Mengungkap Kemagisan
Candi Tikus, Trowulan, Mojokerto
Airnya
Digunakan Meramal Musim Hujan dan Kemarau
Candi Tikus bukan sembarang candi.
Karena air dan batu batanya nya memiliki kekuatan mistis. Yaitu dapat mengusir hama tikus dan meramal datangnya musim hujan.
Berikut hasil liputan wartawan posmo.
Candi Tikus terletak di di dukuh Dinuk,
Desa Temon, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, sekitar 13 km
di sebelah tenggara kota Mojokerto. Dari jalan raya Mojokerto-Jombang, di
perempatan Trowulan, membelok ke arah timur, melewati Kolam Segaran dan terletak di sisi kiri jalan, sekitar 600 m
dari Candi Bajangratu.
Candi Tikus dulunya telah terkubur dalam
tanah lalu ditemukan kembali pada tahun 1914. Penggalian dilakukan berdasarkan
laporan Bupati Mojokerto, R.A.A. Kromojoyo Adinegoro, Sebelumnya, dia mendengar
keluh kesah warga Desa Temon yang kalang kabut karena serbuan hama tikus di
sawah mereka.
Tanpa pikir panjang, Kromojoyo
memerintahkan aparat desa agar memobilisasi massa dan menyatakan perang pada
tikus. Anehnya, saat terjadi pengejaran, tikus-tikus itu selalu lari dan masuk
dalam lubang sebuah gundukan besar. Karena ingin membersihkan tikus sampai
habis, Kromojoyo meminta agar gundukan itu dibongkar. Ternyata, di dalam
gundukan terdapat sebuah candi. Sehingga Kromojoyo memberi nama Candi Tikus.
Selain itu ternyata ada ceritera tentang kemagisan Candi Tikus .
Dikisahkan oleh Mbah Ajiz, seorang
penduduk di desa Temon. Dahulu ada seorang petani di desa yang ditinggalinya
sekarang, Kecamatan Trowulan, Mojokerto yang gelisah karena serbuan tikus
sawah. Hasil tani yang biasanya cukup untuk menghidupi seluruh anggota
keluarga, kini nyaris tak tersisa.
Tak tahan menghadapi serbuan tikus, dia
memohon pada Sang Pencipta. Lalu suatu malam, Si Petani mendapat wangsit agar
mengambil air di kawasan Candi Tikus lalu menyiramkan air itu ke empat sudut
sawah.
“Sebuah keajaiban terjadi, tikus-tikus
yang biasanya kerap beraksi di malam hari hilang begitu saja. Tanah sawah juga
mendadak jadi subur. Si Petani tak kuasa menahan kegembiraannya dan bercerita
pada warga desa,”ungkap Raden Sisworo Ketua
Pusat Informasi situs kerajaan Majapahit di Puri Surya Majapahit
Trowulan Mojokerto.
Namun lain lagi yang dialami oleh
saudagar kaya mendengar kabar tentang khasiat air Candi Tikus. Dengan rakus,
sang saudagar mencari jalan pintas untuk menambah kekayaannya. Suatu malam, dia
mencuri batu candi dan meletakkannya di sudut-sudut sawah. Lagi-lagi sebuah
kejaiban terjadi. Tapi kali ini, tikus-tikus malah datang dan menghabisi padi
di sawah.
Fenomena ini membuat warga desa sadar,
bahwa mereka tak bisa berharap lebih. "Kami hanya bisa memanfaatkan air di
Candi Tikus, tapi bukan batu-batu candi," kata mereka. Dan mitos ini,
ternyata masih dipercaya hingga kini. Bahkan Raden Timbal saudara kandung Raden
Patah diyakini pernah melakukan tapa di candi ini.
Konon air Candi Tikus juga bisa
dijadikan patokan musim kemarau dan musim penghujan. Pada musim kemarau, debit
air rata-rata setiap pancuran pancuran lebih kurang 400 cm/detik. Sedangkan
jika lantai dasar Candi Tikus mulai tergenang dan pancuran air memancarkan air
lebih jauh, dapat diartikan bahwa musim hujan telah menjelang. Ini berarti pula
bahwa pada musim hujan debit air di Candi Tikus akan naik, sehingga bisa jadi
patokan untuk membuka atau menutup pintu air di waduk atau bendungan.
Pemandian
Putri Raja
Sejak zaman prasejarah, air memang
memiliki peranan penting dalam kehidupan spiritual manusia. Air dipercaya
memiliki daya magis utnuk membersihkan, mensucikan dan menyuburkan.
Tak heran, bila kemudian air yang keluar
dari Candi Tikus juga dipercaya memiliki kekuatan magis untuk memenuhi harapan
rakyat agar hasil pertanian mereka berlipat ganda dan terhindar dari
kesulitan-kesulitan yang merugikan.
Namun, belum didapatkan sumber informasi
tertulis yang menerangkan secara jelas tentang kapan, untuk apa, dan oleh siapa
Candi Tikus dibangun. Akan tetapi dengan adanya miniatur menara diperkirakan
candi ini dibangun antara abad 13 sampai 14 M. Karena miniatur menara merupakan
ciri arsitektur pada masa itu.
Banyak cerita tutur mengenai Candi Tikus
ini juga berguna sebagai ‘tempat pemandian putri raja’, menaranya yang
berbentuk meru menimbulkan dugaan bahwa bangunan candi ini juga berfungsi
sebagai tempat pemujaan.
Jika dideskripsikan, bangunan Candi
Tikus ini lebih menyerupai sebuah petirtaan atau pemandian, yaitu sebuah kolam
dengan beberapa bangunan di dalamnya. Hampir seluruh bangunan berbentuk persegi
empat dengan ukuran 29,5 m x 28,25 m ini terbuat dari batu bata merah. Letaknya
lebih rendah sekitar 3,5 m dari permukaan tanah.
Di permukaan paling atas terdapat
selasar selebar sekitar 75 cm yang mengelilingi bangunan. Di sisi dalam, turun
sekitar 1 m, terdapat selasar yang lebih lebar mengelilingi tepi kolam. Pintu
masuk ke candi terdapat di sisi utara, berupa tangga selebar 3,5 m menuju ke
dasar kolam. Cahya
0 komentar:
Posting Komentar
silahkan komentar melalui emai
sialahkan saja melakukan demonstrasi, akan tetapi gunakanlah dengan cara-cara damai dan jangan sampai memacetkan jalan raya yang merugikan masyarakat