Kisah Syekh Maulana Malik Ibrahim dengan Dukun Sakti
Hentikan Ritual Pengorbanan Buat Dewa Hujan
Syekh Maulana Malik Ibrahim merupakan salah satu
Walisongo pereode pertama yang memasuki
Pulau Jawa. Ia berasal dari Persia dengan bukti batu nisan yang ada di
makamnya. Datang ke Indonesia untuk berdakwah dan menyampaikan ajaran Islam
yang rahmatanlilalamin. Berikut ini
kisahnya.
Syekh Maulana Malik Ibrahim kadang juga disebut sebagian
rakyat malah menyebutnya Kakek Bantal.
Merasa cukup menjalankan misi dakwah di negeri itu, Kemudian melanjutkan
perjalanannya menuju ke Pulau Jawa dan menetap di Gresik serrta mendapat tugas
Raja majaphit sebagai kepala Syah bandar
pelabuhan.
Beberapa versi menyatakan bahwa kedatangannya disertai
beberapa orang. Daerah yang ditujunya pertama kali yakni desa Sembalo, daerah
yang masih berada dalam wilayah kekuasaan Majapahit. Desa Sembalo sekarang,
adalah daerah Leran kecamatan Manyar, 9 kilometer utara kota Gresik.
Aktivitas pertama yang dilakukannya ketika itu adalah
berdagang dengan cara membuka warung. Warung itu menyediakan kebutuhan pokok
dengan harga murah. Karena waktu itu
kondisi ekonomi masyarakat Mojopahit
mengalami kehancuran akibat wabah wereng. Dimana hasil pertanian
mengalami kemerosotan.
Kemudian Kakek Bantal juga mengajarkan cara-cara baru
bercocok tanam. Ia merangkul masyarakat bawah kasta yang disisihkan dalam
Hindu. Maka sempurnalah misi pertamanya, yaitu mencari tempat di hati
masyarakat sekitar yang ketika itu tengah dilanda krisis ekonomi dan perang
saudara.
Setelah mendapat pelajaran bercocok tanam, akhirnya
masyarakat dengan tanam padi dan hasilnya
lumayan bagus. Hasil panen padi sangat luar biasa dan sudah tidak mengalami
kekurangan pangan. Hidup tidak kekurangan soal pangan.
Selain itu secara khusus Syekh Malik Ibrahim juga
menyediakan diri untuk mengobati masyarakat secara gratis. Mengingat waktu itu
banyak rakyat Mojopahit yang menderita sakit dan banyak yang meninggal dunia
akibat biaya pengobatan terlalu mahal.
Melihat kondisi tersebut, Syekh Maulana Malik Ibrahim
selaku ahli dalam bidang pengobatan memberikan
gratis pada masyarakat yang
berobat. Masyarakat percaya kepada beliau karena sebelumnya pernah diundang untuk mengobati istri raja
yang berasal dari Campa. Yaitu Putri Dwarawati ibu dari Raden Patah.
Setelah sukses mengajari masyarakat bercocok tanam dan
mengobati masyarakat yang menderita saki, maka Syekh Maulana Malik Ibrahim
mengadakan perjalana keliling desa untuk melakukan kegiatan pengajian.
Ditengah perjalanan ia bertemu dengan sekelompok orang
yang tengah mengadakan upacara pengorbanan seorang gadis di atas bukit untuk
meminta hujan. Karena memang waktu itu berlaku tradisi tersebut secara
turun-temurun pada masa kerajaan
Majapahit.
Dalam upacara yang penuh magis itu sang dukun yang
berkalung jimat bersiap-siap menikamkan sebilah pedang ke tubuh gadis yang
perawan itu untuk dijadikan korban buat Dewa Hujan yang berada di langit.
Wanita yang dipersembahkan itu menyerah dan tidak berontak. karena sudah pasrah
dewi Dewa Hujan yang akan mendatangkan kebahagiaan keluarga dan masyarakat
setempat. Gadis persembahan itu
merupakan gadis ke empat. Karena sebelunya sudah ada dan telah terbunuh. Tapi
hujan belum juga turun dari langit pada siang hari.
Sadarkan Masyarakat
Saat itu Syekh Maulana malik Ibrahin langsung mendekat
untuk menghentikan upacara yang mematikan anak gais-gadis desa. Kemudian ia
meminta agar dihentikan. Sebab hujan tidak mungkin akan turun dimusim kemarau
panjang. Saat ujung pedang telah sampai ke tubuh si gadis persembahan.
Namun keajaiban terjadi, pedang itu tak mampu menembus
tubuh perawan itu. Hal ini membuat dukun tersebut merasa ada kekuatan gaib yang
menghadang tenaganya menekan pedang ke tubuh gadis yang tak berdosa itu. Hingga
akhirnya dukun tersebut terlempar jauh ketengah lapangan.
Kemudian dukun tersebut bangkit dan mengetahui kalau yang
menghancurkan upacara persembahan wanita digagalkan oleh Syekh Maulana Malik Ibrahim. Dengan rasa
marah, si dukun menanyakan kenapa menghalangi pelaksanaan upacara persembahan
manusia itu.
Tapi Syekh maulana Malik Ibrahim bali bertanya dengan
nada tegas. “ Berapa sudah gadis yang Anda korbankan hari ini,? ” tanya Syekh
Maulana Malik. “Tiga,” jawab si dukun itu. “Apakah setelah dua nyawa itu
melayang, hujan turun, ? ” tanya Syekh Maulana Malik Ibrahim lagi dengan nada
tinggi.
Si dukun mulutnya
terdiam dan keringat dingin bercucuran. Merasa malu dengan masyarakat
yang menyaksikan. menurut keyakina dukun, memang setelah tiga persembahan
wanita Dewa Hujan belum juga bermurah hati menurunkan airnya. Tetapi dia
meyakini setelah yang keempat, Dewa Hujan akan mengabulkan permohonannya, yang
juga merupakan permohonan semua penduduk di daerah itu.
Sesaat setelah menyadari kondisi yang dialami penduduk,
Syekh Maulana Malik Ibrahim berujar, “Bila hujan dapat turun, masihkah kalian
akan mengorbankan gadis ini,? ”. Penduduk menjawab ya. Tapi jika hujan tidak
turun tidak akan mengorbankan lagi.
Selesai membangun dan menata pondokan tempat belajar
agama di Leran, tahun 1419 M Maulana Malik Ibrahim wafat. Makamnya kini
terdapat di kampung Gapura, Gresik, Jawa Timur. Hingga kini banyak masyarakat
yang menziarahi.
Beliau mengajari masyarakat untuk meminta kepada Allah
agar hujan turun dengan cara shalat minta hujan dilapangan dan langgar.
Permintaan tersebut akhirnyaterwujud Huja sering turun di wilayah Gresik.
Turunnya air hujan tidak disia-siakan. Masyarakan diajri
membuat irigasi. Sehingga air yang turn
dari hujan langsung mengalir ke sawan dan tidak ke laut. Kondisi tersebut
membuat masyarakat Majapahit semakin banyak yang masuk Islam.
Dari dialog-dialog inilah akhirnya sang dukun dan
masyarakat menyadari Dewa hujan tidak akan turun. Kemudian mereka beralih kepada Syekh Maulana Malik
Ibrahim. Untuk berguru cara mendatangkan hujan.
0 komentar:
Posting Komentar
silahkan komentar melalui emai
sialahkan saja melakukan demonstrasi, akan tetapi gunakanlah dengan cara-cara damai dan jangan sampai memacetkan jalan raya yang merugikan masyarakat