun dengan menggunakan batu
bata yang terbuat dari tanah liat, juga karena bentuknya yang tidak jelas.
Candi Gentong hanya berupa tumpukan batu bata yang berserakan di berbagai tempat. Tak ada arca, relief dan benda-benda kuno lainnya yang bisa
dijumpai di tempat itu. Walau begitu, pada setiap harinya Candi gentong banyak
dikunjungi oleh wisatawan yang biasanya juga melanjutkan kunjungannya ke Candi
Brahu yang hanya berjarak sekitar 10 meter ke arah selatan.
Saat sekarang bentuk bangunan Candi Gentong berupa kaki candi berdenah bujur
sangkar berukuran 23.5 x 23.5 meter. Sedangkan tingginya 2.45 m dengan pintu
masuk menghadap ke barat. Boleh
dikatakan bangunannya mirip potongan
Puzzle yang tercerai-berai dan berantakan ditanah.
Begitulah kesan pertama ketika melihat Candi
Gentong yang berada di Desa Bejijong Trowulan Mojokerto. Dimana potongan batu
bata yang terlepas dari susunannya nampak tercecer di tanah. Hingga tidak
berbentuk candi yang sesungguhnya.
Konon,
pada saat penggalian banyak ditemukan artefak-artefak berupa pecahan
keramik dna dari masa dinasti Yuan dan Ming, fragmen tembikar, mata uang cina,
emas, stupika (Benda berbentuk Stupa) dan archa budha.
Penemuan tersebut menunjukkan bahwa
hubungan antara kerajaan Majapahit dengan kerajaan Yuan dan Ming Cina sudah
terjalin erat. Orang-orang Cina sudah berhubungan langsung dan saling tukar
barang dagangan. Mengingat waktu itu barter
barang dagangan sudah menjadi media untuk memiliki sesuatu barang yang
diinginkan.
Candi Gentong ini pernah dilakukan
penelitian oleh berbagai pihak. Bertujuan untuk merekontruksikan Kota Kerajaan
Majapahit, Maclaine Pont menyebutkan bahwa Candi Gentong merupakan salah satu
dari tiga candi yang berderet dengan arah bujur barat ke timur yaitu Candi
Gedong, Candi Tengah dan Candi Gentong. Namun kedua candi lain tersebut
sekarang sudah tidak ada wujud dan bekasnya lagi.
Dalam tulisan Verbeek pada tahun 1889
Candi Gentong masih terlihat bangunannya. Tetapi pada tahun 1907 dalam tulisan Knebel, Candi
Gentong sudah tidak tampak bentuk dan wujudnya lagi karena hanya tinggal berupa gundukan. Usaha pelestarian
terhadap Candi Gentong telah dilakukan selama 6 tahun mulai Tahun Anggaran 1995
sampai dengan 2000 dan masih terus berjalan pada Tahun Anggaran 2001.
Hasil yang dapat dicapai yaitu
menampakkan Struktur Candi Gentong I dan Candi Gentong II serta usaha-usaha
pelestariannya. Selain itu pada lembaran informasinya juga ditemukan
benda-benda kuno berupa beberapa buah stupika yang saat ini disimpan di Museum
Mojopahit Mojokerto.
Mandala
Stupa
Berdasarkan konsep tata ruang dan
didukung oleh temuan-temuan artefaktual yang bersifat Budhis, menunjukkan bahwa konsep tata ruang Candi Gentong adalah
Mandala stupa, yaitu pembagian ruang yang terdiri dari pusat dikelilingi oleh
ruangan-ruangan lain yang lebih kecil. Namun bagi orang awam yang melihat apa
yang Tampak dan ada di Candi Gentong ini tentu merasa bingung untuk bisa tahu
bagaimana bentuk candi Gentong yang
sebenaranya bila dalam keadaan utuh. Dalam kesederhanaan dan bentuknya yang
cukup misterius, Candi Gentong ini mempunyai pesona keindahan tersendiri.
Candi Gentong terletak di Dusun
Jambumente Desa Bejijong Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Sekitar 1 Km
dari Pusat kota kecamatan arah utara. Hingga saat ini masih dalam proses
pemugaran untuk mendapatkan bentuk yang asli. Khususnya masalah pondasi atau kaki candi. Mengingat
bangunannya sudah mengalami keruntuhan yang cukup parah.
Sebuah papan berisi informasi tentang
Candi gentong terdapat di sekitar candi.
Berada di dalam bangunan pendapa itu hanya terdapat tumpukan batu bata yang
berserakan di berbagai tempat. Sebagian ada yang sudah tersusun dengan rapi dan
ada juga yang berserakan begitu saja. Batu bata itu ada yang lokasinya berada
di dalam tanah dan ada juga yang berada di atas tanah. Banyak dari batu
bata itu yang bercampur dengan adonan
tanah liat sebagai bahan pembuatnya yang telah mengering.
Untuk memasuki lokasi candi Gentong ini
tak ada tiket masuk, hanya memberi uang seikhlasnya saja sebagai pengganti
tiket masuk kepada petugas candi yang berada di pos di dekat pintu masuk.
Setelah itu pengunjung bisa langsung menuju ke lokasi candi yang berada di
bawah naungan dua bangunan berbentuk pendopo yang terbuat dari baja dan atapnya
yang menggunakan lembaran seng. Cahya
0 komentar:
Posting Komentar
silahkan komentar melalui emai
sialahkan saja melakukan demonstrasi, akan tetapi gunakanlah dengan cara-cara damai dan jangan sampai memacetkan jalan raya yang merugikan masyarakat