Keberadaan Kelenteng Kim Hin Kiong,
Gresik, Jatim
Berdiri Sejak Zaman Majapahit
Kelenteng Kim Hin Kiong Gresik ini
merupakan kelenteng yang tertua di Indonesia. Keberadaannya ada sejak zaman
Majapahit. Orang-orang Tiongkok perantauan yang mendirikan klenteng tersebut.
Berikut ini hasil liputan wartawan posmo.
Bisa dikatakan, Gresik merupakan sebuah
kota dengan wilayah yang cukup kecil. Namun menyimpan banyak bangunan yang
bernilai sejarah yang tersebar di kota pudak ini. Bangunan tua dengan nuansa
dan artsitektur yang dipengaruhi dengan budaya Islami, Tionghoa dan era
kolonial Belanda.
Pesona kawasan kota tua di Gresik memang
mengasyikan. Diantara bangunan lama itu terdapat sebuah kelenteng yang ternyata
merupakan satu-satunya kelenteng di kota ini. Walau berada di pusat kota,
ternyata kelenteng ini cukup tersembunyi karena berada di tengah kawasan
perkampungan.
Klenteng yang bernama Kim Hin Kiong ini
terletak di Jalan Dr. Setia Budi Gang Klenteng No. 56 Kelurahan Pulo Pancikan,
Kecamatan Gresik, Kabupaten Gresik, Provinsi Jawa Timur. Lokasi ini cukup
tersembunyi di sebuah gang di tengah kawasan perkampungan pecinan, yang
sekarang mulai berbaur dengan perkampungan Arab, dan tidak begitu jauh dengan
alun-alun Kota Gresik.
Dari kejauhan, tepat di ujung jalan
tampak bangunan Kelenteng Kim Hin Kiong yang berwarna merah dan kuning yang sangat
mencolok. Di bagian depan kelenteng terdapat gerbang yang cukup kecil dan tidak
begitu tinggi.Di bagian atas gerbang itu terdapat tulisan Tempat Ibadat Tri
Dharma Gresik Kim Hin Kiong. Sedangkan di samping kanan dan kirinya terdapat
hiasan tulisan dalam huruf China.
Di bagian kanan dari pintu gerbang,
sebelum memasuki ruang utama, juga terdapat altar pemujaan. Sedangkan di
sebelah kiri dari bangunan utama klenteng, terdapat halaman yang diperuntukkan
parkir yang dilengkapi dengan sarana untuk menampilkan wayang po te hi.
Ukuran kelenteng itu tak begitu besar
dan cukup lengang. Setelah mengucapkan salam dan menunggu beberapa lama, tampak
keluar seorang wanita yang merupakan pengurus kelenteng. Tidak banyak informasi
yang bisa dia berikan tentang kelenteng tua ini. Selain menjelaskan bahwa
kelenteng ini untuk menghormati Thian Sang Seng Boo (Ma Co Poh) yang dikenal
sebagai Dewi Kebaikan.
Di ruangan altar utama itu terdapat
ornamen dan perlengkapan ibadat umat kelenteng lengkap dengan lilin-lilin yang
berukuran besar dan asap dan bau dupa yang khas. Perlu diperhatikan, ada aturan
di kelenteng ini, laiknya di beberapa klenteng yang lain. Pengunjung yang
datang selain umat Tri Dharma dilarang untuk mengambil gambar alias memotret.
Terutama yang langsung ke arah altar utama persembahyangan dimana disana
ditempatkan arca Thian Sang Seng Boo.
Kelenteng ini diapit oleh dua bangunan
menara berbentuk pagoda yang digunakan sebagai tempat pembakaran dupa,
kertas-kertas doa dan sebagainya. Selain itu juga diapit oleh dua patung Ciok
Say ( Singa ) yang sedang bermain dengan anaknya. Patung Ciok Say itu cukup
indah dengan bentuk dan warnanya yang artistik. Di dekat Ciok Say itu terdapat
tempat bagi umat kelenteng untuk menyalakan lilin.
Aneka lampion dan ornamen menghias di
bagian atas ruangan. Sedangkan di bagian depan sisi tengahnya terdapat sebuah
hiolo yang cukup besar dan berwarna keemasan. Hiolo itu juga dihiasi dengan
ornamen kepala naga di sisi depan dan di keempat kakinya, serta ornamen dua
ekor naga menempel yang menempel di kiri dan kanan hiolo. Di sebelah kanan dan
kiri kelenteng ini juga terdapat ruangan lainnya seperti ruangan serba guna,
gudang dan sebagainya.
Tertua di Jawa
Dari beberapa sumber dijelaskan
bahwasannya, Kelenteng yang satu ini
merupakan kelenteng tertua di Jawa Timur, yang sudah ada pada zaman Majapahit.
Konon, kelenteng ini dibangun oleh orang-orang Tiongkok yang merantau, dan
kemudian menetap di Gresik.
Namun jika pemerintah setempat
menjadikan sebagai wisata, maka sudah barang tentu banyak warga yang berkunjung
ke kelenteng tersebut, sebagaimana
kelenteng-kelenteng lainnya. Mengingat Gresik sekarang ini penduduknya
mayoritas beragama Islam. Cahya
Meski kelenteng ini telah berusia tua,
namun bila dibandingkan dengan bangunan cagar budaya lainnya yang ada di Kota
Gresik, kelenteng ini masih cukup terawat, Hanya saja, kelenteng ini bisa
dibilang amat sangat sepi dari penganut Tri Dharma yang melakukan sembahyang di
kelenteng ini.
Para perantau yang akhirnya menetap
untuk berdagang itu mendatangkan tukang insinyur langsung dari Guandong,
Tiongkok. Kala itu, Kota Gresik merupakan kota pelabuhan tempat merapat bagi
kapal-kapal besar seluruh penjuru dunia untuk memperdagangkan barang dari
negaranya, seperti kain sutra, karpet, komoditas pertanian dan lain-lain.
0 komentar:
Posting Komentar
silahkan komentar melalui emai
sialahkan saja melakukan demonstrasi, akan tetapi gunakanlah dengan cara-cara damai dan jangan sampai memacetkan jalan raya yang merugikan masyarakat