Keunikan Kelenteng Tek Hay Kiong, Tegal
Jateng
Simpan
Gamelan Naga Mulya Bersuara Nyaring
Klentang yang terletak di Jl. Gurami No.
8 Kota Tegal menurut catatan sejarah,
mulai direstorai pada tahun 1837 saat Kaisar Dao Guang ke 17. Yang
membangun adalah Kapiten Tan Koen Hway
bersama rekan-rekannya di Tegal.
Kelenteng yang diberi nama Tek Hay Kiong
yang dapat diartikan juga Istana Tek Hay Cin Jin. Ada banyak peninggalan
sejarah yang menarik di kelenteng tersebut, pertama adalah Cin Jin Bio yang merupakan tempat pemujaan/rumah abu yang dibangun
masyarakat Tionghoa di Tegal untuk mengenang kebaikan Kwee Lak Kwa.
Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya
sepasang papan Lian (syair ) untuk menghormati Tek Hay Cin Jin ( Kwee Lak Kwa )
yang disumbang Lin Ming De pada tahun 1828.
Peninggalan kedua adalah Kelenteng tersebut menyimpan sebuah benda
peninggalan budaya berupa seperangkat alat gamelan yang dibuat tahun 1868
silam. Hingga kini gamelan bernama "Naga Mulya" itu masih lestari dan
dalam kondisi terawat.
Dalam gelaran wayang kulit di Klenteng
Tek Hay Kiong, Gamelan pusaka yang
usianya sudah lebih dari 100 tahun ini masih nyaring dibunyikan. Bahkan tidak
ada nada sumbang yang diperdengarkan.
Menurut Ketua Yayasan Tri Dharma Tegal
(YTDT) Kwee Hong Koen, gamelan Naga Mulya adalah benda peninggalan sejarah yang
dimiliki Kelenteng Tek Hay Kiong. Gamelan ini merupakan benda pusaka yang harus
dipertahankan keberadaannya.
Upaya yang dilakukan kelenteng untuk
mempertahankan benda pusaka itu adalah dengan merawatnya dengan baik. Bahkan
klenteng memberikan ruangan khusus untuk menyimpan benda sejarah yang
dimiliknya.
Hong Koen menambahkan, gamelan Naga
Mulya dibuat tahun 1868 silam. Menurutnya keberadaan gamelan Naga Mulya
merupakan bukti adanya akulturasi budaya. Lebih jauh disampaikan, menggunakan
gamelan tersebut tidak boleh sembarangan. Karena, harus meminta ijin lebih dulu
kepada Kongco Tek Hay Cin Jin. Apabila diperbolehkan, maka gamelan digunakan.
Sebaliknya, apabila tidak, gamelan hanya dibersihkan dan disimpan kembali di
tempatnya. Sehingga tiap gelaran wayang kulit di setiap Tahun Baru Imlek, bisa
dipastikan selalu menyita perhatian publik. Terbukti, tidak hanya umat Tri
Dharma saja yang menyaksikannya, masyarakat Tegal lainnya pun
berbondong-bondong datang ke klenteng untuk melihatnya.
Bahkan pernah saat acara berlangsung,
tiba-tiba turun hujan deras. Kendati demikian, gelaran wayang kulit tetap
berlangsung sesuai jadwal. Tidak sedikit pula masyarakat yang mengabadikan
pagelaran wayang yang dihelat di halaman Klenteng Tek Hay Kiong.
Seorang warga Jalan Martoloyo yang sedang
menonton wayang, Sardi (35) mengaku baru mengetahui ternyata klenteng menyimpan
benda pusaka peninggalan sejarah. Hebatnya lagi, sambung dia, kondisi benda
sejarah itu masih sangat bagus.
"Ini membuktikan upaya pelestarian
benda pusaka kelenteng tidak main-main. Apa yang dilakukan klenteng patut
dijadikan contoh oleh masyarakat dan pemerintah Indonesia. Karena Indonesia
memiliki beragam budaya yang harus dilestarikan keberadaannya. Sehingga tidak
ada benda peninggalan sejarah yang
akhirnya diklaim oleh negara lain," pungkasnya.
Tertua
Saat ini, Kelenteng Tek Hay Kiong masih
aktif sebagai tempat Ibadah bagi masyarakat Tionghoa yang ada di Tegal. Jadi
kondisinya masih terawat dengan baik. Terlebih apabila sudah masuk Hari Raya
Imlek, banyak sekali agenda-agenda menarik yang bisa menjadikan aset wisata
bagi daerah Tegal. Bisa dibilang sama dengan kelenteng-kelenteng yang ada di
Indonesia dipenuhi umat yang sedang beribadah.
Di Kelenteng Tek Hay Kiong juga dipenuhi
umat Tri Dharma yang sedang beribadah. Akan tetapi di kelenteng tertua di
Tegal, Jawa Tengah, selain dipenuhi umat yang sedang beribadah, Kelenteng Tek
Hay Kiong juga dipenuhi warga sekitar Tegal yang sengaja berkunjung ke
kelenteng untuk berwisata.
Mereka memenuhi sebagian besar halaman
kelenteng. Warga penasaran dengan aktivitas etnis Tionghoa saat beribadah.
Selain itu keunikan arsitektur Kelenteng
Tek Hay Kiong menjadi daya tarik wisata yang mengagumkan. Tak jarang warga yang
berkunjung mengabadikan momen liburan mereka di Kelenteng Tek Hay Kiong dengan
kamera pada telepon seluler mereka.
Seperti yang dilakukam Eni, warga
Adiwerna, Tegal.
Selain dipenuhi warga yang berwisata di
Kelenteng Tek Hay Kiong, di luar halaman kelenteng juga dipenuhi oleh puluhan
pedagang asongan yang menjajagkan barang dagangan seperti makanan, mainan dan
masih banyak lagi. Hal ini membuat lalu lintas di depan kelenteng menjadi
tersendat. CAHYA
Banyaknya warga yang berkunjung ke
Kelenteng Tek Hay Kiong untuk wisata tidak menjadi masalah bagi umat yang
sedang beribadah maupun dari pengurus kelenteng. Warga yang ingin berkunjung ke
kelenteng diperbolehkan asal bisa menghormati umat yang sedang beribadah.
“Tidak masalah warga mengujungi kelenteng
ini, asalkan mereka menghormati umat yang beribadah. Selain itu warga juga
harus menjaga sopan santun mereka selama berada di kelenteng” kata Hendra saat
ditemui terpisah di Kelenteng Tek Hay Kiong.
Dia mengungkapkan, dirinya sengaja
datang mengunjungi kelenteng untuk mengisi liburan dengan anaknya. “Kebetulan
libur jadi saya mengajak anak saya untuk liburan di sini. Saya ingin tahu saja
bagaimana warga Tionghoa merayakan Tahun Baru Imlek,” tutur Eni saat dijumpai
di Kelenteng Tek Hay Kiong.
1 komentar:
nice info gan
Posting Komentar
silahkan komentar melalui emai
sialahkan saja melakukan demonstrasi, akan tetapi gunakanlah dengan cara-cara damai dan jangan sampai memacetkan jalan raya yang merugikan masyarakat