Jumat, 07 September 2012
Keris Ki Dongkol & Pedang Ki Rompang Milik Kartosoewirjo
Kisah mistis tak lepas dari sosok Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo yang juga imam DI/TII. Bahkan ada pengikutnya yang meyakini sosok Kartosoewirjo sebagai satria piningit. Apalagi, Kartosoewirjo memang dikenal memiliki sejumlah senjata yang banyak disebut orang bertuah.
"Orang-orang yang bilang bapak terkait mistik, itu pemahaman keliru," sanggah putra Kartosoewirjo, Sardjono Kartosoewirjo saat berbincang dengan detikcom, Kamis (6/9/2012).
Sardjono menegaskan ayahnya manusia biasa. Tak terkait mistik ataupun hal yang berbau takhyul.
Namun, dia menuturkan ayahnya itu memang memiliki keris yang dikenal dengan nama Ki Dongkol dan pedang yang diberi nama Ki Rompang. Walau orang banyak menyebut senjata itu sebagai ajimat, Sartono tetap yakin benda-benda itu semata hanya senjata biasa, dan merupakan pemberian orang.
"Keris itu sudah disita tanggal 6 Juni 1962. Benda itu perkakas perang saja, keris itu pemberian. Dulu dapatnya dari tukar menukar cinderamata. Saya enggak tahu siapa yang ngasih, tapi Bapak enggak pernah ngoleksi benda-benda," jelas Sardjono memberi penegasan.
Soal pedang yang disebut sebagai Ki Rompang, yang dia tahu benda itu juga pemberian. Pedang itu sebagai senjata untuk perang dan diberi seseorang sebagai hadiah. Bukan terkait jimat atau mistik.
"Pedang itu juga disita, dulu ada di musium Siliwangi Bandung, tapi enggak tahu apa itu asli atau duplikasi," tutur Sardjono.
Soal keris dan pedang, memang sempat menjadi cerita di masyarakat kala itu. Kartosoewirjo dianggap kebal dan terlindungi dari kejaran tentara. Sartono kembali menegaskan lewat foto-foto yang dipublikasikan di buku Fadli Zon 'Hari Terakhir Kartosoewirjo' terpapar bukti ayahnya manusia biasa.
"Dengan foto-foto kemarin dibuktikan, mistik itu enggak ada. Kepercayaan itu sesuatu yang sesat. Karena bapak juga tidak kebal saat ditembak," jelas Sardjono.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
silahkan komentar melalui emai
sialahkan saja melakukan demonstrasi, akan tetapi gunakanlah dengan cara-cara damai dan jangan sampai memacetkan jalan raya yang merugikan masyarakat