Jumat, 14 September 2012
Puluhan ribu warga Yaman hari ini berkumpul di luar masjid di Sanaa untuk menggelar aksi demo atas film anti-Islam "Innocence of Muslims". Aksi protes yang berlangsung damai itu digelar usai salat Jumat di masjid di Sittin Avenue. Imam Amiredeen yang memimpin salat Jumat tersebut, mengecam serbuan ke Kedubes AS di Sanaa yang diwarnai aksi pembakaran bendera AS. Dikatakan Imam Amiredeen, mereka yang melakukan tindakan tersebut telah menghina Islam sama seperti yang dilakukan para pembuat film "Innocence of Muslim." "Serangan terhadap Kedubes AS merupakan serangan terhadap Islam," cetusnya seperti dilansir kantor berita AFP, Jumat (14/9/2012). Sementara itu, para demonstran Yaman lainnya hari ini kembali mencoba mendekati gedung Kedubes AS. Mereka berkumpul sekitar 500 meter dari kompleks Kedubes dan menyerukan pengusiran dubes AS. Massa juga membakar bendera Amerika. "Tak ada kedutaan, tak ada dubes, rakyat ingin dubes diusir," teriak para demonstran. Dalam aksinya, massa demonstran dihalang-halangi oleh polisi yang memblokir semua jalan menuju Kedubes AS. Sebelumnya, aksi demo serupa pada Kamis, 13 September kemarin menewaskan empat demonstran yang terkena tembakan polisi saat mencoba membubarkan massa. Aksi demo tersebut, juga aksi-aksi serupa di negara-negara muslim lainnya dipicu oleh film anti-Islam "Innocence of Muslims" yang menghina Nabi Muhammad. Film amatir ini pula yang mendorong para demonstran menyerbu konsulat AS di Benghazi, Libya pada Selasa, 11 September lalu. Dubes AS untuk Libya Christopher Stevens tewas dalam serbuan tersebut. Hasil pemeriksaan menunjukkan Stevens tewas akibat menghirup terlalu banyak asap, setelah terjebak di dalam gedung konsulat yang terbakar. Dugaan sementara, di antara Ulama Yaman Kecam Serbuan Demonstran ke Kedubes AS onstran terdapat kelompok militan yang menembakk
Puluhan ribu warga Yaman hari ini berkumpul di luar masjid di Sanaa untuk menggelar aksi demo atas film anti-Islam "Innocence of Muslims". Aksi protes yang berlangsung damai itu digelar usai salat Jumat di masjid di Sittin Avenue.
Imam Amiredeen yang memimpin salat Jumat tersebut, mengecam serbuan ke Kedubes AS di Sanaa yang diwarnai aksi pembakaran bendera AS. Dikatakan Imam Amiredeen, mereka yang melakukan tindakan tersebut telah menghina Islam sama seperti yang dilakukan para pembuat film "Innocence of Muslim."
"Serangan terhadap Kedubes AS merupakan serangan terhadap Islam," cetusnya seperti dilansir kantor berita AFP, Jumat (14/9/2012).
Sementara itu, para demonstran Yaman lainnya hari ini kembali mencoba mendekati gedung Kedubes AS. Mereka berkumpul sekitar 500 meter dari kompleks Kedubes dan menyerukan pengusiran dubes AS. Massa juga lembakar bendera Amerika.
"Tak ada kedutaan, tak ada dubes, rakyat ingin dubes diusir," teriak para demonstran.
Dalam aksinya, massa demonstran dihalang-halangi oleh polisi yang memblokir semua jalan menuju Kedubes AS. Sebelumnya, aksi demo serupa pada Kamis, 13 September kemarin menewaskan empat demonstran yang terkena tembakan polisi saat mencoba membubarkan massa.
Aksi demo tersebut, juga aksi-aksi serupa di negara-negara muslim lainnya dipicu oleh film anti-Islam "Innocence of Muslims" yang menghina Nabi Muhammad. Film amatir ini pula yang mendorong para demonstran menyerbu konsulat AS di Benghazi, Libya pada Selasa, 11 September lalu.
Dubes AS untuk Libya Christopher Stevens tewas dalam serbuan tersebut. Hasil pemeriksaan menunjukkan Stevens tewas akibat menghirup terlalu banyak asap, setelah terjebak di dalam gedung konsulat yang terbakar. Dugaan sementara, di antara para demonstran terdapat kelompok militan yang menembakkan roket ke gedung konsulat tersebut.
Pemerintah AS menyatakan, pihaknya tengah menyelidiki insiden ini secara menyeluruh untuk mengetahui adanya keterlibatan kelompok militan, seperti Al-Qaeda dan kelompok lainnya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
silahkan komentar melalui emai
sialahkan saja melakukan demonstrasi, akan tetapi gunakanlah dengan cara-cara damai dan jangan sampai memacetkan jalan raya yang merugikan masyarakat