Jumat, 31 Agustus 2012
Situs Majapahit Tiap Hari Dirusak Pembuat Bata Merah
Banyaknya peninggalan Kerajaan Majapahit di kawasan Trowulan yang saat ini menghadapi kepunahan akibat kegiatan ekonomi masyarakat yang tak terkendali. Tidak kurang 3 ribu titik lokasi pembuatan batu bata masyarakat di kawasan ini yang menggerus dan merusak lapisan sejarah budaya Majapahit. Hal itu, terjadi pada setiap harinya tanpa adanya penghentian karena berbagai alasan.
Upaya penyelamatan warisan sejarah dan budaya Mojopahit di kawasan Trowulan, Kabupaten Mojokerto yang selama ini yang dilakukan baik pemerintah, instansi maupun sebagai anggota masyarakat yang peduli, menurut komunitas peduli budaya dan sejarah Majapahit, WONG TeRIK Foundation, masih belum maksimal. Upaya tersebut tampaknya kurang optimal dan belum mencapai keinginan yang diharapkan oleh semua pihak.
''Upaya pelestarian, pengembangan dan pemanfaatan warisan sejarah dan budaya Mojopahit memang bukan perkara yang sederhana karena permasalahan yang dihadapi cukup kompleks serta memerlukan keterlibatan semua pihak,'' ungkap salah satu inisiator WONG TeRIK Foundation, Saifullah Barnawi, Sabtu (12/11/2011) tadi pagi.
Menurutnya, salah satu pihak yang sangat diperlukan dalam keterlibatan penyelamatan sejarah dan budaya Mojopahit tidak adalah masyarakat Trowulan dan sekitarnya sendiri. Pasalnya, masih kata Saiful, mereka yang ada di sekitar kawasan ini yang secara langsung merasakan dampak dari kegiatan pelestarian, pengembangan warisan sejarah dan budaya Mojopahit.
Sumur Jobong Lapis Enam Peninggalan Majapahit
Sumur jobong lapis enam ditemukan Muhammad Taufiq Ikwan (36) warga Nglinguk, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto saat menggali tanah untuk membuat batu bata merah. Namun cangkulnya mengenai bangunan sumur jobong.
Setelah digali lebih dalam, bangunan sumur jobong tersebut terlihat berlapis enam dengan dikelilingi batu bata merah. Meski baru digali di sisi timur, bangunan sumur jobong tersebut berlapis enam dengan tinggi bervariasi mulai 20 cm hingga 60 cm.
"Total sumur di lokasi ini, sejak saya membuat batu bata merah tiga tahun lalu sebanyak 24 sumur tapi ini yang berbeda karena sebelum-sebelumnya, sumur yang saya temukan kalau tidak berbentuk batu bata merah yang disusun melingkar, ya jobong tak cela tapi ini jobong lapis enam," ungkapnya, Jum'at (31/08/2012).
Tanah yang ada di sekitar sumur berupa pasir, sementara dibawah berisi air. Diduga sumur jobong peninggalan Kerajaan Majapahit ini masih memiliki sumber mata air di dalamnya, pasalnya saat digali semakin dalam air terus keluar dari dalam tanah.
"Saya sendiri kurang tahu sebenarnya ini dulu digunakan untuk apa karena jarak sumur satu ke yang lain dekat. Tanah seluas 32 meter x 20 meter tersebut sudah ditemukan 24 sumur, tujuh sumur berbentuk batu batu yang diisusun sedang 17 sumur berbentuk jobong, satu diantaranya jobong berlapis enam," katanya.
Meski sudah memberitahu ke pihak Balai Penyelamatan Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Timur di Trowulan, Kabupaten Mojokerto namun Ikwan mengaku belum didatangi pihak BP3 Jawa Timur. Padahal sebelumnya, ia juga menemukan patung bima setinggi 55 cm dan langsung diserahkan ke BP3 Jawa Timur husnu mufid
Saksi Jokowi Diminta Tak Pakai Kotak-kotak
Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) DKI Jakarta bersama Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi DKI Jakarta, Badan Kesatuan Bangsa dan Politik, serta tim sukses pasangan calon kembali bertemu, Jumat (31/8/2012).
Pada pertemuan itu, kubu pasangan Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama menyatakan sanggup menginstruksikan kepada semua saksi yang bertugas di tempat pemungutan suara (TPS) untuk tidak memakai baju kotak-kotak yang menjadi ciri khas dari pasangan nomor urut tiga tersebut.
"Tadi memang dibahas tentang diperbolehkan atau tidaknya pemakaian baju kotak-kotak pada saat pencoblosan di TPS," kata Ketua Panwaslu DKI Jakarta Ramdansyah di Kantor Panwaslu DKI Jakarta, Jalan Suryopranoto, Jakarta, Jumat (31/8/2012). Meski para saksi di TPS diinstruksikan tidak memakai baju kotak-kotak, warga yang hendak mencoblos tidak dilarang untuk mengenakannya.
Dalam aturan KPU, lanjutnya, baju kotak-kotak memang tidak dianggap sebagai alat peraga karena tidak mencantumkan nama, nomor urut, dan visi-misi kandidat peserta pilkada. Pertimbangan untuk tidak memakai baju kotak-kotak bagi saksi di TPS ini berawal dari masukan masyarakat dan pemantau pemilu, seperti koalisi rakyat dan KIPP, pada pelaksanaan putaran pertama lalu.
Menanggapi masukan tersebut, Panwaslu DKI meneruskan kepada tim sukses (timses) Jokowi-Ahok dan mendapat sambutan baik. Kendati demikian, ia akan meminta pada KPU Provinsi DKI Jakarta untuk membuat surat edaran. "Sejauh ini, timses siap untuk melakukan itu. Baju kotak-kotak itu ciri dari pasangan calon dan bisa jadi ada kecenderungan memengaruhi pemilih," ujarnya. husnu mufid
Kamis, 30 Agustus 2012
NU Pasuruan Larang Warga Datangi Batu 'Bertuah'
NU Pasuruan Larang Warga Datangi Batu 'Bertuah'
PCNU Kabupaten Pasuruan prihatin perilaku sebagian warga dalam menyikapi keberadaan 3 batu besar yang ada di Beji. Banyaknya warga yang datang ke lokasi batu untuk ngalah berkah maupun ingin mendapatkan kekuatan sudah termasuk syirik.
Untuk itu, PCNU melarang warganya mendatangi lokasi batu yang terletak di areal persawahan Dusun Kedanten Timur Desa Wonokoyo itu.
"Itu sudah syirik, merusak aqidah. Kami melarang warga datangi ke lokasi untuk mengharap berkah atau ritual apapun," kata Ketua PCNU Kabupaten Pasuruan KH Sonhaji Abdussomad kepada wartawan, Kamis (30/8/2012).
Pihaknya juga meminta kepada semua tokoh agama dan tokoh masyarakat agar memberikan pemahaman kepada warga bahwa perbuatan mereka akan sudah merusak aqidah. Menurutnya, praktek yang dilakukan sebagian pengunjung 3 batu sudah mengarah pada Animisme.
"Itu sisa-sisa Animisme," tandasnya.
Selain peran tokoh agama dan tokoh masyarakat, ia juga berharap agar pemerintah segera menutup lokasi tersebut.
"Demi kemaslahatan umat, pemerintah harus menutup lokasi itu," tandasnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, 3 buah batu yang dianggap 'bertuah' menghebohkan warga Pasuruan. Setiap hari lokasi batu yang berada di tengah arel persawahan itu selalu ramai dikunjungi warga yang penasaran. Sebagian warga yang datang juga ada yang berniat ngalah berkah dan ingin mendapat kekuatan dari batu.husnumufid
GP Ansor: Identitas Surabaya Kota Pahlawan Hilang
Proses pembangunan dan penerapan kebijakan yang terjadi di Kota Surabaya menuai kritik pedas dari Pengurus Cabang (PC) GP Ansor Kota Surabaya. Pasalnya, proses pembangunan tanpa diimbangi dengan penyematan identitas Surabaya sebagai Kota Pahlawan.
Kondisi tersebut, dinilai para aktivis GP Ansor Surabaya sebagai langkah penghilangan ikon dan nilai-nilai sejarah yang selama ini terjadi dibanggakan warga di mana Surabaya sebagai Kota Pahlawan.
"Sampai saat ini banyak yang bingung, Kota Pahlawan namun sama sekali tidak mengesankan sebagai Kota Pahlawan. Ciri maupun roh Surabaya sebagai Kota Pahlawan luntur seiring dengan proses pembangunan yang tidak memegang identitas kota. Maka jadilah Surabaya sebagai Kota Belanja, Kota Industri dan sebutan-sebutan lainnya yang jauh dari ciri Kota Pahlawan," ujar Ketua PC GP Ansor Surabaya, Muhammad Asrori Muslih, Kamis (30/08/2012). Menurutnya, saat ini Surabaya telah kehilangan identitas sebagai Kota Pahlawan. Sebab, katanya, tidak ada niatan serius dari Pemkot Surabaya untuk menjaga, melestarikan, dan mengkampanyekan Surabaya sebagai Kota Pahlawan.
"Bangunan dan tempat bersejarah sebagai bukti bahwa Surabaya yang dijuluki sebagai Kota Pahlawan mulai hilang satu per satu. Kalaupun ada dibiarkan tak terawat dan tidak dikampanyekan untuk kepentingan wisata. Saya dengar kalau Surabaya sudah disebut litle Singapore, sebab di mana-mana justru yangdikampanyekan lingkungan di perumahan di Surabaya Barat yang mirip negara Singapura, ini memalukan," kritiknya.
Untuk itu, lanjut Asrori, melalui Diskusi Ngaji Sejarah Surabaya pihaknya berharap semua pihak yang peduli dengan kondisi Surabaya bisa terlibat. Terlebih, tambahnya, pelaku sejarah yang bisa menerangkan kondisi riil Surabaya antara dahulu dan sekarang satu per satu telah meninggal.
"Ini tidak bisa dibiarkan, harus ada kajian untuk menyelamatkan identitas tersebut agar generasi penerus bisa mengetahuinya," pungkasnya.husnu mufid
Petani Kecam Komisi Urusan Tembakau Jember
Komisi Urusan Tembakau Jember yang dibentuk oleh pemerintah daerah setempat dinilai lamban, dalam melakukan mediasi saat harga tembakau terpuruk.
Saat ini petani Jember merasa dirugikan, karena perwakilan pabrik membeli tembakau mereka dengan harga rendah. Petani menuntut pabrik membeli tembakau dengan harga wajar.
Dalam situasi seperti ini, KUTJ biasanya segera turun tangan ikut membantu penyelesaian persoalan. Namun, Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia Jember Jumantoro, menilai KUTJ tak tangkas. "KUTJ bukan telat lagi, tapi sudah tak peduli. Kalau sudah tak peduli, ganti saja," katanya.
Ketua KUTJ Kabul Santoso mengakui, bahwa pihaknya terlambat menyikapi persoalan petani tembakau. "Pemantauan oleh KUTJ terlambat karena terbentur puasa dan hari raya. Namun itu bukan alasan. Kami akan segera mengusulkan agar peraturan daerah segera dilaksanakan," katanya.
Wakil Sekretaris KUTJ Abdus Setiawan membenarkan, jika KUTJ kurang lincah jika dibandingkan organisasi petani tembakau. "KUTJ sebagai lembaga yang dibentuk bupati tidak lugas, karena harus rapat lebih dulu sebelum memutuskan sesuatu," katanya.
Namun ini bukan berarti KUTJ harus dibubarkan. "Kinerjanya saja diperbaiki. Misal kalau kondisi darurat, tidak perlu terlalu birokratis," kata Abdus. husnu mufid
Rabu, 29 Agustus 2012
PCNU Surabaya: Fatwa Sesat Syiah Harus Dicabut
Konflik atas nama agama yang melibatkan warga Syiah dan Sunni, di Sampang, menurut Ketua PCNU Surabaya, Imam Ghozali, adalah masalah intoleransi.
Pasalnya, tidak hanya kali ini, konflik di tempat yang sama terjadi. Salah satu penyebab utamanya adalah adanya fatwa sesat tentang Syiah yang dikeluarkan oleh MUI Sampang.
"Fatwa sesat Syiah yang dikeluarkan MUI Sampang harus dicabut," kata Imam Ghozali, Kamis (30/8/2012), saat mengirimkan bantuan berupa sembako dan bantuan lainnya, untuk pengungsi Sampang, di sekretariat PCNU, di Jalan Bubutan Surabaya.
Menurut Imam, jika fatwa tersebut tidak segera dicabut, dikhawatirkan konflik Sampang akan terus berlanjut, dan bahkan mungkin bisa jadi akan merembet ke wilayah lain.
"Syiah itu tidak sesat, dan selesai, meskipun memang ada perbedaan-perbedaan. Kalau hanya berbeda, ya jangan difatwa sesat," kata Imam.
Menurut Imam, konflik Sampang adalah masalah intoleransi, bukan hanya masalah keluarga, apalagi di Sampang dalam waktu dekat akan ada Pilkada.
Bahkan Imam menilai, PCNU Sampang dan PWNU Jatim, justru mendukung intoleransi. Hal ini dikarenakan, NU Sampang dan Jatim, yang meminta Takjul Muluk-warga Syiah-yang dihukum berat. Padahal itu Takjul Muluk merupakan korban.
"Masalah keluarga, itu masalah baru. Konflik ini telah terjadi pada 2004 lalu, dan pernah juga terjadi pada 2006. Karena itu harus diselesaikan," kata Imam.
Imam menambahkan, pelaku pengrusakan harus dihukum berat. Pasalnya selama ini, justru dihukum ringan.
Selasa, 28 Agustus 2012
Mendagri: Konflik Keluarga dan Kriminal Murni
-Pemerintah pusat tidak menilai bahwa peristiwa Sampang adalah konflik keyakinan antara Sunni dan Syiah. Mendagri Gamawan Fauzi menyatakan, penyerangan atas kelompok Syiah itu hanyalah masalah konflik antarkeluarga dan kriminal murni.
Untuk diketahui, KH Rois sebagai adik Tajul Muluk (pimpinan Syiah Sampang) adalah pimpinan Sunni yang banyak pengikutnya.
"Tapi kejadian di Sampang itu adalah kriminal murni dan konflik keluarga yang berkembang di masyarakat. Jadi, bukan masalah aliran agama antara Syiah dan Sunni. Kebetulan kakak beradik Tajul Muluk dan Rois sama-sama punya pengikut," ujarnya usai rapat tertutup membahas kasus Sampang di Grahadi, Senin (27/8/2012) malam.
Menurut dia, permasalahan yang muncul di Sampang awalnya konflik keluarga yang telah berlarut-larut sejak tahun 2004 sampai sekarang, yaitu antara Tajul Muluk dan pihak keluarga Rois yang mempunyai masalah pribadi dan disebarkan ke masyarakat.
Untuk mengantisipasi masalah kasus sampang ini, katanya, akan diserahkan oleh pihak Polri untuk segera menangkap para tersangka atau perusuh di Sampang tersebut. "Nanti masalah ini akan ditangani secara profesional oleh Polri untuk dilaporkan ke Presiden," tukasnya.
Terkait untuk pengungsi Syiah saat ini akan ditangani Pemprov Jatim, Pemkab Sampang dan pemerintah pusat. Baik itu masalah tempat tinggal dan anaknya dapat sekolah kembali. "Inti dari pertemuan tersebut yaitu membahas masalah kemanusian dan munculnya pertikaian tersebut sampai menimbulkan korban," pungkasnya.
FKUB di Sampang Mati Suri!
Selain faktor intelijen yang lemah dalam mengantisipasi dini penyerangan atas Syiah Sampang, ternyata sejak dua tahun terakhir Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Sampang masih terkatung-katung alias 'mati suri'.
Ini karena Bupati Sampang Noer Tjahja tidak segera mengukuhkan kepengurusan FKUB yang baru hingga saat ini. Untuk membantu pemerintah meredam kasus kekerasan dengan sentimen agama, Ketua FKUB Jatim Endro Siswantoro mendesak Bupati Sampang segera membentuk kepengurusan yang baru.
"FKUB ini bertugas untuk menjaga kerukunan umat beragama, baik antarumat beragama maupun antarumat dalam satu agama. Di Indonesia, sepertinya Sampang lah yang satu-satunya tidak mempunyai FKUB," tegas Ketua FKUB Jatim Endro Siswantoro, Selasa (28/8/2012).
Pihaknya menyesalkan sikap Pemkab Sampang yang tidak segera mengaktifkan kembali FKUB. Padahal, FKUB sebenarnya sangat bermanfaat untuk menjaga kerukunan umat beragama di daerah. Ternyata, Kabupaten Sampang merupakan satu-satunya daerah yang tidak memperhatikan keberadaan kelembagaan yang diisi berbagai perwakilan pemeluk agama itu.
Tak heran jika permasalahan agama ini kembali terjadi untuk kedua kalinya di daerah tersebut, sebab penanganan secara keagamaan juga tidak bisa ditangani secara maksimal. Padahal, timbulnya konflik agama bisa dipicu dari berbagai faktor.
Endro menjelaskan, FKUB Jatim tetap akan mendorong agar Gubernur Jatim Soekarwo segera membuat kebijakan yang berkaitan dengan penanganan masalah tersebut, salah satunya dengan diaktifkannya kelembagaan FKUB ini.
Sebelumnya, beberapa kali Bupati Sampang, Noer Tjahja mengungkapkan dan menegaskan kalau dirinya menolak imbauan pemerintah membentuk forum kerukunan umat beragama di wilayah tersebut.
Bahkan, saat itu dia mengaku, pemkab memang sudah beberapa kali menerima surat dari menteri supaya mengukuhkan forum tersebut. Hal ini juga diakui Endro yang juga telah melayangkan surat ke Pemkab Sampang untuk mengukuhkan FKUB.
Sekedar diketahui, terbentuknya FKUB di Kabupaten Sampang pada 1997 silam. Selanjutnya, masa bakti habis pada 2010. Setelah itu, status kepengurusan FKUB sampai saat ini terkatung-katung. Sebab, bupati tidak segera mengukuhkan kepengurusan yang baru.
"Kami akan merapatkan diri kembali agar ada dorongan kembali ke Sampang agar kelembagaan ini kembali ada dan bisa mengkondusifkan daerah tersebut," tukasnya.
Endro juga kembali menyerukan, agar semua pihak yang bertikai bisa menahan diri dan tidak terprovokasi dengan kepentingan apapun. Sebab, saat ini masalah sekecil apapun, bisa menjadikan masalah yang besar hingga terjadi kerusuhan. [tok/kun]
Relokasi Warga Syiah Sampang ke Gubernur
Menteri Agama Suryadharma Ali menampung curhat warga Syiah, Sampang, Madura, yang ingin direlokasi ke tempat yang aman. Namun Menag menyerahkan hal itu pada Gubernur Jatim Sukarwo.
"Itu (relokasi) diserahkan pada Gubernur. Tentu keinginan masyarakat yang bersangkutan," ujar Menag.
Menag mengatakan itu usai pembukaan Qur'ah (pengundian) pemondokan jemaah haji tahun 1433 H/2012 M di Media Hotel and Tower, Jl Gunung Sahari No 3, Jakarta Pusat, Selasa (28/8/2012).
Keinginan relokasi itu disampaikan saat Menag bertandang ke Sampang. "Jadi saya datang ke pengungsian bertemu dengan Ustad Tajul dan Ustad Rois. Beliau mengatakan keinginannya untuk pindah tempat," kata politisi PPP ini.
Dalam kesempatan itu, Menag membantah pernah menyebut warga Syiah sesat. Menag juga menyebut pencetus kasus Sampang konflik keluarga bukan konflik agama.
"Karena ada satu masalah yang tidak patut disebutkan. Itu kemudian menyebabkan pengikut-pengikut Ustad Tajul Muluk dan Ustad Rois (bergerak). Tetapi bukan karena yang bersangkutan Syiah atau Sunni. Dari konflik keluarga menjadi konflik warga," ucap Menag.
Gubernur Jatim Soekarwo pada Senin (27/8) kemarin tidak yakin akan adanya relokasi.
"Prinsip dasar itu tidak direlokasi, karena memang dia penduduk di sana," kata Soekarwo kepada wartawan usai mengikuti rapat koordinasi antara forum pimpinan daerah (Forpimda) Jatim dengan pejabat dari pemerintah pusat di gedung negara Grahadi, Jl Gubernur Suryo, Surabaya.
Senin, 27 Agustus 2012
Presidan SBY Peduli Rusuh Sampang
SBY Perintahkan Empat Pejabat ke Sampang
Jakarta Presiden SBY memerintahkan empat bawahannya ke Sampang, Madura. Sesuai kapasitas masing-masing, Mereka berkoordinasi dengan pihak terkait untuk menuntaskan bentrokan antar kelompok yang terjadi.
"Di dalam rakor tadi pagi yang diperintahkan ke Sampang adalah Pak Kapolri, Panglima TNI, Menag dan Mendagri," kata Jubir Kepresidenan, Julian Aldrin Pasha, Senin (27/8/2012).
Keberangkatan empat pejabat ini dibagi dua rombongan. Pertama adalah �Kapolri Timur Pradopo dan Panglima TNI Agus Suhartono yang telah terbang ke Surabaya pada pukul 13.00 WIB.
"Pak Mendagri dan Pak Menag akan menyusul hari ini juga," imbuh Julian.
Sesuai dengan kapasitasnya, para pejabat itu membantu penuntasan akar masalah konflik. Seperti soal penegakan hukum dan keamanan agar konflik tak meluas yang jadi tugas Polri dan TNI.
Sementara tugas Mendagri, yaitu berkoordinasi dengan Gubernur Jawa Timur dan Bupati Sampang. Mereka mempersiapkan upaya untuk memediasi dua komunitas keyakinan yang bertikai dan tindak lanjut mengelola keadaan pasca bentrok.
"Pak Menag menemui para ulama agar membantu meredakan umat dan tidak terpancing provokasi," sambung Julian.
Seperti diberitakan, pada Minggu (26/8) siang terjadi bentrok antar dua komunitas keyakinan yang ada di Sampang, Madura. Ini adalah bentrokan ke dua setelah bentrok sebelumnya pada Desember tahun lalu.
Namun tidak cuma perbedaan keyakinan yang menjadi pemicu konflik. Melainkan bercampur dengan konflik internal keluarga besar yang telah berlangsung selama bertahun-tahun.
"Karena masing-masing memiliki pengikut, maka terjadilah bentrok yang sama-sama kita sesalkan karena mencoreng kerukunan dan ketentraman masyarakat di Sampang. Terlebih kita masih dalam suasana lebaran setelah baru saja umat Islam menjalankan ibadah ramadhan," sesal SBY.
Menkum HAM Atasi Rusuh Sampang
Menkum HAM Terbang ke Surabaya Tangani Sampang
Jakarta - Menteri Hukum dan HAM Amir Syamsuddin akan bertolak ke Surabaya sore ini. Menkum HAM bersama Mendagri Gamawan Fauzi akan menggelar rapat koordinasi dengan pihak terkait membahas penanganan kasus kekerasan di Sampang, Madura.
"Karena kalau dibiarkan keadaan seperti ini berlarut-larut dikhawatirkan eskalasinya akan semakin meningkat dari waktu ke waktu. Dan itulah menjadi tugas kami semua dan Insya Allah saya sekitar jam 3 akan ke Jatim," kata Amir di kantornya Jl HR Rasuna Said, Jaksel, Senin (27/8/2012).
Menurut Amir, kekerasan di Sampang harus diselesaikan secara hukum. Apalagi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah memerintahkan pimpinan penegak hukum yakni Kapolri, Jaksa Agung termasuk Badan Intelijen Negara (BIN) turun tangan.
Amir menjelaskan, rapat koordinasi di Surabaya dimaksudkan untuk mengevaluasi keadaan di Sampang pasca kerusuhan. "Kemudian berbagai pihak dimana perlu bersinergi mencari solusi pencegahannya bagaimana," terangnya.
Dia menambahkan, setiap kementerian ataupun pihak terkait memiliki tugas dan tanggung jawab berbeda menangani konflik horizontal tersebut. Bila Kementerian Agama mengurusi persoalan latar belakang kekerasan terkait agama, maka Kemenkum HAM akan fokus menangani sisi penegakan hukum.
"Kalau saya dari sisi penegakan hukum, memang sangat penting dilakukan hal itu," tandasnya.
Amir meminta semua pihak tidak terburu-buru menyimpulkan peristiwa ini sebagai pelanggaran HAM. Menurutnya polisi masih bekerja untuk mengungkap peristiwa tersebut. "Alangkah baiknya kalau kita bersabar menunggu, jangan cepat mengambil kesimpulan," katanya.
Ditangkap Pembunuh Pelajar Syiah
Ditangkap Perusuh Sampang
8 Orang diamankan terkait kerusuhan berlatar belakang agama di Sampang, diduga sebagai pemilik senjata tajam dan aneka bom ikan atau bondet yang digunakan saat rusuh, Minggu (26/8/2012) kemarin.
"Delapan orang ini masih diinterogasi di Mapolres Sampang," kata Kabid Humas Polda Jatim, Kombes Pol Hilman Thayib, Senin (27/8/2012).
Dia juga menjelaskan, 8 orang tersebut diamankan pagi tadi menjelang Subuh di area kerusuhan, Dusun Nangkernang, Desa Karanggayam, Omben, Kabupaten Sampang, Madura. Ke-8 orang itu berasal dari dua belah pihak, pengikut Syiah dan kelompok Sunni.
Polisi juga mengamankan puluhan senjata tajam dan bom bondet. Kedua jenis barang bukti ini diduga milik 8 orang yang dicurigai tersebut.
"Mereka kami amankan subuh tadi. Mereka diduga sebagai pemilik sajam (senjata tajam) dan bom bondet yang digunakan dalam kerusuhan Sampang kemarin Minggu," terang dia.
Untuk sementara, delapan orang tersebut masih berstatus saksi. Kini mereka masih berbelit saat diinterogasi di Mapolres Sampang.
"Sekarang mereka masih berbelit saat diinterogasi petugas," tambah dia.
Sementara itu, polda telah menambah personel petugas keamanan. Total anggota Polres-polres Pulau Madura ditambah pasukan Brimob Polda Jatim menjadi 600 orang.
"Penambahan personel itu kami tempatkan di lokasi pengungsian yakni Gelora Olahraga (GOR) tennis indoor Sampang," tutup dia.
Sebelumnya diberitakan, kerusuhan massa antara pengikut Syiah dan kelompok Sunni pecah di Dusun Nangkernang, Desa Karanggayam, Omben, Kabupaten Sampang, Madura pada Minggu (26/8/2012) siang kemarin. Bentrok yang menewaskan 1 orang ini bermula dari cekcok yang terjadi antara santri pengikut Syiah dengan sekelompok Sunni.
Mobil para santri yang hendak keluar dari Sampang itu dihadang dalam perjalanannya ke Bangil. Peristiwa ini semakin memanas ketika salah seorang anggota kelompok Sunni itu terkena bom bondet yang berisi gotri. Bom itu sendiri tertanam sebagai ranjau di areal rumah para pengikut Syiah.
Syiah Surabaya
Pengikut Syiah di Surabaya Tidak Resah
Surabaya - Meski isu syiah tengah membara di Sampang, namun pengikut syiah di Surabaya sama sekali tidak khawatir. Mereka yakin kerusuhan yang dipicu perbedaan faham agama itu tidak akan merambat ke Surabaya.
"Masalah itu tak perlu dicemaskan," kata salah seorang pengikut syiah, Ahmad Rusdi, di Polsek Semampir, Jalan Iskandar Muda, Senin (27/8/2012).
Rusdi mengatakan bahwa kita semua adalah saudara dan satu agama. Dibanding perbedaan, kita justru memiliki banyak kesamaan. Selama ini pengikut syiah di Semampir juga tak pernah ada masalah dengan warga sekitar.
Ketua Yayasan At Tathir itu menerangkan bahwa penganut syiah di Surabaya ada sekitar 40 - 50 orang. Basis kegiatan ada di Jalan Mrutu Kalianyar, Wonokusumo.
"Setiap malam Jumat kami berkumpul untuk kegiatan membaca doa bersama," tambah Rusdi.
Tidak cemasnya Rusdi dibenarkan oleh Wakapolres Pelabuhan Tanjung Perak, Kompol Kholilur Rahman. Dia mengatakan bahwa polisi akan terus menjaga dan menciptakan suasana kondusif yang sudah ada selama ini.
Karena itu, kegiatan silaturahmi di Polsek Semampir yang mempertemukan beberapa pejabat, tokoh agama dan tokoh masyarakat dijadikan forum diskusi membahas konflik di Sampang agar tidak terjadi di Surabaya.
"Sebenarnya kegiatan ini adalah silaturahmi yang masih dalam rangka lebaran. Karena ada konflik di Sampang, kegiatan ini sekalgus kami rangkai untuk membicarakan masalah tersebut," ujar Kholilur.
Kegiatan itu selain dihadiri polisi, juga dihadiri oleh Ketua MUI Semampir KH. Misbah Baidowi, Camat Semampir Daya Prasetyono, Danramil Kapten Prasetyo, Kepala KUA Semampir Suratman,Kasatpol PP Semampir Ilyas dan tentu saja Rusdi sebagai perwakilan dari Syiah.
Dalam diskusi tersebut disepakati bahwa suasana kondusif yang sudah ada akan terus dijaga dan diciptakan. Salah satu caranya adalah tidak menyiarkan hal-hal yang berbau SARA dalam pidato atau ceramah kepada masyarakat. Selain itu hendaklah selalu melapor ke polisi atau pejabat berwenang bila menemukan hal-hal yang ganjil.
"Suasana keamanan yang kondusif bukan datang secara tiba-tiba, tetapi diciptakan," tambah Kholilur.
Kholilur mengatakan tetap akan memantau tempat basis pengikut syiah melakukan kegiatan. Tempat tersebut tidak akan dijaga oleh personel, tetapi cukup dipantau saja. "Saya pikir kejadian di Sampang tidak akan terjadi di sini karena tidak ada keekslusifan dari pengikut syiah di sini. Mereka menyebar dan berbaur dengan masyarakat lain," tandas Kholilur.
Ketua MUI Semampir Misbah Baidowi, mengatakan pihaknya tentu saja tidak menginginkan kejadian Sampang terjadi di Surabaya. Jika itu sampai terjadi, hanya kerugian yang akan diperoleh. Misbah berpesan agar umat tidak sampai terpecah belah.
"Saya menjamin tidak akan ada kerusuhan di Surabaya. Sudah 19 tahun saya di sini dan tidak pernah ada kejadian tersebut," tandas Misbah.
Rektor UIN Tanggapi Rusuh Sampang
Rektor UIN Anggap Kekerasan Syiah Kesalahan Sistem Pendidikan
Konflik horisontal terjadi di Sampang, Madura, menyebabkan satu korban meninggal dunia, terjadi akibat kesalahan sistem pendidikan.
Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang, Imam Suprayugo mengatakan, kehadiran agama semestinya membawa perdamaian, bukan memicu konflik di masyarakat.
Ia kemudian menuding adanya kesalahan pada sistem pendidikan utamanya dalam mengajarkan agama Islam. "Kalau hanya secara ritual yang diajarkan konflik, maka akan terjadi kembali," katanya kepada wartawan, Senin (27/8/2012).
Semestinya, kata Imam, pendidikan Islam diajarkan secara mendalam, bukan sekedar ritual belaka. Contohnya, dalam Islam juga mengajarkan pengetahuan, keadilan, serta amal kebajikan.
"Poin poin itu tak pernah tersentuh," katanya.
Dirinya mendesak adanya reformulasi dalam sistem pendidikan Islam di Indonesia, dengan melibatkan pemerintah, lembaga pendidikan, serta seluruh elemen masyarakat. "Semua harus dilibatkan," harapnya.
Seperti diberitakan, kekerasan dialami warga Syiah di Sampang, Madura. Satu warga Syiah meninggal dunia akibat bentrokan yang terjadi dengan kelompok lain pada Minggu (26/8/2012). Warga Syiah yang kalah jumlah diserang dengan batu dan s
Rabu, 15 Agustus 2012
Sikap Konsumtif Umat islam
Sikap Konsumtif Umat Islam Memprihatinkan
Sikap konsumtif umat Islam di Indonesia selama dua dekade terakhir ini sungguh sangat memprihatinkan. Hal itu sudah cenderung mengarah ke sikap pamer dan tidak mencerminkan kesalehan sosial.
"Fenomena umat Islam secara umum baik di Indonesia dan Malaysia itu bisa dikatakan kagetan dan berperilaku sangat konsumtif," ungkap pengamat sosial dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Dr Zuly Qodir dalam diskusi akhir Ramadan di kampus Tamantirto, Bantul, Rabu (15/8/2012).
"Mengapa kagetan dan konsumtif atau gila belanja?" kata Zuly.
Ketika mereka mempunyai uang berlebih atau lebih banyak dari yang lain kemudian dibelanjakan secara berlebihan. Hal itu bisa terlihat ketika swalayan atau supermarket yang buka sampai larut malam, banyak yang berbelanja dalam jumlah banyak, meski tidak terlalu dibutuhkan.
"Lihat saja sekarang di supermarket yang buka sampai larut malam, yang paling banyak belanja juga umat Islam," katanya.
Menurut dia, mereka dipaksa untuk berbelanja dalam jumlah banyak, padahal makanan/minuman yang dibutuhkan di keluarga sudah mencukupi.
"Alasan teologisnya semua sama, untuk menyambut lebaran, idul fitri dan sebagainya," katanya.
Zuly mengatakan fenomena kagetan dengan seperti itu mulai muncul sejak tahun 1990-an. Saat itu banyak anak muda yang menunggu waktu berbuka puasa atau ngabuburit dengan menjual makanan di atas sebuah mobil. Padahal secara ekonomi mampu.
"Kalau dagangan yang dijual bila tidak laku tidak banyak masalah. Beda kalau yang berdagang orang miskin atau yang membutuhkan. Itu kan hanya ingin menunjukkan status sosial dan tidak ada kesalehan sosialnya," tegas Zuly.
Sedangkan fenomena lainnya lanjut dia, kasus antre zakat warga sampai berdesak-desakan hingga ada yang luka atau meninggal. Kasus zakat menurutnya juga sangat memprihatinkan, warga miskin yang merasa punya hak mendapatkan harus rela antri berdesak-desakan hingga terinjak-injak dan meningal.
"Kasus seperti ini juga sama jeleknya dengan sikap yang konsumtif berbelanja secara berlebihan," pungkas dia.
Bandara Ngurah Rai Sambut Lebaran
Bandara Ngurah Rai Sambut Lebaran
Menyambut Lebaran, penumpang di Bandara Ngurah Rai diprediksi akan meningkat sebanyak 30 persen. Untuk mengantisipasi lonjakan penumpang, Bandara Ngurah Rai menyiapkan sebanyak 53 jadwal penerbangan tambahan.
"Ada empat maskapai yang melakukan jadwal extra flight, yaitu Garuda Indonesia, Air Asia, Batavia dan Citilink," ujar Humas Bandara Ngurah Rai, Sherly Yunita di kantornya, Rabu (8/8/2012).
Tercatat, empat maskapai tersebut melayani rute Jakarta, Surabaya dan Yogjakarta. Ketiga rute ini tercatat memang rute terpadat. "Penambahan jadwal penerbangan dari empat maskapai ini sebanyak 53 jadwal dengan 10.480 kursi," kata Sherly.
Garuda Indonesia menambah jadwal penerbangan untuk rute Jakarta sebanyak 13 penerbangan dengan menggunakan pesawat tipe B744 dan B738 dengan total kursi sebanyak 3.388 kursi. Air Asia melayani sebanyak 36 penambahan jadwal penerbangan untuk rute Yogyakarta dan Surabaya dengan total kursi 6.480 kursi.
Sedangkan Batavia Air menambah jadwal penerbangannya ke Surabaya sebanyak 3 kali dengan kapasitas 432 kursi. Sementara, Citilink melayani sebanyak satu kali rute tambahan dengan 180 kursi penerbangan.
Jadwal penerbangan tambahan maskapai Garuda Indonesia dan Air Asia dimulai pada 12 Agustus hingga 27 Agustus. Garuda Indonesia melayani sebanyak 13 rute Jakarta - Denpasar, sedangkan untuk Air Asia 18 extra flight rute Yogyakarta - Denpasar dan 18 extra flight rute Surabaya - Denpasar.
Pada Lebaran tahun ini, penumpang domestik di Bandara Ngurah Rai Bali yang datang maupun berangkat diprediksi mencapai 21 ribu per hari. Pada hari biasa, penumpang hanya sekitar 16 ribu orang per hari.
Kontes Miss Itali Larang Bikini
Kontes Miss Italy Larang PemakaiBikini
Kontroversi pemakaian bikini untuk acara kontes kecantikan ternyata tidak hanya dialami kontestan Indonesia saat bersaing di ajang Miss Universe. Penyelenggara kontes Miss Italy belum lama ini juga mengeluarkan larangan bagi para kontestannya untuk memakai bikini, dan mengharuskan mereka memakai baju renang one piece. Namun alasannya tidak berkaitan dengan masalah kesantunan, melainkan agar para kontestan lebih dinilai dari sisi inner beauty-nya.
"Dengan tipe kostum ini kita akan kembali kepada kecantikan klasik pada tahun 1950-an, pada era legenda-legenda perempuan yang masih kita kagumi dan hargai saat ini. Kostum yang dikenakan akan menonjolkan kecantikan feminin, dan untuk kompetisi tahun berikutnya saya sudah memikirkan busana yang ramah lingkungan sehingga para kontestan akan memberi kontribusi untuk lingkungan," papar Patrizia Mirigliani dari penyelenggara pageant ini.
Selain melarang pemakaian bikini, yayasan Miss Italy juga tidak memperbolehkan adanya tato atau body piercing. Dengan kata lain, kontestan yang memiliki tato atau piercing tidak akan diloloskan. Begitu juga dengan kontestan yang ketahuan pernah menjalani operasi plastik.
Miss Italy juga melakukan langkah mengejutkan dengan menghadirkan Tara Gandhi, cucu tokoh nasional India Mahatma Gandhi, sebagai salah satu juri tamu dalam kontes ini. Posisi ini sebelumnya disediakan untuk selebriti Hollywood, seperti Bruce Willis dan Sylvester Stallone. Untuk malam finalnya, Mirigliani mengatakan bahwa yayasan sudah melakukan pendekatan terhadap aktris Jane Fonda sebagai juri.
"Kami memilih Jane karena ia wanita yang tahu bagaimana menjadi matang dengan elegan; ia juga seorang pebisnis yang revolusioner," paparnya.
Kontes kecantikan ini merupakan lembaga nasional, dan akan disiarkan secara langsung pada bulan September.
Syattariyah Tandai Idhul Fitri
Jamaah Syattariyah Bunyikan Beduk Tanda Satu Syawal
Jamaah Syattariyah, Sumatera Barat yang berpusat di Ulakan Kabupaten Padangpariaman akan membunyikan beduk dan meriam saat bulan (hilal) terlihat pada Sabtu (18/8) untuk menetapkan satu Syawal Idul Fitri 1433 hijriah.
"Kemungkinan kami Lebaran pada hari Minggu, karena kita baru akan melihat kemunculan bulan (hilal) pada Sabtu," kata Ketua Majelis Zikir Istiqamah Syattariyah (Mazis) Padangpariaman, Syafri Tuanku Imam Sutan Sari Alam di Padangpariaman, Rabu (15/8/2012).
Jatuhnya satu Syawal Jamaah Syattariyah, katanya, bisa saja sama dengan waktu yang akan ditetapkan Muhammadiyah bila jatuhnya pada Minggu.
Ia menjelaskan, sudah menjadi tradisi setelah bulan terlihat, dibunyikan beduk di masjid dan nagari atau desa adat dan surau-surau di kampung.
Membunyikan beduk masjid setiap kali awal dan akhir Ramadhan menurutnya merupakan tradisi yang tidak boleh punah.
"Dengan telah didengarnya bunyi beduk, maka seluruh surau dalam nagari mengiringi dengan membunyikan beduk pula," katanya.
Dibunyikannya beduk, katanya, sebagai pemberitahuan bahwa Lebaran jatuh pada keesokan harinya kepada masyarakat kampung yang tidak ikut prosesi melihat bulan.
Di Kecamatan VII Koto, pemberitahuan itu dilakukan melalui dibunyikannnya meriam peninggalan Belanda sebanyak dua kali, satu menghadap utara dan satu lagi menghadap selatan.
Sementara itu, Qhadi (imam) Syattariyah Ulakan Tuanku Ali Imran menambahkan, prosesi melihat bulan dilakukan dengan mata telanjang sesuai tradisi turun-temurun Jemaah Syattariyah di Sumbar dalam menentukan 1 Ramadhan dan 1 Syawal.
Bila bulan tidak tampak dari Ulakan, ia akan melakukan koordinasi dengan imam di daerah lain di Sumbar.
Jamaah Syattariyah di Sumbar, katanya, melihat bulan di sejumlah titik yakni di Koto Tuo (Padangpanjang), Agam, Pesisir Selatan dan Sijunjung.
Tradisi melihat bulan dalam menentukan awal Ramadhan, katanya, memakai hitungan bilangan takwim qamsyiah, yakni hitungan berdasarkan tahunan.
Sebelum melakukan ritual melihat bulan nantinya, kata Ali Imran, para jamaah Syattariyah melakukan dzikir terlebih dahulu di Surau Syekh Burhanuddin.
Selanjutnya rombongan pergi menuju tepi pantai Ulakan untuk melihat bulan sebagai pedoman dalam menentukan kapan mereka mulai berpuasa.
Selasa, 14 Agustus 2012
Kematian Syekh Siti jenar
Kematian Syekh Siti Jenar Versi Serat Negara Kertabumi
Jasadnya Diganti Kuda Hitam
Kematian Syekh Siti Jenar hingga sekarang masih menjadi sebuah misteri. Bagaimanakah sebenarnya proses kematiannya. Berikut ini berdasarkan versi Serat Negara Kertabumi.
Dalam Serat Negara Kertabumi, dikisahkan bahwa para pengikut Syekh Siti Jenar merupakan kelompok oposisi atas kekuatan Sultan Cirebon. Bebarapa tokoh pengikutnya pernah mencoba untuk menduduki tahta kasultanan, tetapi semuanya menemui kegagalan. Ketika Pengging dilumpuhkan, Syekh Siti Jenar yang pada waktu itu menyebarkan ajaran wahdatul wujud di situ, kembali ke Cirebon diikuti oleh para pengikut dari Pengging.
Kekuatan Syekh Siti Jenar di sini menjadi kokoh, pengikutnya meluas hingga ke pelosok desa. Setelah Syekh Datuk Kahfi wafat, Sultan Cirebon meminta Pangeran Panjungan untuk menjadi guru agama Islam di Amparan Jati. Ia bersedia, tetapi tidak mendapat murid karena orang-orang telah menjadi murid Syekh Siti Jenar. Pangeran Carbon Panglima balatentara Cirebon menjadi pengikutnya dan mengamankan pula.
Berita itu terdengar oleh Sultan Demak bahwa musuhnya berada di Cirebon. Raden Patah kemudian mengutus Sunan Kudus dengan disertai 700 orang prajurit menuju Cirebon. Sultan Cirebon menerima permintaan itu dengan tulus, bahkan memberikan bantuan untuk tujuan itu.
Langkah pertama Sultan Cirebon mengumpulkan para murid Syekh Siti Jenar di antaranya Pengeran Carbon, Kiai Geng, Ki Palumba, Dipati Cangkuang, dan banyak orang dari Pangkuangwati. Selanjutnya balatentara Cirebon dan Demak menuju Padepokan Lemah Abang di Cirebon Girang. Syekh Siti Jenar kemudian dibawa ke masjid Agung Cirebon tempat para wali telah berkumpul. Sunan Gunung Jati bertindak sebagai hakim ketua. Melalui perdebatan yang panjang pengadilan memutuskan Syekh Siti Jenar harus dihukum mati. Kemudian Sunan Kudus melaksanakan eksekusi itu dengan keris pusaka Sunan Gunung Jati.
Peristiwa ini terjadi pada tahun 1506 M. Jenazahnya lalu dimakamkan di Kemlaten, Cirebon. Sekarang berada di tengah-tengah makam umum di dalam sebuah bangunan berukuran 5x5 diapit oleh makam dua muridnya, Pangeran Jagabayan dan Pangeran Kejaksan. Kemudian banyak orang datang berziarah ke sana dan memuja-muja. Seperti dari Cirebon, Sunda Kelapa, Banten, Parahiyangan, Jawa Timur, dan Semenanjung Malaka.
Banyaknya peziarah yang datang itu dan melakukan pemujaan membuat Sultan Cirebon kurang berkenan. Maka memerintahkan kepada pasukan Cirebon untuk memindahkan jenazah Syekh Siti Jenar ke Bukit Amparan Jati secara diam-diam. Sedangkan dikuburan yang dikunjungi orang dimasuki bangkai kuda hitam.
Ketika para peziarah dari Pengging menginginkan agar mayat Syekh Siti Jenar dipindahkan ke Jawa Timur, maka Sunan Gunung Jati membolehkan, tetapi setelah kubur dibuka ternyata yang tergeletak di sana bukan mayat Syekh Siti Jenar, melainkan bangkai seekor kuda hitam.
Para peziarah terkejut dan heran. Sultan Cirebon kemudian memberi fatwa agar orang-orang tidak menziarahi bangkai kuda dan agar meninggalkan ajaran Syekh Siti Jenar. Menurut sumber lain, beberapa hari setelah pemakaman, para wali ingin menyaksikan bagaimana ikhwalnya orang yang mengaku dirinya Tuhan. Adakah ia lazim sebagaimana mayat orang biasa, atau bagaimana? Setelah makam digali kembali, para wali tidak lagi menemukan jenazah Syekh Siti Jenar, melainkan hanya dua kuntum melati. Karena itu, kuburan itu dinamakan Astana Kemlaten atau makam tempat melati. Zaman dahulu berada di pinggiran kota praja. Kini letaknya berada di tengah kota.
HUSNU MUFID
Suluk Siti jenar
Versi Kematian Suluk Syekh Siti Jenar
Meninggal Usai Minum Air Tirtamarta
Kematian Syekh Siti Jenar hingga kini menjadi tanda tanya besar atau misteri. Namun Suluk Syekh Siti Jenar menjelaskan kematiannya yang berbeda dengan versi-versi yang lain. Berikut ini proses kematiannya.
DALAM Suluk Syekh Siti Jenar, Penolakan Syekh Siti Jenar terhadap panggilan kerajaan Demak Bintoro membuat Wali Songo sendiri yang akhirnya datang ke Desa Krendhasawa tempat Padukuhan Lemah Abang. Para wali dan pihak kerajaan sepakat untuk menjatuhkan hukuman mati bagi Syekh Siti Jenar dengan tuduhan telah membangkang kepada sultan. Maka berangkatlah lima wali yang diusulkan oleh Syekh Maulana Maghribi ke Desa Krendhasawa.
Kelima wali itu adalah Sunan Bonang, Sunan Kalijaga, Pangeran Modang, Sunan Kudus, dan Sunan Geseng. Sesampainya di sana, terjadi perdebatan dan adu ilmu antara kelima wali tersebut dengan Syekh Siti Jenar. Menurut Syekh Siti Jenar, kelima wali tersebut tidak usah repot-repot ingin membunuhnya. Karena beliau dapat meminum tirtamarta (air kehidupan) sendiri. Ia dapat menjelang kehidupan yang hakiki jika memang ia dan budinya menghendaki.
Tak lama, terbujurlah jenazah Siti Jenar di hadapan kelima wali. Ketika hal ini diketahui oleh murid-muridnya, serentak keempat muridnya yang benar-benar pandai yaitu Ki Bisono, Ki Donoboyo, Ki Chantulo, dan Ki Pringgoboyo pun mengakhiri “kematian”-nya dengan cara yang misterius seperti yang dilakukan oleh gurunya di hadapan para wali.
Setelah jenazah Syekh Siti Jenar meninggal tahun 1480 dibawa ke Masjid Demak, lalu diletakkan tepat magrib tiba dan penguburan akan dilaksanakan esok pagi agar disaksikan Raden Patah. Para wali kemudian bersepakat menjaga jenazah sambil mengucapkan pujian kepada Allah.
Kemudian waktu salat tiba, para santri mengerjakan salat di masjid. Pada saat itu, tiba-tiba terciumlah bau yang sangat harum seperti bau kasturi. Selesai salat, maka para wali memerintahkan para santri untuk keluar masjid. Tinggal Walisongo sajalah yang tetap tinggal di dalamnya. Oleh bau harum terus menyengat, maka Syekh Malaya atau Sunan Bonang mengajak kawan-kawan walinya untuk membuka jenazah.
Bau harum terus menusuk. Ketika peti jenazah terbuka terlihat jenazah itu mengeluarkan sinar bagai rembulan indahnya. Lalu muncullah pelangi yang indah memenuhi ruangan masjid. Dari bawah peti memancarkan sinar yang sangat terang seperti siang hari. Dengan cepat para wali mendudukkan jenazah itu gugup. Para wali kemudian bersembah sujud sambil menciumi jenazah itu berganti-ganti sampai ke ujung jari, lalu dimasukkan kembali ke dalam peti, tetapi Sunan Bonang tampak tidak senang atas tindakan kawan-kawannya.
Sedangkan Sunan Kalijaga hanya memberikan salam takzimnya kepada roh Syekh Siti Jenar. Jenazah Siti Jenar sendiri dikuburkan di bawah Masjid Demak oleh para wali.
Pendapat lain mengatakan, ia dimakamkan di Masjid Mantingan, Jepara, dengan nama lain. Setelah tersiar kabar kematian Syekh Siti Jenar, banyak muridnya yang mengikuti jejak gurunya untuk menuju kehidupan yang hakiki. HUSNU MUFID
Situs Syekh Siti Jenar
Situs- Situs Syekh Siti Jenar
Makam Syekh Siti Jenar di Balong, Jepara
Keberadaan makam Syekh Siti Jenar di Dusun Gecak, Desa Balong, Kec. Kembang, Kab. Jepara menempati areal seluas 1 hektare. Tetapi di dinding pagar makam tertuliskan nama Pangeran Abdu Jalil, Wali Jepara. Berikut ini informasinya.
Lokasi makam Syekh Siti Jenar berada di tengah persawahan dan hutan karet milik PTP Nusantara. Tidak Jauh dari makam tersebut terdapat tanah yang oleh masyarakat disebut Mabang atau lemah abang. Dulunya, Mabang sebagai perkampungan masyarakat yang mengikuti ajaran Syekh Siti Jenar dan Padepokan Lemah Abang sebagai tempat pendidikan santri-santri.
Situs-situs peninggalannya masih dapat dilihat di sini seperti Sumur Wewadian dan punuk sapi, tempat pertapaan atau uzlah Syekh Siti Jenar yang menjorok ke laut utara.
Di sekitar makam Syekh Siti Jenar masih banyak pohon besar yang usianya ratusan tahun. Bila memasuki areal makam peziarah merasakan suasana pada zaman dulu. Nuansanya masih asli dan tidak banyak perubahan dari dulu hingga sekarang.
Keberadaan makam dikelilingi oleh tembok batako tanpa atap genteng. Di sampingnya terdapat tempat kemenyan. Ruangannya hanya bisa diisi oleh peziarah sebanyak sepuluh orang.
Untuk menuju ke makam agak sulit. Jalan yang dilalui melewati jalan setapak keluar masuk perkebunan. Jalannya belum beraspal. Bagi peziarah yang menikmati keindahan alam dan lelaku rasanya memang nikmat. Tetapi bagi orang yang hanya sekadar berziarah, maka sudah barang tentu merasa kecapekan.
Makam Syekh Siti Jenar yang berada di Desa Balong diakui sebagai makam yang sesungguhnya oleh dua juru kunci Mulyadi dan Jusdi, bila dibandingkan dengan makam-makam di tempat lainnya. Menurutnya, setelah Syekh Siti Jenar dieksekusi oleh Wali Songo kemudian mayatnya dibawa dan dikubur di sini, di tempat tinggalnya semula. Istilahnya dikembalikan di mana asal beliau berada. Sedangkan yang menguri-uri atau merawat makamnya adalah muridnya sendiri yang berama Maeso Jenar.
Dulu bentuk makam Syekh Siti Jenar adalah kijingan seperti aslinya. Tetapi setelah anak-anak mahasiswa yang ber-KKN dari Universitas Muria Kudus, Jateng merehabnya, maka kuburannya mengalami perubahan cukup drastis. Yaitu makamnya ditinggikan dan badan makamnya dikeramik. Sehingga tampak bukan makam lama, melainkan makam baru. Hal ini karena mereka tidak mengerti tentang keautentikan bukti-bukti sejarah.
Kondisi makam Syekh Siti Jenar tidak memakai cungkup dan dipagar dengan batako setinggi dua meter lebih. Luas pagar mencapai 3x2 meter. Badan makam tidak sama dengan makam Wali Songo yang terbuat dari batu granit, melainkan terbuat dari keramik buatan zaman sekarang.
Di masa Pak Harto lengser dari jabatan Presiden Republik Indonesia banyak masyarakat datang untuk berziarah dan menyepi. Sehingga pada hari-hari biasa tampak sepi berubah menjadi ramai dengan datangnya masyarakat dari berbagai daerah. Kini setelah memasuki pemerintahan Susilo Bambang Yudoyono kondisi makam Syekh Siti Jenar sepi kembali. Hanya didatangi orang-orang ngalab berkah. Jika terkabulkan mereka menyembelih kambing di lokasi makam yang kemudian dimakan bersama sebagai selamatan. HUSNU MUFID
Makam Syekh Siti Jenar di Kemlaten Cirebon
Selain di Jawa Timur dan Jawa Tengah, makam Syekh Siti Jenar juga ada di Cirebon, Jawa Barat. Makamnya berada di tengah-tengah makam umum Islam Kemlaten yang letaknya berada di dalam kota. Berikut ini informasinya.
Dulu, ratusan tahun silam, makam Syekh Siti Jenar hanya sendirian. Kini berada di tengah-tengah makam umum di Kampung Kemlaten. Masyarakat dari berbagai daerah masih saja datang untuk berziarah pada bulan-bulan tertentu. Mereka meyakini kalau makam Syekh Siti Jenar masih berada di situ dan tidak pernah dipindah oleh siapa pun.
Bentuk bangunannya cukup sederhana dengan luas 5x5 meter bercungkup. Posisi makamnya berada di tengah-tengah diapit oleh dua muridnya, Pangeran Jagabayan di sebelah kanan dan Pangeran Kejaksan di sebelah kiri. Masyarakat menyebut keberadaan makam Syekh Siti Jenar adalah Astana Kemlaten.
Adapun keberadaan makam tersebut, pengaruhnya terhadap masyarakat sekitar masih kuat. Tiap tahun selalu dihauli dengan diikuti ribuan masyarakat dari berbagai daerah.
Biasanya setelah Hari Raya Idul Fitri. Mereka berasal dari Cirebon, Banten, Jakarta, Jawa Tengah, dan Sumatra. Mereka meyakini makam Syekh Siti Jenar di Kemlaten.
Dalam riwayatnya diterangkan bahwa beberapa hari setelah dikuburkan para wali ingin membuktikan keberadaan jenazahnya. Apakah seperti manusia biasa yang membusuk setelah dikubur atau manusia yang mulia di sisi Allah karena selama ini mengaku dirinya sebagai Tuhan. Setelah kuburan itu dibongkar hingga kedalaman satu meter setengah tak terlihat jenazahnya.
Kemudian diteruskan penggaliannya hingga mencapai 2 meter, tetapi jenazahnya tidak ada. Yang ditemukan adalah dua kuntum bunga melati yang bau harum.
Para wali yang mencium bau wangi itu menyebutkan bau melati. Lidah masyarakat Cirebon menyebut dengan nama Kemlaten. Maka sejak saat itulah makam Syekh Siti Jenar mendapat sebutan Astana Kemlaten.
Setelah Syekh Siti Jenar dimakamkan di Kemlaten, banyak pengikutnya yang datang dari berbagai daerah. Seperti dari Sunda Kelapa, Banten, Sumatra, Semenanjung Malaka, Periangan, Jawa Tengah, dan Jawa Timur untuk berziarah.
Melihat hal demikian, Sultan Cirebon Syarif Hidayatullah merasa kurang senang. Karena khawatir kalau menjadi sesembahan dan ajarannya terus berkembang. Maka jenazah Syekh Siti Jenar diam-diam dipindahkan ke Bukit Giri Amparan Jati dekat dengan lokasi Makam Syekh Datuk Kahfi.
Namun demikian, hingga kini masih saja masyarakat melakukan ziarah ke makam Kemlaten yang lokasinya tidak jauh dari terminal Cirebon. Hanya jumlahnya tidak begitu banyak. HUSNU MUFID
Makam Syekh Siti Jenar di Mantingan, Jepara
Salah satu makam Syekh Siti Jenar di Jawa Tengah adalah di Jepara. Makam ini berada dekat makam Sultan Hadirin dan Ratu Kalinyamat. Hanya orang-orang tertentu yang datang untuk memanjatkan doa. Berikut ini informasinya
Di belakang Masjid Sultan Hadirin Mantingan, Jepara terdapat sebuah makam yang berbalutkan kain warna hijau. Makan ini terletak di pojok utara dan menyendiri. Pengurus makam dan masjid memberi nama P. Abdul Jalil atau Sunan Jepara, sebagaimana tercantum dalam papan nama warna hijau yang menuju makam tersebut.
Masyarakat sekitar dan sebagian pengurus makam menyebutkan bahwa makam tersebut adalah makam Syekh Siti Jenar. Tetapi bukan keturunan dari kerajaan Majapahit yang dihukum mati oleh para wali di Demak, melainkan dari Cirebon, putra dari Syekh Abdul Kadir dan Siti Sarah.
Menurut H. Ali Syafi’i, juru kunci makam, Syekh Siti Jenar sebelum datang ke Mantingan terlebih dahulu mondok di pesantren yang diasuh Sunan Ampel Surabaya. Kemudian mau dikawinkan dengan putri sunan, tetapi tidak mau karena belum bisa membagi cintanya kepada Allah. Kemudian meninggalkan pesantren menuju Tuban, Jawa Timur untuk menetap beberapa tahun. Setelah itu melanjutkan perjalanan menuju Desa Balong, Kec. Kembang, Kab. Jepara untuk membangun sebuah Padepokan Lemah Abang.
Setelah itu pindah ke Mantingan untuk menyebarkan agama. Salah satu santrinya adalah Kaki Jumino dan istrinya. Hingga akhir hayatnya dikubur di atas sebuah bukit dan persisnya di belakang Masjid Sultan Hadiri.
Makam Syekh Siti Jenar panjangnya mencapai hampir 2 meter. Tanpa bercungkup. Dikelilingi tembok yang terbuat dari batako. Dulu pernah ada yang mencoba mau memberikan cungkup, tetapi dilarang pengurus Masjid Sultan Hadirin karena khawatir akan digunakan untuk hal-hal yang negatif oleh peziarah. Mengingat peziarahnya kebanyakan para dukun dan orang-orang bertato. Jika sudah tiba waktu salat para peziarahnya tidak segera melakukan salat.
Oleh karena itu, hingga kini makamnya tetap terbuka tanpa cungkup. Untuk menghindari kerusakan akibat kena hujan maupun panas, maka makam Syekh Siti Jenar diberi lapisan keramik warna hijau dan kondisi kuburan yang awalnya agak masuk ke dalam tanah kini ditinggikan agar tidak tergenang air pada waktu musim hujan.
Perkembangan terkini para peziarahnya tidak terlalu banyak. Lebih banyak yang berziarah di makam Sultan Hadirin, suami Ratu Kalinyamat. Orang-orang yang berziarah ke makam Syekh Siti Jenar dalam bentuk satu rombongan kecil sebanyak lima sampai sepuluh orang. Mereka itu satu keluarga dan sekelompok orang-orang yang sedang menjalankan pertobatan. HUSNU MUFID
Makam Syekh Siti Jenar di Gedongombo, Tuban
Makam Syekh Siti Jenar di Jawa Timur berada di Dukuh Dondong, Desa Gedongombo, Kec. Semanding, Kab. Tuban. Sebuah desa yang usianya cukup tua. Nuansa masa lalu masih tampak. Berikut ini informasinya.
Lokasi makam Syekh Siti Jenar berada di pemakaman umum dengan lokasi di sebelah pojok tanah pekuburan. Dekat dengan Masjid Baitul Muttaqin. Dulu hanya beratapkan kayu. Kemudian dalam perkembangannya diberi cungkup dan dipagari gedung. Bila dilihat dari jauh mirip sebuah musala. Pagi hingga malam hari suasana makam tampak asri dan sunyi.
Makam Syekh Siti Jenar ini tidak sendirian seperti di tempat lain, tetapi di samping kanan kirinya terdapat makam. Penduduk sekitar ada yang menyatakan makam istri, keluarga, dan para pengikutnya. Bentuk makamnya berwarna hijau dan nisannya dibalut kain putih. Bangunan cungkupnya dicat merah.
Masyarakat sekitar selain menyebut nama Syekh Siti Jenar dan Syekh Lemah Abang, juga menyebut makam Mbah Buyut Gedong Sumur Tengah. Bahkan ada yang menyebut Pangeran Gedong. Nama Gedong diartikan bahwa seorang pangeran yang memiliki ilmu tinggi sebesar rumah gedong. Karena waktu itu rumah gedong merupakan rumah yang besar dan bagus.
Keberadaan makam Syekh Siti Jenar diketahui oleh masyarakat memang sejak dulu sudah ada, baik mulai dari mbah buyutnya dulu atau sejak usia kecil makam tersebut8sudah ada. Hanya mereka tidak tahu sejarah perjalanannya dan siapa sebenarnya serta dari mana asal Syekh Siti Jenar.
Para sesepuh di sekitar makam seperti Kiai Kasdam yang usianya mencapai 100 tahun dan Pak Yayak juru kunci serta mantan Lurah Gedongombo Saman yang pernah membangun makam Syekh Siti Jenar mengaku tidak tahu. Mereka hanya mengetahui makam tersebut sejak dulu dari kakek-kakeknya tanpa mengetahui sejarahnya.
Tiap hari makam Syekh Siti Jenar kelihatan sepi. Satu dan dua orang yang datang. Hanya pada saat sedekah bumi pada bulan Juli, yaitu usai panen padi masyarakat berziarah dan makan bersama. Warga sekitar memang hanya melakukan sedekah bumi dan tidak mengadakan haul sejak dulu. Karena belum mengetahui sejarahnya secara pasti dari kakek buyutnya dulu. Meskipun demikian, warga sekitar menganggap sebagai makam dan bukan petilasan.
Untuk pengaruh ajaran Syekh Siti Jenar terhadap masyarakat sekitar tidak ada. Masyarakat menjalankan ajaran Islam sesuai yang dianut kalangan warga Nahdlatul Ulama (NU). Hal ini bisa dilihat dari praktik warga setempat di masjid sebelah makam Syekh Siti Jenar tidak ada yang menyimpang. Mereka menganut ajaran ahlussunnah waljama’ah.
Untuk menuju makamnya cukup mudah. Karena di pinggir jalan terdapat papan pengumuman bertuliskan makam Syekh Siti Jenar dengan jarak 150 m. Warna tulisan catnya warna merah. Peziarahnya tidak terlalu banyak, hanya orang-orang tertentu. Boleh dibilang sedikit jumlahnya. HUSNU MUFID
Mudik Lebaran
Ribuan Pemudik dari Luar Pulau Jawa
Tradisi mudik lebaran dengan menumpang kapal laut masih tetap diminati masyarakat. Setidaknya ada 9 kapal dari luar Pulau Jawa yang akan datang atau tiba di Pelabuhan Tanjung Perak, Selasa (14/8/2012).
Dari data yang ada di pos pengamanan Pelabuhan Tanjung Perak kapal-kapal itu adalah, KM Ciremai yang datang pukul 12.00 WIB dari Makasar. KM Ciremai akan bertolak kembali ke Tanjung Priok pukul 15.00 WIB. Kapal kedua adalah KM Dobonsolo yang datang dari Tanjung Priok pukul 15.00 WIB. KM Dobonsolo kemudian akan melanjutkan perjalanan ke Makasar pukul 20.00 WIB. Kedua kapal itu adalah milik Pelni.
Sementara itu ada 7 kapal milik perusahaan pelayaran swasta yang akan tiba. Kapal-kapal itu adalah, pertama, KM Savira Nusantara (PT Prima Vista) yang datang dari Banjarmasin sekitar pukul 06.00 WIB dan akan bertolak ke Banjarmasin lagi pukul 15.00 WIB. Kedua, KM Titian Nusantara (PT PV) yang tiba pukul 06.00 WIB dan bertolak dengan tujuan sama pukul 19.00 WIB. Ketiga, KM Tatamilau yang tiba dari Lembar, Lombok pukul 07.00 WIB dan berangkat kembali pukul 24.00 WIB.
Keempat, KM Satya Kencana (PT DLU) yang datang dari Banjarmasin pukul 11.00 WIB dan berangkat kembali pukul 18.00 WIB. Kelima, KM Kirana (PT DLU) yang tiba dari Balikpapan pukul 15.00 WIB dan berangkat ke Makasar pukul 22.00 WIB.
Keenam, KM Mahkota Nusantara (PT PV) yang tiba dari Balikpapan pukul 22.00 WIB dan berangkat ke Makasar pada Rabu (15/8/2012) jam 06.00 WIB. Ketujuh, KM Tunas Wisesa 03 (PT BBP) yang tiba dari Banjarmasin pukul 24.00 WIB dan akan bernagkat ke Makasar Rabu (15/8/2012) pukul 08.00 WIB.
Rhoma Irama
Rhoma Irama Bebas dari Isu SARA
Solo Calon Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo alias Jokowi, mengaku tidak mempermasalahkan vonis bebas yang diberikan oleh Panwaslu DKI Jakarta terhadap penyanyi Rhoma Irama dalam kasus ceramah bermuatan SARA. Menurut Jokowi, penanganan kasus tersebut sepenuhnya menjadi kewenangan Panwaslu.
"Lha itu kan sudah menjadi keputusan Panwaslu DKI. Mereka yang berwenang. Ya sudah. Lagipula sejak awal kita kan sudah tidak mempermasalahkan ucapan dalam ceramah Bang Haji (Rhoma Irama ) tersebut," ujar Jokowi kepada wartawan di Solo, Selasa (14/8/2012) siang.
Sebelumnya, Panwaslu DKI Jakarta menyatakan Rhoma Irama tidak melanggar aturan mengenai kampanye Pemilukada dalam ceramah yang dianggap menyinggung SARA.
Rhoma Irama dinilai tidak memenuhi unsur kampanye secara kumulatif sehingga Panwaslu DKI dengan kewenangan yang diberikan oleh UU berhak melakukan diskresi dengan menghentikan penyelidikan terhadap kasus ceramah Rhoma Irama di Masjid Al Isra, dan tidak melanjutkan kepada pihak kepolisian.
Lebih lanjut Jokowi mengatakan dari awal dirinya tidak mempermasalahkan karena tidak merasa tidak dirugikan oleh pernyataan Rhoma Irama dalam ceramahnya tersebut. Karena itulah Jokowi mengatakan tidak ingin memperpanjang polemik tersebut secara hukum.
"Saya tidak punya perasaan apa-apa atas ucapan beliau itu. Ya memang saya sempat tersinggung waktu itu, tapi ya cuma semenit saja. Ketika ada ada ucapan yang menyebut ibu saya. Itu saja," ujarnya.
Muslim Rohingnya
Arab Saudi bantuan Muslim Burma
Mengecam kekerasan
Namun tidak disebutkan siapa yang dianggap bertanggung jawab atas pelanggaran hak asasi itu.Tetapi organisasi HAM, Human Rights Watch mengatakan awal Agustus lalu, warga Rohingya menghadapi penangkapan massal, pembunuhan dan pemerkosaan oleh pasukan keamanan Burma.
Saat ini terdapat sekitar 800.000 warga Rohingya di Burma.
Pemerintah Burma sendiri mengatakan mereka berupaya menekan kekekerasan itu.
Pekan lalu, kabinet Saudi mengecam kekerasan di Rakhine sementara Organisasi Konferensi Islam (OKI) dalam pertemuan di Jeddah akhir bulan lalu mendesak para anggota untuk mengirim bantuan kepada para pengungsi. Husnu Mufid
Jumat, 10 Agustus 2012
Poldasu
Polda Sumut Jaga Keselamatan Suku Rohingya
Polda Sumatera Utara turut serta menjaga keselamatan pengungsi
Rohingya yang ada di Sumatera Utara. Meskipun mereka tidak memiliki
dokumen lengkap, polisi merasa tetap berkewajiban menjaga keselamatan
mereka. Kepala Polda Sumut Inspektur jenderal Wisjnu Amat Rastro mengatakan, pengungsi Rohingya sebenarnya menjadi kewenangan Kantor Imigrasi dan UNHCR (United Nations High Commissioner for Refugees. Namun, polisi membantu kedua lembaga tersebut.
"Tidak mungkin kita biarkan begitu saja. Imigrasi sebagai ujung tombak penangan, kami hanya membantu," kata Wisjnu, Jumat (10/8/2012) di Medan.
Dia menambahkan, para pengungi Rohingya dari Myanmar sebetulnya hanya transit di Medan atau daerah lain di Suatera Utara. Biasanya mereka mencari suaka ke Australia.
Dua hari lalu, Polres Tanjung Balai menangkap sembilan warga Rohingya yang tidak memiliki dokumen lengkap sebagai pengungsi. Polisi kemudian menyerahkan mereka ke Kantor Imigrasi.
Sementara itu, di Medan terdapat sekitar 156 warga Rohingya. Mereka antara lain tinggal di Rudenim Belawan dan sisanya di pengungsian UNHCR di Pasar III, Jalan Jamin Ginting, Medan.
"Kami ke sini mencari perlindungan. Masih banyak saudara kami yang akan datang kemari," kata Muhammad Nuh (23), salah satu pengungsi.husnu mufid
Kotak Amal Gus Dur
Kotak Amal Gus Dur, Untuk Fakir Miskin
Kotak infaq yang ada di makam KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur terus membawa berkah bagi warga kurang mampu. Setelah membagikan paket sembako untuk 600 anak yatim dan fakir miskin. Kali ini LSPT (Lembaga Sosial Pesantren Tebuireng) membagikan 2.500 sembako murah untuk kaum dhuafa.
Pasar murah itu dibuka secara langsung oleh pengasuh Ponpes Tebuireng Jombang, KH Salahuddin Wahid atau Gus Solah. Sedangkan tempat pasar tersebut berada di samping makam tokoh pluralisme Gus Dur. "Hari ini kita menggelar pasar murah dengan menyediakan 2.500 paket sembako," kata Gus Solah saat membuka acara, Jumat (10/8/2012).
Gus Solah menjelaskan, acara pasar murah itu sendiri hasil kerjasama antara Bank Sinar Mas dengan LSPT. Setiap paket terdiri dari 4 kilogram beras dan dua liter minyak goreng. Nilainya, sekitar Rp 60 ribu. Namun warga yang mendapatkan kupon tersebut hanya diwajibkan membayar Rp 30 ribu. "Ini setelah mendapatkan subsidi dari dana kotak infaq makam Gus Dur. Sehingga harganya lebih murah," ujar Gus Solah.
Dalam sekejab, sekitar 2.500 paket sembako tersebut ludes terjual. Meski pembeli membludak, namun antrean tersebut berjalan secara tertib. Gus Solah menambahkan, kotak amal Gus Dur selama ini dikelola oleh LSPT. Jika penziarah ramai, kotak amal tersebut mencapai Rp 70 juta per bulan. Namun jika peziarah sepi, kotak infaq tersebut sekitar Rp 20 juta per bulan. "Dana tersebut dikelola untuk disumbangkan ke fakir miskin," ujar adik kandung Gus Dur ini.
Sementara itu, Direktur Bank Sinar Mas, Heru Agus Wuryanto, mengatakan, pihaknya sengaja kerjasama dengan Ponpes Tebuireng dalam menggelar acara tersebut. Anggaran itu diambilkan dari dana CSR. Dalam acara itu, Bank Sinar Mas juga memberika cinderamata kepada Tebuireng. Begitu juga sebalikan, Gus Solah memberikan buku sejarah pondok Tebuireng ke Bank Sinar Mas. Husnu Mufid
Islam di Rusia
Islam Pernah Jadi Agama di Rusia
Jakarta - “Wahai orang-orang yang beriman, masuklah ke dalam Islam secara kaffah (keseluruhan), dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu.” (QS Al Baqarah:208)
Suku Tatar di Rusia hanyalah salah satu dari sebagian umat Islam di Rusia yang menjaga tradisinya dari waktu ke waktu. Mereka, dalam batas-batas tertentu, memiliki kebanggaan tersendiri sebagai umat Islam yang kadang mungkin merasa lebih dibandingkan umat Islam lain di Rusia ataupun pemeluk agama selain Islam. Dalam gambar-gambar buku yang berjudul 'Islam we Tatastan' (Islam di Tatarstan) contohnya, sekilas orang akan memahami bahwa Islam di sana sudah eksis sejak lama. Sebuah tradisi yang sudah turun-temurun dengan masa lalu yang cukup gemilang. Semua ini mewarisi semangat Islam hingga sekarang.
Penetrasi Islam ke wilayah yang dikuasai oleh Khazari ini dimulai pada abad VII dengan datangnya para pendakwah dan pedagang Islam dari Arab Saudi. Namun dalam waktu yang relatif cukup lama, pemeluk agama Islam merupakan minoritas dan merupakan masyarakat papan bawah. Peperangan antara Arab dan kaum Khazari pada awal abad ke VIII telah membawa perubahan konstelasi yang cukup signifikan. Marwan bin Muhammad, seorang komandan perang dari Arab yang mampu menaklukkan beberapa wilayah di sana membuat Islam naik daun di kalangan masyarakat. Selain itu, perpindahan sebagian masyarakat Asia Tengah ke wilayah Volga juga menjadi dorongan perubahan demografi tersendiri karena kemudian banyak yang memeluk agama Islam.
Umat Islam yang sedang mendapatkan angin segar ini segera mendirikan berbagai madrasah dan masjid di seluruh negeri. Bahkan terdapat sebuah catatan yang menyatakan banyak menara masjid yang sangat tinggi bahkan kadang tingginya melebihi Istana Kagan. Pada abad X, sinar Islam mulai mencorong di semua negeri dan menjadi faktor penting dalam kerajaan Khazari Kagan yang saat itu kekuasaannya dipegang oleh kaum Yahudi. Beberapa catatan dari kunjungan orang-orang asing ke daerah itu menyebutkan bahwa ke manapun orang pergi, maka berbagai bangunan yang bercirikan Islam dan juga pemeluk agama Islam sangat mudah ditemui.
Dalam perkembangannya, menurut seorang ahli geografi asal Arab bernama Abu Iskhak al-Istarkhi, di ibukota negara tersebut terdapat lebih dari 8.000 pemeluk Islam dengan 30 masjid. Kelompok terbesar kedua adalah Kristen Otodoks dan diikuti oleh Yahudi. Mulai saat itulah terjadi sebuah perimbangan kekuatan demografis pemeluk Islam dan Kristen yang hingga saat ini terus terjaga.
Islam mengambil kekuasaan pertama kali di daerah Volga di bawah seorang raja dari wilayah Asia Tengah, Mongolia, yaitu Berke Khan pada abad ke VIII. Dialah raja pertama yang memeluk Islam sufi dan mendalami ajaran ini di daerah Bukhara. Inilah cikal bakal dari Kesultanan Kazan (1438-1552) dimana Islam menjadi agama negara. Meski terjadi perubahan sistem kekuasaan, tradisi kerukunan di wilayah ini tetap dipertahankan.
Perjalanan Islam yang begitu panjang di daerah Tatarstan ini sebenarnya hanyalah merupakan sebuah contoh bagaimana agama samawi itu menjadi agama tradisi di banyak tempat di Rusia. Islam memiliki sejarah lebih panjang dan lebih “seru” di beberapa kawasan seperti di Dagestan dan Chechnya. Di Dagestan, pertama kali Islam masuk ke Rusia (tahun 664) dan menyebar ke berbagai tempat, kemudian menjadi mayoritas di beberapa negara bagian Rusia saat ini. Yang jelas, pemeluk Islam di Rusia bukanlah para imigran seperti yang ada di banyak negara maju seperti di Eropa dan Amerika.
Memahami konstelasi sejarah panjang di Rusia memberikan kesadaran bahwa Islam merupakan agama yang tidak pernah bisa dipisahkan di Rusia. Meskipun saat ini tidak ada perhitungan yang valid atas jumlah penduduk beragama Islam, namun angka 25 juta menjadi sangat bisa dimengerti, khususnya bila menghitung berbagai suku yang kini umumnya beragama Islam.
Itulah sebabnya, mengapa sampai saat ini masyarakat Islam di Rusia terlihat begitu kuat dan akan terus ikut mewarnai kancah politik nasional. Muslim yang menjadi mayoritas kedua setelah Ortodoks ini rupanya tidak pernah bisa lenyap di bumi Rusia meskipun sempat disapu oleh masa komunis yang berumur lebih dari 70 tahun.
Kamis, 09 Agustus 2012
Masjid Rusia
Kunjungan Soekarno Hidupkan Masjid Biru Rusia
Moskow, - "Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar taqwa, sejak hari pertama adalah lebih patut kamu bersembahyang di dalamnya. Di dalamnya ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan Allah menyukai orang-orang yang bersih." (At-Taubah: 108)
Hubungan antara masjid ini dengan mantan presiden pertama Indonesia, Soekarno, tidak bisa dipisahkan. Di negeri komunis Uni Soviet, nama Soekarno sangat dikenal. Bukan hanya dianggap sebagai teman dalam Perang Dingin melawan poros Barat, namun juga sebagai presiden muslim yang memberikan “berkah” bagi sebagian muslim di negeri Beruang Putih ini.
Menurut Ja’far Nasibullah, suatu hari di tahun 1955, Soekarno berkunjung ke St Petersburg yang saat itu masih bernama Leningrad. Ia datang dan menikmati kota indah ini dengan putri kecilnya yang bernama Megawati Soekarnoputri. Dari dalam mobil itu, Soekarno sekilas melihat sebuah bangunan yang unik dan tidak ada duanya. Sopir diminta memutar haluan untuk melihat bangunan tersebut.
Namun, sang sopir tak menuruti permintaan orang nomor satu RI itu. Tidak ada perintah untuk memutar apalagi berhenti. Pada zaman itu, di bawah pemerintahan komunis nyaris tidak ada kekuasaan dan kesempatan berdiskusi yang diberikan kepada seorang sopir. Dari pembicaraan dengan beberapa pihak, Soekarno akhirnya tahu bahwa gedung itu adalah sebuah masjid yang saat itu dijadikan gudang.
Dalam suatu pertemuan dengan pejabat setempat, Presiden melontarkan permintaan agar pada hari berikutnya diatur suatu kunjungan ke masjid yang dilihatnya. Namun, aturan protokoler tidak memungkinkan karena acara yang disusun sudah sangat padat. Dalam cerita lain menyebutkan Soekarno sempat mampir sekilas.
Setelah dua hari menikmati keindahan kota St Petersburg yang saat itu masih bernama Leningrad, Soekarno terbang ke Moskow untuk melakukan pembicaraan tingkat tinggi guna membahas masa depan kerja sama bilateral dan berbagai posisi kunci dalam Perang Dingin yang terus memuncak. Dalam bincang-bincang di istana Kremlin itu sempat tersiar kabar suatu pembicaraan yang unik diantara kedua pemimpin bangsa.
“Bagaimana kunjungan ke Leningrad, Tuan Presiden. Tentu sangat menyenangkan, bukan?” tanya pemimpin Rusia saat itu.
Di luar dugaan, Soekarno memberikan jawaban yang mengagetkan. “Rasanya saya belum pernah ke Leningrad,” ujar Soekarno.
“Tuan Presiden memang pandai bertutur. Ada apa yang salah dengan Leningrad? Bukannya kemarin dua hari berjalan-jalan dengan Sang Putri di sana?”
“Ya. Kami memang berada di sana, tapi kami belum ke sana.”
“Kenapa begitu?”
“Karena kami tidak pernah diberikan kesempatan untuk mengunjungi bangunan yang disebut Masjid Biru.”
Kunjungan Soekarno ke Rusia berjalan lancar dan seolah tidak pernah ada apapun yang terkait dengan masalah agama ataupun masjid. Soekarno juga tidak banyak membicarakan lagi tentang masjid yang pernah dilihatnya di kota terindah di Uni Soviet tersebut. Meskipun begitu, diam-diam banyak kalangan muslim memasang kuping atas berbagai kejadian yang dialami oleh tamu kehormatan dari Indonesia tersebut.
Seminggu setelah kunjungan usai, sebuah kabar gembira datang dari pusat kekuasaan, Kremlin di Moskow. Seorang petinggi pemerintah setempat mengabarkan bahwa satu-satunya masjid di Leningrad yang telah menjadi gudang pasca-revolusi Bolshevic tersebut bisa dibuka lagi untuk beribadah umat Islam, tanpa persyaratan apapun. Sang penyampai pesan juga tidak memberikan alasan secuil pun mengapa itu semua bisa terjadi.
“Umat Islam di St Petersburg mengenal dengan baik Presiden Soekarno. Kita sangat berterima kasih kepada almarhum Soekarno. Kami akan ingat jasa-jasanya,” ujar Mufti Ja’far Nasibullah. Tanpa Soekarno, katanya, mungkin masjid indah ini sudah hancur sebagaimana masjid dan gereja lainnya.
Hingga kini, masjid yang didirikan pada tahun 1910-1921 itu masih berdiri megah. Dua menaranya menjulang setinggi 48 meter, sedangkan kubahnya yang dibalut keramik warna biru sangat gagah dengan ketinggian 39 meter. Tempat ibadah umat Islam yang diarsiteki oleh dua orang nasrani bernama Vasilier dan Alexander Von Googen ini memang mirip dengan sebuah masjid di Samarkand, Asia Tengah. Meskipun sempat akan hancur kubahnya pada tahun 1980-an, namun berkat kebaikan hati beberapa pemimpin komunis era Uni Soviet dan pinjaman seseorang yang beragama Ortodoks, maka renovasi selama 18 tahun telah mengembalikan kemegahan rumah Allah di bumi utara tersebut.
Situs Sam Poo Kong
Jejak Peradaban Islam di Klenteng Sam Poo Kong
Semarang - Walaupun, pelancong mengenal Sam Poo Kong sebagai tempat ibadah Kong Hu Cu, destinasi ini juga menjadi jejak peradaban Islam di Jawa. Konon, Laksamana Cheng Ho dari China inilah yang membangun klenteng legendaris ini.
10 Hari lagi seluruh umat Islam siap menyambut Hari Kemenangan. Namun, seminggu sebelum hari itu, para pelancong yang merantau ke Jakarta sudah bersiap untuk mudik ke berbagai daerah.
Bagi Anda yang mudik ke Semarang, Jawa Tengah pasti sudah mengenal Klenteng Sam Poo Kong. Siapa yang tahu, kalau klenteng seluas 1.020 meter persegi ini dahulu juga menjadi jejak peradaban Islam di tanah Jawa.
Klenteng merah nan megah ini menjadi bukti kedatangan Laksamana Cheng Hoo. Seorang pelayar Muslim dari Negeri China yang singgah di Jawa. Berdasarkan kisah yang berkembang, persinggahan ini dikarenakan adanya awak kapal yang jatuh sakit.
Seketika itu pula, Sang Laksamana memutuskan untuk mendarat di Pantai Utara daerah Semarang. Selama mendarat di Semarang, Laksamana Hoo menyuruh anak buahnya untuk mendirikan sebuah tempat untuk beribadah dan beristirahat.
Seperti yang diungkapan dalam situs resmi Pariwisata Republik Indonesia yang detikTravel kunjungi, Jumat (10/8/2012), klenteng yang juga dikenal dengan nama Klenteng Gedong Batu ini memiliki bentuk dengan gaya bangunan China. Namun, klenteng megah ini awalnya menjadi sebuah masjid.
Meskipun berfungsi sebagai masjid, unsur China tetap kental terasa di destinasi ini. Bentuk klenteng bergaya bangunan tunggal dan beratap susun ini sangat mencerminkan gaya arsitektur China. Sebagian besar bangunan ini pun berwarna merah, yang menjadi ciri khas Negeri Tirai Bambu itu.
Oleh karena bentuk bangunan yang tidak jauh berbeda dengan klenteng milik Tionghoa, pada akhirnya bangunan ini dialihfungsikan menjadi sebuah klenteng. Bila melancong ke Sam Poo Kong saat ini, Anda akan melihat kepulan asap dupa dan bau hio.
Namun, untuk menghormati jejak Islam yang dibawa oleh Laksaman Hoo maka pada bulan Maret 2011 di klenteng ini dibuatkan patung Laksamana Cheng Hoo. Patung ini dibuat menggunakan perunggu dengan berat 3,7 ton dan tinggi sekitar 10,7 meter.
Kini, Klenteng Sam Poo Kong pun menjadi ikon pariwisata Semarang. Serunya lagi, Anda bisa masuk ke terowongan klenteng yang berhiaskan pahatan batu. pahatan-pahatan batu tersebut akan menggambarkan perjalanan Laksamana Cheng Hoo hingga tiba di Jawa.
Selain meniti jejak peradaban Islam yang dibawa oleh Laksamana Cheng Hoo, wisatawan yang datang ke sini juga bisa mengikuti ritual Ciam Shie, membakar dupa, serta melempar kepingan koin yang dipercaya bisa meproyeksikan keberuntungan di masa depan. Bila Anda mudik ke Semarang, jangan lupa untuk singgah di klenteng merah nan agung ini! HUSNU MUFID
Idhul Fitri
Muhammadiyah Tetapkan 1 Syawal Jatuh 19 Agustus 2012
Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah menetapkan 1 Syawal 1433 H
jatuh pada hari Ahad Kliwon, 19 Agustus 2012. Penetapan tersebut merupakan
hasil hisab wujudul hilal yang dilakukan Majelis Tarjih dan Tajdid PP
Muhammadiyah.
"Pada tanggal 19 Agustus hari Ahad Kliwon itu kami menginstruksikan kepada warga Muhammadiyah dan mengajak umat Islam umumnya untuk menunaikan salat Idul Fitri," kata Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Dr H. Agung Danarto kepada wartawan di kantor Jl Cik Ditiro Yogyakarta, Jumat (10/8/2012).
Agung mengatakan dasar perhitungan Muhammadiyah bahwa ijtimak jelang Syawal 1433 H terjadi pada hari Jumat Pon 17 Agustus 2012 pukul 22:55:50 WIB. Tinggi bulan pada saat terbenamnya matahari di Yogyakarta, -7 derajat 48' = 110 derajat 21' BT adalah -04 derajat 37' 51" hilal belum wujud.
"Di seluruh wilayah Indonesia pada saat terbenamnya matahari tersebut bulan berada di bawah ufuk," kata Agung didampingi Ketua dan Wakil Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid, Prof Dr Syamsul Anwar dan Oman Fathurohman.
Syamsul menambahkan penggunaan metode hisab untuk menentukan awal bulan Kamariah terutama awal puasa, 1 Syawal dan Idul Adha merupakan salah satu wujud apresiasi terhadap kemajuan ilmu pengetahuan khususnya ilmu falak dan ilmu hisab.
Hisab lebih menjamin kepastian dan akurasinya dapat dipertanggungjawabkan karena batas-batasnya dapat diketahui dengan jelas. Sedangkan rukyat tidak bisa memberi kepastian.
"Untuk menentukan 1 Ramadan misalnya, harus menunggu H-1. Namun dengan hisab bisa jauh-jauh hari, 1 tahun, 10 tahun hingga 100 tahun sudah diketahui. Muhammadiyah menggunakan hisab," kata Syamsul.
Syamsul menegaskan hisab merupakan salah satu upaya kontekstualisasi. Rukyat pada zaman Nabi Muhammad tidak ada masalah karena umat Islam hanya ada di Jazirah Arab. Namun saat ini umat Islam sudah menyebar dan mendunia.
Menurutnya dengan hisab kita bisa memperkecil perbedaan. Metode hisab untuk menentukan awal bulan kamariah ini ikut mendorong terwujudnya kalender Islam internasional. "Masalah pelaksanaan waktu puasa di Arafah yang selama ini belum dapa diatasi dapat segera terselesaikan," katanya.
Mengenai keputusan tidak mengikuti sidang isbat saat menentukan awal puasa, dia menambahkan hal itu merupakan keputusan sidang pleno PP Muhammadiyah tahun sebelumnya.
"Pertimbangannya praktis saja karena Muhammadiyah sudah bisa menentukan sebelumnya," pungkas Syamsul diamini Ketua PP Muhammadiyah Haedar Nashir. HUSNU MUFID
"Pada tanggal 19 Agustus hari Ahad Kliwon itu kami menginstruksikan kepada warga Muhammadiyah dan mengajak umat Islam umumnya untuk menunaikan salat Idul Fitri," kata Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Dr H. Agung Danarto kepada wartawan di kantor Jl Cik Ditiro Yogyakarta, Jumat (10/8/2012).
Agung mengatakan dasar perhitungan Muhammadiyah bahwa ijtimak jelang Syawal 1433 H terjadi pada hari Jumat Pon 17 Agustus 2012 pukul 22:55:50 WIB. Tinggi bulan pada saat terbenamnya matahari di Yogyakarta, -7 derajat 48' = 110 derajat 21' BT adalah -04 derajat 37' 51" hilal belum wujud.
"Di seluruh wilayah Indonesia pada saat terbenamnya matahari tersebut bulan berada di bawah ufuk," kata Agung didampingi Ketua dan Wakil Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid, Prof Dr Syamsul Anwar dan Oman Fathurohman.
Syamsul menambahkan penggunaan metode hisab untuk menentukan awal bulan Kamariah terutama awal puasa, 1 Syawal dan Idul Adha merupakan salah satu wujud apresiasi terhadap kemajuan ilmu pengetahuan khususnya ilmu falak dan ilmu hisab.
Hisab lebih menjamin kepastian dan akurasinya dapat dipertanggungjawabkan karena batas-batasnya dapat diketahui dengan jelas. Sedangkan rukyat tidak bisa memberi kepastian.
"Untuk menentukan 1 Ramadan misalnya, harus menunggu H-1. Namun dengan hisab bisa jauh-jauh hari, 1 tahun, 10 tahun hingga 100 tahun sudah diketahui. Muhammadiyah menggunakan hisab," kata Syamsul.
Syamsul menegaskan hisab merupakan salah satu upaya kontekstualisasi. Rukyat pada zaman Nabi Muhammad tidak ada masalah karena umat Islam hanya ada di Jazirah Arab. Namun saat ini umat Islam sudah menyebar dan mendunia.
Menurutnya dengan hisab kita bisa memperkecil perbedaan. Metode hisab untuk menentukan awal bulan kamariah ini ikut mendorong terwujudnya kalender Islam internasional. "Masalah pelaksanaan waktu puasa di Arafah yang selama ini belum dapa diatasi dapat segera terselesaikan," katanya.
Mengenai keputusan tidak mengikuti sidang isbat saat menentukan awal puasa, dia menambahkan hal itu merupakan keputusan sidang pleno PP Muhammadiyah tahun sebelumnya.
"Pertimbangannya praktis saja karena Muhammadiyah sudah bisa menentukan sebelumnya," pungkas Syamsul diamini Ketua PP Muhammadiyah Haedar Nashir. HUSNU MUFID
Rabu, 08 Agustus 2012
Sembilan Wali
Ditegur, Indosiar Hentikan Tayangan "Sembilan Wali"
Denpasar, ANTARA Jateng - Pihak Indosiar akhirnya memenuhi teguran dan permintaan Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Bali untuk menghentikan penayangan sinetron "Sembilan Wali".
"Per 8 Agustus 2012, sinetron Sembilan Wali dihentikan penayangannya dan hal itu telah dituangkan dalam berita acara yang ditandatangani KPI Pusat, KPID Bali, pihak Indosiar, dan perwakilan DPRD Bali," kata Ketua KPID Provinsi Bali Komang Suarsana saat memberi keterangan pers via telepon dari Jakarta, Selasa.
Ia mengemukakan bahwa ada dua butir kesepakatan yang dipenuhi Indosiar, yakni menyampaikan permintaan maaf kepada masyarakat Bali atas dampak penayangan "Sembilan Wali" dan yang kedua menerima hasil kesepakatan bersama antara KPID Bali, DPRD Bali, dan elemen masyarakat Bali untuk tidak lagi menayangkan sinetron tersebut terhitung mulai 8 Agustus 2012.
Berita acara, ucap dia, ditandatangani oleh Ketua KPI Pusat Mochamad Riyanto, Ketua KPID Bali Komang Suarsana, Sekretaris Perusahaan Indosiar I Ketut Prihadi, dan perwakilan anggota DPRD Bali.
Dari DPRD Bali yang turut menandatangani adalah Made Arjaya, IGP Wijera, Ngakan Made Samudra, Wayan Gunawan, dan Komang Nova Sewi Putra.
"Kami menyampaikan terima kasih atas dukungan dan perjuangan semua masyarakat Bali sehingga sinetron Sembilan Wali yang rawan memicu konflik SARA ini dapat dihentikan penayangannya," katanya.
Menurut Suarsana, hari ini dalam pertemuannya dengan pihak Indosiar bersama dengan perwakilan DPRD Bali dan KPI Pusat, pihak Indosiar sendiri menyampaikan alasan bahwa mereka sebelumnya tetap menayangkan "Sembilan Wali" karena merasa sudah diloloskan oleh lembaga sensor.
"Proses pembuatannya diakui Indosiar memang tidak mengikutsertakan ahli sejarah untuk mengonfirmasi kebenaran fakta sejarah yang tersaji dalam ide cerita. Sedari awal pihak Indosiar juga sudah mengkhawatirkan adanya dampak penayangannya yang dibuat kejar tayang itu," ucap Suarsana.
Sebelumnya KPID Bali telah melayangkan dua kali surat teguran dan permintaan penghentian penayangan sinetron Sembilan Wali pada Indosiar. Pihaknya menilai sinetron tersebut termasuk kategori fiksi sejarah atau legenda yang di dalamnya mengandung pro-kontra dan konflik antara paham Hindu dan paham Islam.
Sinetron Sembilan Wali terindikasi mengandung pelecehan terhadap umat Hindu dan KPID Bali juga telah menerima pengaduan dari sejumlah LSM dan Parisada Hindu Dharma Indonesia Bali terkait tayangan sinetron tersebut. DPRD Bali juga ikut mengawal penghentian sinetron itu.
Masjid Menara Layur Semarang
Masjid Menara Layur Semarang
LAZIMNYA, masjid di Kota Semarang memiliki pintu masuk utama melalui jalan darat. Namun Masjid Menara yang terletak di Jalan Layur ini, meski memiliki akses masuk dari jalan darat, namun pintu masuk utamanya justru berada di Kali Semarang.
Masjid Menara terletak di Kampung Melayu, di sisi barat Kali Semarang. Berdirinya salah satu masjid tua di Semarang yang masih kokoh berdiri ini, tak lepas dari peran Kali Semarang yang kala itu menjadi transportasi utama perdagangan.
Menurut Ali Mahsun, pengurus masjid, dulu Kampung Melayu merupakan tempat hunian sebagian besar suku melayu di Semarang pada 1743. Pada masa itu kampung ini merupakan tempat untuk mendarat kapal dan perahu yang membawa barang dagangan.
Lokasinya yang sangat strategis mengundang suku lain seperti keturunan Arab untuk bermukim di kampung tersebut. "Masjid ini memiliki nilai historis yakni berperan dalam penyebaran agama Islam di Semarang," katanya.
Berpengaruhnya orang Arab di situ diperkuat oleh catatan Liem (1930) yang menyebutkan, bahwa usaha pendirian klenteng oleh masyarakat Cina yang tidak begitu banyak jumlahnya di kampung tersebut, ditentang habis-habisan oleh penduduk keturunan Arab pada 1900. Penambahan menara pada bagian depan masjid menyebabkan masjid juga terkenal dengan nama Masjid Menara.
Karena itulah, hirarki tata ruang Masjid Menara disesuaikan dengan transportasi Kali Semarang. Bagian depan masjid justru menghadap sungai. Lantai dasar dipergunakan sebagai tempat wudlu dan sirkulasi masuk dari arah sungai. Maka dari itu Masjid Menara didesain seperti panggung.Masjid ini dikelilingi tembok tinggi dengan menara khas Timur Tengah yang terletak di depan. Bangunan utama bergaya khas Jawa dengan atap masjid susun tiga, dilengkapi ornamen jendela dan pintu yang khas. Lantai bangunan dibuat seperti rumah gadang dan hanya dapat dicapai dengan tangga yang terdapat pada sisi muka. Pondasi bangunan terbuat dari batu, memikul struktur kerangka kayu. Bila dilihat dari arsitekturnya, masjid ini merupakan campuran dari tiga budaya yaitu Jawa, Melayu, dan Arab.
Salah satu bagian paling menarik dari masjid ini ialah menaranya yang menjulang tinggi. Menurut pemerhati sejarah Kota Semarang Jongkie Tio, menara itu merupakan mercusuar tempat memantau lalu lintas kapal yang akan memasuki Kali Semarang.
"Fungsi mercusuar itu mirip dengan bangunan "uit kyk post" di pinggir jembatan Kali Berok yang juga digunakan untuk mengawasi lalu lintas kapal," katanya.
Diperkirakan hal itu berlangsung sekitar abad ke-18. Namun di akhir abad ke-18, menara itu tidalagi difungsikan sebagai mercusuar. Kemungkinan disebabkan banyak warga pendatang yang mulai bermukim di wilayah tersebut, sehingga kawasan semakin padat. Setelah mercusuar tidak berfungsi lagi, bangunan ini kemudian dialihfungsikan menjadi masjid oleh para saudagar Arab yang berasal dari Yaman.Sayangnya, saat ini bentuk panggung masjid sudah tidak bisa dilihat lagi. Masjid tersebut telah ditinggikan beberapa kali, karena pengaruh usia dan terjangan banjir air rob sehingga banyak kayu yang sudah keropos. Selain lantai bawah diurug setinggi 2,65 meter, lantai kayu tempat ruang utama salat diganti dengan dak beton dan lantai keramik, satu saka atau tiang penyangga utama dari empat saka yang ada juga diganti dengan kayu jati baru. Meski begitu, bentuk dan struktur bangunan dan menara masjid tersebut tetap asli.
Masjid Tiban Purwokerto
Masjid Tiban Purwokerto
NUANSA mistis sangat kental di dalam masjid. Sebuah mimbar tua dipajang di salah satu sudut ruangan. Mimbar berbahan kayu berusia ratusan tahun itu dibungkus dengan beberapa lembar kain putih.
Aroma asap dupa sesekali tertiup masuk ke dalam masjid berukuran 12X12 meter tersebut. Namun, suasana itu tampaknya tidak mengurangi kekhusyukan jamaah dalam menjalankan shalat.
Ya, itulah suasana Masjid Tiban di Desa Bakalan, Kecamatan Purwantoro, Wonogiri. Berbeda dengan masjid lainnya. Di samping utara masjid itu terdapat tempat panyuwunan. Yakni tempat bagi penganut kejawen untuk berdoa kepada Tuhan Yang
Maha Kuasa.
Tempat panyuwunan itu hanya berupa bangunan kecil berukuran sekitar 1X2 meter. Di dalamnya banyak terdapat tumpukan abu sisa pembakaran dupa dan kemenyan. Beberapa macam sesaji ikut menumpuk dalam ruangan kecil yang menghadap utara tersebut. Bagian atap dan gentingnya sudah menghitam karena tertutup jelaga dupa dan kemenyan.
Sardi (71), sang penjaga masjid menuturkan, Masjid Tiban Purwantoro itu tidak diketahui kapan berdirinya. "Tidak ada yang tahu kapan masjidnya dibangun. Sebelum ada desa. Sebelum negara ini dicitak (dicetak), masjidnya sudah ada. Mungkin dibuat sejak zaman wali sebagai musholla (tempat shalat)," katanya.
Tempat panyuwunan di Masjid Tiban semula menjadi satu di dalam masjid. Namun, seiring adanya renovasi dan pemugaran, tempat tersebut digeser, sehingga kini berada di luar ruangan masjid.
Sementara itu, mimbar tua yang ada di dalam masjid juga tidak diketahui kapan pembuatannya. Menurut Sardi, mimbar itu dibuat bersamaan dengan pembangunan masjid. Mimbar tersebut kini tidak dipakai lagi, hanya dibungkus dengan beberapa lembar kain putih.
Perpaduan Islam dan kejawen juga tampat pada arsitekturnya. Salah satu atap masjid masih kental dengan nuansa Jawa. Atapnya berbahan sirap kayu, mustaka (kepala) atapnya mirip stupa berwarna coklat. Adapun atap lainnya menggunakan genteng dengan mustaka berbentuk kubah, seperti masjid pada umumnya.
Sudah banyak orang yang mengunjungi masjid tersebut. Mereka tidak hanya datangHongkong, dan Singapura. Tidak sedikit pula pejabat yang datang. "Mereka datang dengan berbagai permintaan. Rata-rata ingin kaya. Kerabat Keraton Mangkunegaran juga masih sering ke sini," ujarnya.
Biasanya, masjid itu ramai saat malam Jumat Kliwon. Namun di bulan puasa justru sepi pengunjung. "Mungkin karena puasa," imbuhnya.
Selain aktivitas kejawen di salah satu sisinya, masjid tersebut juga dihidupkan dengan aktivitas pengajian dan shalat berjamaah. Selama bulan Ramadhan, masjid itu juga digunakan untuk shalat tarawih.
Kabag Humas Sekda Wonogiri, Waluyo mengaku pernah berkunjung ke masjid itu ketika masih menjabat sebagai Camat Purwantoro. "Masjid itu sangat unik. Ada nilai-nilai sejarah, reliji, dan kekayaan budaya leluhur yang patut dilestarikan," ujarnya. dari wilayah Wonogiri dan sekitarnya. Banyak di antara mereka datang dari mancanegara, seperti Malaysia
Minggu, 05 Agustus 2012
Lomba Puisi Bung Karno
Lomba Cipta Baca Puisi Bung Karno
Dalam rangka memperingati HUT Proklamasi Kemerdekaan
RI ke 67, Forum Keluarga
Besar Marhaenis Tulungagung (FKBMT) mengadakan acara Lomba Cipta dan
Baca Puisi Tingkat Nasional serta Pameran
Filateli dan Lukisan Tingkat
Internasional dengan mengambil Thema: “Sang Fajar Bung Karno” pada 27 Agustus
s/d 9 September 2012 di Padepokan Agung Kyai Upas Jalan Kertojati No.27
Jatimulyo-Kalangbret
Tulungagung (di rumah Bu Ning Mantan Kepala Desa Jatimulyo).
Acara ini berkat kerja bareng antara DPP SPI (Sahabat Pena Indonesia) Tulungagung, PT. Pos Indonesia,
Komunitas Anak Jalanan Indonesia (KAJI),
Himpunan Artis Republik Indonesia (HARI), Para Seniman Indonesia, Para
Pengusaha Nasional Indonesia, Para Tokoh Nasional Indonesia, Para Tokoh
Pendidikan Nasional Indonesia, Para Wartawan Idealis dan Paranormal Seluruh
Dunia serta Kekuatan Doa Tulus Ikhlas dari Seluruh Rakyat Indonesia (SRI) dan
KH Raden Abdul Azis pengasuh Pondok Pesantren Al-Wafa Tempurejo Jember.
“ Kabar gembira ini. Ayo Ikutilah
dan Jadilah Saksi Sejarah. Dalam rangka HUT
Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 67. Silahkan mendaftarkan diri dan tumbuhkan kreatifitas dalam bidang
seni baca puisi,”ujar Raden Hari Sunaryanto Ketua Panitia.
Adapun persyaratannya
adalah warga Negara
Indonesia (WNI) boleh juga Warga Negara
Asing (WNA), Usia 7 tahun s/d tak terbatas,
hasil Karya Sendiri (Asli),
biodata Anda (sertakan No.HP dan email Anda), Foto Copy KTP/Kartu
Pelajar 1 lembar, foto Berwarna terbaru ukuran Kartu Pos/3R
Kirim Karya Puisi Anda dan bukti transfer Via Kantor Pos
ke: Panitia Lomba Cipta dan Baca Puisi
Tingkat Nasional “Sang Putra Fajar Bung Karno” Jalan Arjuna No.100-Sawahan
Kulon-Sidorejo-Kalangbret Tulungagung 66261 Jawa Timur Indonesia.
“Seluruh karya cipta
puisi yang diterima oleh panitia menjadi hak milik panitia dan dibukukan dengan judul ; Pahl`wan
Nasional Bung Karno” . Nantinya diterbitkan
pada peringatan Hari Kasih
Sayang Nasional pada 27 Desember 2012,”ungkap Raden Hari Sunaryanto
Ketua Forum Keluarga Besar
Marhaenis Tulungagung.
Bagi pemenangnya nanti akan mendapat hadiah : Juara I : Uang
Pendidikan Nasional Rp. 7.000.000,- Tropi dan Piagam, . Juara II : Uang
Pendidikan Nasional Rp. 6.000.000,- Tropi dan Piagam, . Juara III : Uang Pendidikan
Nasional Rp. 5.000.000,- Tropi dan Piagam,
Juara IV : Uang Pendidikan Nasional Rp. 4.000.000,- Tropi dan Piagam, .
Juara V : Uang Pendidikan Nasional Rp. 3.000.000,- Tropi dan Piagam,6. Juara VI
: Uang Pendidikan Nasional Rp. 1.000.000,- Tropi dan Piagam, . Juara VII : Uang
Pendidikan Nasional Rp. 1.000.000,- Tropi dan Piagam
Sebagai Ketua Dewan Juri adalah Drs. Ki H. Djati Koesuma (Mantan Anggota DPR RI Pusat, Dalang dan
Mantan Pelawak Kwartet S). “Untuk itu, kami mengundang Anda di seluruh Indonesia
mengikuti acara ini. Kami sangat respon dengan kreatifitas Anda selaku anak-anak muda penerus bangsa
siap meneruskan perjuangan kemerdekaan RI,”ujar Bung Hari. HUSNU MUFID
Langganan:
Postingan (Atom)