Senin, 03 September 2012
Dua Ulama Besar Syiah Aceh
Dua aliran Syiah dan Sunni atau Ahlulsunnah berebut pengaruh sejak pertama kali masuk Indonesia melalui Aceh. Sejumlah tokoh besar lahir dari dua aliran yang kemudian berebut pengaruh itu. Profesor Hasjmy, dalam buku Syiah dan Ahlulsunnah, menyebutkan tokoh besar itu antara lain Hamzah Fansury dan Syamsuddin Sumatrany yang beraliran syiah. Tokoh ''lawan'' aliran mereka adalah Syek Nuruddin Ar Raniry serta Syekh Abdur Rauf Syiah Kuala yang ahlulsunnah.
Siapa dua tokoh Syiah ini?
Hamzah Fansury
Professor Syed Muhammad Naguib Al-Attas dalam buku The Mysticsm of Hamzah Fansury menyebutkan tokoh syiah ini lahir di Barus, Aceh, walau tak ada bukti kuat mengenai lokasi kelahirannya. Ia hidup pada masa pemerintahan Sulthan Alaiddin Riayat Syah IV Saiyidil Mukammil (997-1011 Hijriah/1589-1604).
Dari sebuah syairnya, Hamzah dipercaya berasal dari Fansur, sebuah kampung dekat kota Singkel. Pada masanya daerah ini merupakan ‘pusat kegiatan ilmu’ di Aceh bagian selatan. Dia dikatakan sebagai pengikut thariqat Saiyid Abdul Kadir Jailani.
Hamzah belajar di Aceh dan mengembara ke Jawa, Malaya, India, Persia, Arabia dan sejumlah wilayah lainnya. Dia ahli bahasa Melayu, Jawa, Urdu, Persia, Arab dan bahasa Aceh tentunya. Ahli filsafat, tasauwuf, manthiq, sejarah, fiqh, serta ahli lainnya. Karyanya antara lain: Asraarul Arifin Fi Bayani Ilmia Suluk Wat Tauhid, Syarabul Asyiqin, Al Muntahi, dan Ruba’i Hamzah Fansury, Syair Burung Unggas.
Syamsuddin Sumatrany
Dia merupakan murid Hamzah Fansury yang berasal dari Samudra-Pase. Lahir di lingkungan ulama dia memiliki nama lengkap Syamsuddin bin Abdullah Sumatrany. Ia pernah belajar kepada Pangeran Bonang di Jawa. Ia menguasai sejumlah bahasa seperti Hamzah dan pernah menjabat sebagai orang kedua dalam kerajaan atau Qadli Malikul Adil di Aceh Darussalam. Kalau Hamzah ahli sastra sebagai penyair sufi, Syamsuddin mengatasi gurunya di bidang politik dan kenegarawanan.
Kehabatan Syamsuddin bahkan diakui musuh pahamnya, Syekh Nuruddin Raniry. Karyanya yang berbahasa Melayu (jawi) atau bahasa Arab cukup banyak, setidaknya ada 16 karya besar antara lain Miratul Mukminin, Jauharul Haqaiq, Risalatul Baiyin Mudahadlatil Muwahhidin ‘Alal Mulhidi fi Zikrillah dan Kitabul Harakah.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
silahkan komentar melalui emai
sialahkan saja melakukan demonstrasi, akan tetapi gunakanlah dengan cara-cara damai dan jangan sampai memacetkan jalan raya yang merugikan masyarakat