Uwais Al-Qarni
Salat di Atas Air saat Kapal Akan Tenggelam
Pada zaman Nabi
Muhammad SAW, ada seorang pemuda bernama Uwais al-Qarni. Dia bermata biru,
rambutnya merah, pundaknya lapang panjang, berpenampilan cukup tampan, kulitnya
kemerah-merahan, dagunya menempel di dada selalu melihat pada tempat sujudnya,
tangan kanannya menumpang pada tangan kirinya. Doanya selalu dikabulkan Allah.
Berikut ini kisahnya.
Pemuda dari Yaman
ini telah lama menjadi yatim, tak punya sanak famili kecuali hanya ibunya yang
telah tua renta dan lumpuh. Hanya penglihatan kabur yang masih tersisa. Untuk
mencukupi kehidupannya sehari-hari, Uwais bekerja sebagai penggembala kambing.
Upah yang diterimanya hanya cukup untuk sekadar menopang kesehariannya bersama sang
ibu.
Uwais al-Qarni
telah memeluk Islam pada masa negeri Yaman mendengar seruan Nabi Muhammad SAW
yang telah mengetuk pintu hati mereka untuk menyembah Allah, Tuhan Yang Maha
Esa, yang tak ada sekutu bagi-Nya. Islam mendidik setiap pemeluknya agar
berakhlak luhur.
Peraturan-peraturan
yang terdapat di dalamnya sangat menarik hati Uwais, sehingga setelah seruan
Islam datang di negeri Yaman, ia segera memeluknya, karena selama ini hati
Uwais selalu merindukan datangnya kebenaran. Banyak tetangganya yang telah
memeluk Islam, pergi ke Madinah untuk mendengarkan ajaran Nabi Muhammad SAW
secara langsung.
Sekembalinya dari
Yaman, mereka memperbarui rumah tangga mereka dengan cara kehidupan Islam.
Alangkah sedihnya
hati Uwais setiap melihat tetangganya yang baru datang dari Madinah. Mereka
telah “bertamu dan bertemu” dengan kekasih Allah penghulu para Nabi, sedang ia
sendiri belum. Kecintaannya kepada Rasulullah menumbuhkan kerinduan yang kuat
untuk bertemu dengan sang kekasih, tetapi apalah daya ia tak punya bekal yang
cukup untuk ke Madinah, dan yang lebih ia beratkan adalah sang ibu yang jika ia
pergi, tak ada yang merawatnya.
Hari berganti dan
musim berlalu, kerinduan yang tak terbendung membuat hasrat untuk bertemu tak
dapat dipendam lagi. Akhirnya, pada suatu hari Uwais mendekati ibunya,
mengeluarkan isi hatinya dan memohon izin kepada ibunya agar diperkenankan
pergi menziarahi Nabi SAW di Madinah. Sang ibu, walaupun telah uzur, merasa
terharu ketika mendengar permohonan anaknya.
Beliau memaklumi
perasaan Uwais, dan berkata: “Pergilah wahai anakku! Temuilah Nabi di rumahnya.
Dan bila telah berjumpa, segeralah engkau kembali pulang.” Dengan rasa gembira
ia berkemas untuk berangkat dan tak lupa menyiapkan keperluan ibunya yang akan
ditinggalkan serta berpesan kepada tetangganya agar dapat menemani ibunya
selama ia pergi.
Sesudah berpamitan
sambil menciumi sang ibu, berangkatlah Uwais menuju Madinah yang berjarak kurang
lebih empat ratus kilometer dari Yaman. Ketika Uwais al-Qarni sedang menaiki
kapal tiba-tiba ombak laut membesar. Kapal yang ditumpangi kemasukan air.
Sehingga banyak penumpang yang sebagian besar saudagar ketakutan.
Kapal yang menuju
tanah Arab bersama para pedagang. Nahkoda melihat seorang laki-laki yang
mengenakan selimut berbulu di pojok kapal yang ditumpangi. Kemudian memanggil
Uwais dan keluar dari kapal dan melakukan salat di atas air. Betapa terkejutnya
Nahkoda kapal tersebut melihat kejadian itu dan lantas meminta pertolongan,
"Wahai waliyullah," Tolonglah kami!" tetapi lelaki itu tidak
menoleh. Lalu kami berseru lagi, "Demi Zat yang telah memberimu kekuatan
beribadah, tolonglah kami!"
Lelaki itu menoleh
kepada kami dan berkata: "Apa yang terjadi?" "Tidakkah engkau
melihat bahwa kapal dihembus angin dan dihantam ombak?" tanya kami.
"Dekatkanlah diri kalian kepada Allah!" katanya. "Kami telah
melakukannya." "Keluarlah kalian dari kapal dengan membaca
bismillahirrohmaanirrohiim!" Kami pun keluar dari kapal satu per satu dan
berkumpul di dekat itu. Pada saat itu jumlah kami lima ratus jiwa lebih.
Sungguh ajaib,
kami semua tidak tenggelam, sedangkan perahu kami berikut isinya tenggelam ke
dasar laut. Lalu orang itu berkata kepada kami, "Tak apalah harta kalian
menjadi korban asalkan kalian semua selamat." "Demi Allah, kami ingin
tahu, siapakah nama Tuan?" tanya kami. "Uwais al-Qorni".
Jawabnya dengan singkat. Kemudian kami berkata lagi kepadanya,
"Sesungguhnya harta yang ada di kapal tersebut adalah milik orang-orang
fakir di Madinah yang dikirim oleh orang Mesir." "Jika Allah
mengembalikan harta kalian. Apakah kalian akan membagi-bagikannya kepada
orang-orang fakir di Madinah?" tanyanya."Ya," jawab kami.
Orang itu pun
melaksanakan salat dua rakaat di atas air, lalu berdoa. Setelah Uwais al-Qorni
mengucap salam, tiba-tiba kapal itu muncul ke permukaan air, lalu kami
menumpanginya dan meneruskan perjalanan. Setibanya di Madinah, kami
membagi-bagikan seluruh harta kepada orang-orang fakir di Madinah, tidak satu pun
yang tertinggal. HUSNU MUFID
0 komentar:
Posting Komentar
silahkan komentar melalui emai
sialahkan saja melakukan demonstrasi, akan tetapi gunakanlah dengan cara-cara damai dan jangan sampai memacetkan jalan raya yang merugikan masyarakat