Syeh Abdul Wahab
Mendapat Julukan Faqih Muhammad
Syeh Abdul Wahab merupakan ulama dari
Betawi. Waktunya banyak digunakan untuk menuntut ilmu dari Indonesia, Malaysia
hingga kota Makkah. Ilmu yang didapat kemudian diamalkan kepada masyarakat
dengan tangan terbuka. Berikut ini kisahnya.
Syeh Abdul Wahab seorang ulama yang
cukup terkenal pada zaman penjajahan Belanda.
Beliau ini berasal dari Kampung Babussalam Betawi Sunda Kelapa.
Kitab-kitab yang dipelajarinya antara lain
Fathul Qorib, Minhajul Al-Thalibin, Iqna’, Tafsir Jamal. Ia juga belajar nafwu,
sharaf, balaghah, manthiq, tauhid dan
lain-lainnya pada sejumlah guru yang berada di Indonesia.
Karena kepintarannya dalam menyerap
dan penguasaan terhadap ilmu agama,
maka Abdul Wahab mendapat julukan dari masyarakat muslim “Faqih Muhammad”, artinya: orang yang ahli dalam ilmu fiqih. Khususnya dalam
menentukan hukum-hukum Islam yang berkaitan dengan kehidupan di masyarakat.
Beberapa tahun kemudian Beliau menuju
Semenanjung Melayu dengan tujuan
selanjutnya menuntut ilmu. Di
Negeri Jiran ini Abdul wahab bertempat
tinggal di Sungai Ujung (Simunjung),
Negeri Sembilan. Ia nyantri kepada Syekh Muhammad Yusuf Minangkabau,
seorang ulama terkemuka yang berasal dari
Minangkabau. Ulama ini juga dikenal
sebagai mufti di Kerajaan Langkat dengan gelar “Tuk Ongku” Malaysia.
Untuk memenuhi kesehariannya Syeh Abdul Wahab berdagang di
kota Malaka. Yang menarik ia menyuruh
pembeli menimbang sendiri barang yang dibeli. Hal ini dilakukannya demi
menghindarkan kecurangan yang terjadi pada dirinya. Oleh karena itu banyak
orang yang suka membeli dagangannya. Karena dijamin tidak akan berbuat curang
dalam hal timbangan.
Masa-masa mengaji pada Syeh Muhammad
Yusuf benar-benar diniati dengan harapan akan mendapatkan ilmu yang selama ini
belum didapatkan. Oleh karena itu dalam kurun waktu singkat ilmu yang dimiliki
gurunya itu dikuasai dengan baik dan mendapat restu untuk diajarkan kepada umat
Islam.
Setelah dua tahun belajar kepada Syeh
Muhammad Yusuf lalu meneruskan pendidikannya ke
Mekkah. (1848 M). Di kota suci ini ia memburu ilmu selama enam tahun.
Gurunya antara lain Saidi Syarif Zaini
Dahlan (mufti mazhab Syafi’i), seorang ulama terkenal dari Turki dan Syekh Sayyid Muhammad bin Sulaiman
Hasbullah al-Makki.
Ilmu yang didapat di Makkah ini
menjadikan pengetahuan agama Beliau semakin luas dan dalam. Tindakan dan
pikirannya semakin bijaksana dalam memahami dalil-dalil al Qur’an dan hadist
yang keras maupun lemah. Beliau tahu pasti mana hadist yang benar maupun palsu.
Dalam diskusi (halaqoh) selalu menjadi rujukan dalam memahami persoalan hukum.
Selain itu Beliau belajar kepada Syekh H.
Zainuddin Rawa, Syekh Ruknuddin Rawa, Syekh Muhammad bin Ismail Daud al-Fathani, Syekh
Abdul Qodir bin Abdurrahman Kutan al-Kalantani, Syekh Wan Ahmad bin Muhammad Zain bin Musthafa
al-Fathani dan lain-lain. Ilmu agama yang dimiliki semakin luas, akan tetapi
tidak menjadikan dirinya semakin sombong.
Untuk menghilangkan rasa sombong itu
Syeh Abdul Wahab memperdalam ilmu tasawuf melalui tarekat Naqsyabandiyah pada Syekh Sulaiman
Zuhdi. Karena selama ini masih menganggap dirinya belum luas ilmunya khususnya
tentang ilmu tasawuf. Beliau hanya menguasai ilmu fiqih. Maka dari itu ilmu tasawuf
benar-benar dipelajari secara tekun.
Menyimak ketekunan Syeh Abdul Wahab,
suatu ketika Sulaiman Zuhdi, resmi mengangkatnya sebagai khalifah besar. Penobatan ini diiringi dengan
bai’ah dan pemberian silsilah tarekat
Naqsyabandiyah yang berasal dari Nabi Muhammad SAW hingga kepada Sulaiman Zuhdi yang
kemudian diteruskan kepada Syeh Abdul
Wahab. Ijazahnya ditandai dengan dua cap.
Ia pun mendapat gelar Al Khalidi Naqsyabandi. Kemudian mendapat ijazah sebagai
“Khalifah Besar Thariqat Naqsyabandiyah al-Khalidiyah”, dan diberi nama Syekh Haji
Abdul Wahab Rokan Jawi al-khalidi an-Naqsyabandi. Tak lama Syekh Sulaiman Zuhdi menyuruh Syeh Abdul
Wahab kembali ke tanah airnya untuk
menyebarkan Tarekat Naqsyabandiah.
Sepulang di tanah Jawa Beliau menyebarkan
Tarekat Naqsyabandiah kepada masyarakat sekitar. Ribuan orang datang untuk
bergabung kedalam tarekat tersebut. Tiap mengadakan mujahadah dan pengajian
selalu dipadati umat Islam yang ingin mendapatkan ilmunya.
Sikap Beliau dengan murid-muridnya
selalu dekat dan tidak menjaga jarak. Siapaun datang untuk bertamu selalu
ditemui dan mendapatkan penghormatan. Nasehatnya selalu menyejukkan. HUSNU
MUFID
Kalau ada masyarakat yang ingin bertemu
langsung dengan Syeh Abdul Wahab selalu diterima dengan tangan terbuka. Tidak
perlu menunggu lama. Tamu yang datang tidak dibeda-bedakan, baik kaya maupun
miskin. Darisinilah Beliau akhirnya mendapat simpati yang cukup besar. Tingkah
laku dan ucapannya dijadikan sebagai contoh. Beliau selalu merakyat dan selalu
memberikan nasehat-nasehat yang menyejukkan hati.
Murid-muridnya pun datang dari berbagai
daerah Jawa dan Sumatera. Mereka ingin langsung mendapatkan ilmunya yang cukup
banyak. Biasanya murid-murid yang berada disampingnya merasakan ketentraman
hati. Karena beliau tidak menjaga jarak dengan murid-muridnya. Selalu dekat dengan
murid-muridnya.
0 komentar:
Posting Komentar
silahkan komentar melalui emai
sialahkan saja melakukan demonstrasi, akan tetapi gunakanlah dengan cara-cara damai dan jangan sampai memacetkan jalan raya yang merugikan masyarakat