Musibah
dan Kematian
Bagi setiap muslim mu’min musibah itu hendaklah diterima dan sikapi sesuai dengan syariah atau tuntunan Rasulullah SAW. Hal itu karena bisa jadi musibah itu adalah akibat dari perbuatan atau ulahnya sendiri, atau pastilah musibah itu telah seizin Allah Ta’ala
Adapun musibah yang berupa kematian atau ditinggal mati oleh salah seorang anggota keluarganya, baik orang tuanya, atau anaknya atau saudaranya atau bahkan suami atau istrinya, lazimnya menimbulkan keprihatinan..
Kewajiban
sesama muslim hendaklah ikut
berprihatin, ikut berbela sungkawa dan segala berta’ziyah atau memberi
hiburan kepada shohibul musibah dengan cara apa saja yang dapat dilakukan
dengan seger Sikap dan tindakan semacam itu akan sangat bermanfaat bagi siapa
saja yang melakukan, buat bekal nanti dikemudiaan hari bila juga akan mengalami
hal yang sama.
Rasulullah bersabda : “Setiap perkara yang menyakitkan
bagi seorang mu’min itu musibah “ Musibah, secara umum dapat dipahami yaitu
sesuatu peristiwa yang ditimpa oleh Allah SWT. Kepada hambanya yang tidak
dikehendaki karena membuat kecewa, sedikit, sakit dan menderita. Musibah itu
bisa bersifat :”peringatan , atau cobaan atau ujian dan bisa bersifat suatu
siksaan buat hambaNya”
Hendaklah
musibah itu diterima dengan keyakinan bahwa Allah menimpakan hal itu kepada
hambaNya bagi yang akan ditinggalkan, telah terpilih dan terukur oleh kebesaran
Allah yang Maha Bijaksana. Sudah barang tentu dibarengi hikmah-hikmah bagi
hambanya sebagai bukti sifat rohman dan rahimnyaHendalah diyakini bahwa Allah
tidak akan atau mustahil berbuat “dholim” kepada hambaNya. Apalahi menimpa
hambaNya yang tidak berdosa dan tetap keadaan iman dan Islam apalagi selalu
berserah diri setiap saat.
Peristiwa kematian , lazimnya menimbulkan keguncangan jiwa membuat diri sendiri dan menangis mencucurkan air mata kesedihan dan sebagainya. Hati menjadi gusar, gelisah, gundah gulana bercampur bawur. Hal ini wajar , namun hendaklah tidak perlu diperturutkan dan segeralah dialihkan pikiran ini kepada mencari hikmah yang menyertainya.
Peristiwa kematian , lazimnya menimbulkan keguncangan jiwa membuat diri sendiri dan menangis mencucurkan air mata kesedihan dan sebagainya. Hati menjadi gusar, gelisah, gundah gulana bercampur bawur. Hal ini wajar , namun hendaklah tidak perlu diperturutkan dan segeralah dialihkan pikiran ini kepada mencari hikmah yang menyertainya.
Peristiwa
itu harus disadari dengan sepenuh hati bahwa hal itu adalah sepenuhnya “ hak
Allah “ yang harus diterima dengan penuh kesabaran dan lapang dada. Kita tahu
bahwa sabar itu dalam Islam ada beberapa macam yaitu : 1.Sabar dalam Musibah 2.
Sabar dalam ibadah 3 sabar dalam ni’mat 4 Sabar dalam jihad dsb Adapun “ sabar
dalam musibah” itu maksudnya ialah bahwa hati ini hendaklah tetap menerimanya,
karena hal itu adalah telah dikehendaki oleh Allah SWT, sehingga hanya ketaatan
yang harus ditunjukan agar segera mendapat bimbingannya, untuk memperoleh
ketentraman dan tabah dalam menghadapi musibah dan kematian.
Kata “tabah” atau “ketabahan dimaksud tahan uji menghadapi hal-hal yang terjadi yang menimpa kepada seseorang yang berupa musibah atau kesusahan dan sebagainya. Perlu dijelaskan bila sikap “ sabar” itu arahnya kepada Allah atas qodratNya, sedang “tabah” itu arahnya kepada mengadapi “ utusan keduniaan” dengan meninggalnya salah seorang anggota keluarga, apalagi suami atau istrinya, lazim lalu menimbulkan beberapa masalah. Baik berupa godaan atau ganguan syetan yang berupa datangnya rasa takut, khawatir dan kesepian dan sebagainya.
Kata “tabah” atau “ketabahan dimaksud tahan uji menghadapi hal-hal yang terjadi yang menimpa kepada seseorang yang berupa musibah atau kesusahan dan sebagainya. Perlu dijelaskan bila sikap “ sabar” itu arahnya kepada Allah atas qodratNya, sedang “tabah” itu arahnya kepada mengadapi “ utusan keduniaan” dengan meninggalnya salah seorang anggota keluarga, apalagi suami atau istrinya, lazim lalu menimbulkan beberapa masalah. Baik berupa godaan atau ganguan syetan yang berupa datangnya rasa takut, khawatir dan kesepian dan sebagainya.
Bila
musibah itu telah sampai ketingkat ujian, maka barang siapa sanggup dan mampu
mengahadapi ternyata lulus. Allah berjanji akan mengangkat derajat keimanan dan
ketaqwaannnya disisiNya. Siapa yang tak akan bangga bila Allah menyanyangi kita
sebagai hamba Allah dengan mengangkat derajatnya yang berarti mendekatkan diri
hambaNya kepada romatNya di dunia hingga di akhirat kelak.
Maka
hendaklah dihadapi dengan selalu memohon pertolongan dan bimbingan agar
terhindar dari fitnah dan ma’syiyyat yang timbul dari akibat musibah kematian
tersebut. Dengan memperbanyak bacaan hauqolah yaitu “laa haula walaa kuwwata
illa billah yaitu memohon kekuatan lahir dan batin.Bila musibah telah terjadi,
serta segala telah kita lakukan dengan mengharap ridha Allah atas taqdir itu,
sebaiknya tidak terus larut dalam kesedihan dan kekecewaan segeralah
merenung-renung dalam hati,apa rahasia dan hikmah yang berlaku atas dirinya
dengan musibah tersebut.
0 komentar:
Posting Komentar
silahkan komentar melalui emai
sialahkan saja melakukan demonstrasi, akan tetapi gunakanlah dengan cara-cara damai dan jangan sampai memacetkan jalan raya yang merugikan masyarakat