Senin, 03 September 2012
Konflik Syiah Mulai di Indonesia
Masyarakat telah mengenal ajaran Syiah sejak awal masuknya Islam di Indonesia. Tapi aliran ini terpendam karena hanya dibagikan ke kalangan terbatas. Syiah semakin populer waktu revolusi Islam bergejolak di Iran pada 1979. Mahasiswa Indonesia pun tertarik dengan pemikiran Syiah dan mulai mempelajarinya.
"Tapi, ketika itu, Syiah tak menjadi masalah karena dianggap gerakan intelektual," kata Ketua Dewan Syura Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI) Jalaluddin Rakhmat ke Tempo, Kamis, 29 Agustus 2012.
Waktu pengikut Syiah di Indonesia mulai tertarik akan fikih Syiah, banyak yang menganggapnya sesat. Sebab, ada perbedaan penerapan hukum Islam di Syiah dengan aliran lain, Sunni. Dan terjadilah konflik. Kata Kang Jalal, konflik Syiah-Sunni sudah berlangsung 1.000 tahun. Karena itu, perseteruan itu bukan level lokal atau nasional, tapi konflik internasional.
"Kalau di Indonesia, karena Syiah munculnya belakangan, konflik itu baru ada sekarang," ujarnya.
Perseteruan pertama terjadi pada pesantren milik Ustad Ahmad B., di Desa Brayo, Kecamatan Wonotunggal, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, 8 April 2000. Ketika itu, massa menyerbu pesantren seusai salat Jumat, sekitar pukul 14.00 hingga 16.30. Akibatnya, tiga rumah di Pondok Pesantren Al-Hadi dirusak dan satu dibakar massa.
"Tapi itu cuma percikan kecil," kata Kang Jalal. "Polisi langsung meringkus pelaku, dan kini penganut Syiah-Sunni di sana hidup berdampingan."
Konflik kedua muncul di Bondowoso pada 2006. Sasaran serangan adalah pesantren milik Kiai Musowir. Kata Kang Jalal, waktu itu mereka sedang menggelar yasinan pada malam Jumat. "Pelaku melempari pesantren. Dan mereka dihukum penjara empat bulan."
Penyerbuan juga terjadi pada rumah pengurus Masjid Jar Hum di Bangil, Jawa Timur, November 2007. Massa merusak rumah itu lantaran menolak kehadiran pengikut Syiah.
Di Pasuruan, umat Syiah juga ditentang. Pada Februari 2011, jemaah Ahlussunnah wal Jamaah yang baru pulang dari peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW meneriakkan kata "kafir" ke penganut Syiah di Pondok Al-Ma Hadul Islami, Desa Kenep, Kecamatan Beji. Akibatnya, ratusan jemaah itu pun perang batu.
Usaha menyerang penganut Syiah terjadi juga di Jember, Jawa Timur. Pada bulan Ramadan, Agustus 2012, muncul sejumlah spanduk yang menyebutkan ajaran habib Syiah adalah sesat. Namun kain propaganda itu berhasil diturunkan warga dan petugas Pamong Praja sebelum memicu konflik.
Untuk kasus Sampang, Kang Jalal mengatakan bahwa perseteruan sudah mulai sejak 2004. Pada 2006 dan Desember 2011, penganut Syiah juga diserang. Konflik ini sendiri berkutat pada perseteruan antara Tajul Muluk dengan adiknya, Roisul Hukama. Namun, menurut Kang Jalal, masalah sebenarnya bukan pada persoalan keluarga yang mengatasnamakan agama.
"Tapi kefanatikan agama yang memperalat masalah keluarga," ujar Kang Jalal.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
silahkan komentar melalui emai
sialahkan saja melakukan demonstrasi, akan tetapi gunakanlah dengan cara-cara damai dan jangan sampai memacetkan jalan raya yang merugikan masyarakat