Thalhah bin
Ubaidillah
Masuk Islam pada Urutan Kelima
Thalhah
bin Ubaidillah seorang pemuda Qurais yang cukup dekat dengan Rasulullah SAW. Mulai
dari menemani berdagang ke negeri Syam hingga perang Uhud. Seluruh hidupnya
untuk mengabdi kepada junjungannya.
Bagi suku Qurais,
Thalhah bin Ubaidillah sudah tidak asing lagi. Karena ia seorang pemuda yang
sangat dekat kepada Rasulullah SAW. Baik saat masih berada di kota Makkah
maupun ketika berdagang di negeri Syam. Dari kedekatannya inilah tokoh ini
kemudian bersedia masuk Islam secara ikhlas. Tanpa adanya rasa takut kepada
siapa pun. Termasuk kepada orang-orang Qurais dan orang tuanya sendiri.
Ia masuk Islam
pada urutan kelima di antara sahabat-sahabat lain yang baru masuk Islam. Ketika
Thalhah masuk Islam, marahlah keluarganya. Karena ia dianggap telah mengikuti
ajaran agama baru yang diajarkan Rasulullah dan telah murtad dari agama
leluhurnya.
Sudah menjadi
tradisi jika orang Makkah masuk Islam, maka keluarganya mencincang tangannya
dan dibawa ke padang pasir yang tandus. Badannya dipukuli dan ibunya
berteriak-teriak memarahi. “Murtad-murtad kamu,” ujar ibunya dengan muka merah
padam.
Mekipun mendapat
siksaan yang cukup berat, Thalhah pun tetap pada pendiriannya masuk Islam..
Karena keyakinannya tetap bulat masuk Islam dan ingin menjadi seorang muslim
yang kaffah. Keteguhan hatinya itu akhirnya dibiarkan oleh ibunya dan
keluarganya. Kemudian tidak diakui sebagai anak dan dianggap anak durhaka.
Namun baginya tidak
mempermasalahkan, yang penting di mata Allah aku anak takwa. Karena telah
memilih agama baru yang dibawa Nabi Muhammad SAW.
Memang, sejak
itu ia tidak diakui oleh keluarganya yang tergolong saudagar kaya di kota
Makkah itu. Hari-harinya dihabiskan di rumah Rasulullah untuk mendengarkan
ajaran-ajarannya. Sehingga, ia menjadi seorang yang memiliki tingkat aqidah dan
ketauhidan cukup kuat.
Ketika pengikut
Nabi Muhammad banyak yang hijrah ke Madinah, maka ia pun ikut juga. Begitupula saat
terjadi Perang Uhud, Thalhah bersama dengan Rasulullah menghadapi orang-orang
kafir yang jumlahnya cukup banyak. Waktu itu umat Islam terbuai oleh barang
rampasan yang ditinggalkan orang-orang kafir, sehingga lupa dengan tugasnya
sebagai tentara yang bertempat di atas bukit Uhud.
Akibatnya
Rasulullah ditinggal oleh sebagian besar tentara Islam di atas Bukit Uhud.
Hanya sejumlah pemuda-pemuda yang melindungi dan tidak tertarik dengan harta
rampasan itu. Salah satunya adalah Thalhah bin Ubaidillah. Kondisi ini
dimanfaatkan oleh kaum Qurais yang dipimpin Khalid bin Walid yang waktu itu
belum masuk Islam.
Dengan
kecerdikan Khalid bin Walid tentara Islam banyak yang mati syahid.
Kemudian
Rasulullah menjadi target sasaran pembunuhan. Hanya saja mengalami kesulitan.
Karena dilindungi oleh sejumlah pemuda Ansor dan Muhajirin yang siap mati.
Untuk menghadapi tentara kafir. Maka, Rasulullah yang dalam kondisi terluka di
tubuh dan mulutnya memerintahkan sahabat Ansor melakukan perlawanan.
“Barang siapa
yang berani menghadapi tentara kafir yang telah berada di depan mata, akan
mendapatkan pahala surga,”ujar beliau. Mendengar ucapan Rasulullah itu kemudian
Thalhah meminta dirinya untuk menghadapi kaum Qurais itu. Tapi tidak
diperbolehkan dan menyuruh pemuda Anshor untuk maju perang.
Begitu maju ke
depan menghadapi tentara kafir Qurais, pemuda Anshor itu meninggal dunia.
Karena kalah tangguh. Lalu Thalhah minta untuk maju perang menghadapi tentara
kafir yang semakin dekat jaraknya. Rasulullah pun tetap menolak dan hanya
berpesan agar tetap berada di sampingnya. Hingga 11 pemuda Anshor terbunuh.
Setelah itu
baru, Thalhah diperbolehkan maju berperang. Dengan mengerahkan tenaga dan
keahlian berperang. Sejumlah tentara kafir dapat dibunuh. Namun badannya banyak
terkena tusukan pedang dan tangan kanannya terputus. Kondisi ini membuatnya
tersungkur. Sahabat Abu Bakar dan Umar yang baru datang membantu mengira sudah
meninggal dunia, akan tetapi hanya pingsan.
Sahabat-sahabat
pun memberi gelar serupa. Rasa hormat pun tetap besar. Meskipun tubuh Thalhah
tidak sempurna, ia mendapat penghormatan yang cukup tinggi. Tidak ada yang
mengasingkan karena kecacatannya itu. Melainkan semakin banyak yang menjadi
sabahatnya. Baik dari kalangan Anshor maupun Muhajirin. HUSNU MUFID
Lalu diangkatlah
menuju perkemahan setelah tentara kafir meninggalkan tempat pertempuran setelah
sejumlah sahabat lain memberi bantuan pasukan. Nyawa Thalhah bin Ubaidillah
akhirnya terselamatkan. Kondisi tubuh yang sedemikian itu ia mendapatkan gelar
dari Rasulullah sebagai “Syahid Yang Hidup”.
0 komentar:
Posting Komentar
silahkan komentar melalui emai
sialahkan saja melakukan demonstrasi, akan tetapi gunakanlah dengan cara-cara damai dan jangan sampai memacetkan jalan raya yang merugikan masyarakat