Senin, 24 Maret 2014
Rabu, 19 Maret 2014
Ajaran Wakhidiyah 3
Ajaran Wahidiyah dari Al
Mukarrom Romo KH Abdul Majid Ma’ruf (5)
Lebih Utamakan Kewajiban dan Manfaat
YUKTI KULA DZI HAQQIN HAQQOH.
Maksudnya ialah agar manusia berusaha mengisi
dan memenuhi segala bidang kewajiban. Mengutamakan pemenuhan kewajiban
daripada menuntut hak. Baik itu kewajiban terhadap Allah Wa Rosuulihi SAW, maupun
kewajiban-kewajiban dalam
berhubungan di dalam masyarakat
di segala bidang, dan terhadap makhluk
pada umumnya.
Di dalam berhubungan hidup satu sama lain selalu timbul
hak dan kewajiban yang
kait-mengkait satu sama lainnya. Kewajiban A terhadap B merupakan
haknya B dari A. Begitu juga sebaliknya, kewajiban B terhadap A merupakan haknya A dari B. Maka,
diantara hak dan kewajiban itu yang harus diutamakan adalah pemenuhan kewajiban
masing-masing.
Soal hak, tidak usah dijadikan tuntutan, asal kewajiban dipenuhi dengan
baik. Otomatis, apa yang menjadi haknya datang dengan sendirinya. Salah satu
contoh, hubungan pemerintah dan rakyat. Dimana pemerintah berhak
ditunduki dan dituruti oleh rakyat. Akan tetapi berkewajiban membimbing dan memajukan rakyat.
Yang harus diutamakan
pemerintah adalah kewajiban membimbing,
melindungi dan memajukan rakyat.
Sebaliknya, rakyat berhak mendapat bimbingan dan perlindungan dari pemerintah. Akan tetapi
mempunyai kewajiban taat dan setia kepada pemerintahan. Maka, yang harus dilaksanakan
oleh rakyat hanyalah tunduk dan taat
kepada pemerintahan tanpa
memperhitungkan apa yang menjadi haknya.
“Sekali lagi, apabila kewajiban dipenuhi dengan baik,
otomatis hak datang dengan sendirinya dengan baik pula,”ujar Romo KH Abdul Latif di hadapan ribuan jamaah Wahidiyah dalam
acara Mujahadah Nisfusanah di alun-alun Bojonegoro, malam kemarin.
“TAQDIMUL AHAM FAL AHAM TSUMMAL ANFA’FAL ANFA”.
Manusia seringkali
menjumpai lebih dari satu macam persoalan yang harus diselesaikan dalam waktu yang bersamaan. Dan, tidak mampu mengerjakannya bersama-sama. Maka,
dalam keadaan demikian harus
memilih diantaranya mana yang lebih penting. Yang harus dipilih, tentu yang lebih
besar manfaatnya.
Demikian yang dimaksud “TAQDIMUL AHAM FAL AHAM TSUMMAL
ANFA’FAL ANFA”. “Jadi mendahulukan yang lebih aham lebih penting, kemudian jika sama-sama pentingnya dipilih
yang lebih besar manfaatnya. Untuk menentukan pilihan yang aham dan mana yang anfa,”ungkap
Soleh Musta’in Sag, Koordinator Pengamal
Wahidiyah (PW) Kodya Surabaya didampingi Alvian (Seksi Pendidikan).
Perhatikan pedoman: Segala
hal yang langsung berhubungan dengan Allah Wa Rosuulihi SAW terutama yang
wajib, pada umumnya harus pandang ahammu-lebih penting. Dan, segala hal
yang manfaatnya dirasakan juga oleh
orang lain (masyarakat banyak)
harus dipandang anfa’u lebih besar manfaatnya.
Mengapa dikatakan pada
“umumnya”. Sebab, mungkin pada suatu saat, karena adanya hal-hal yang baru muncul atau karena situasi dan kondisi, pelaksanaannya
dapat menyimpang dari ketentuan itu.
“Misalnya suatu ketika kita sedang mujahadah atau ibadah sunnah lainnya
kemudian ada tamu datang. Lebih-lebih tamu
dari jauh dan sangat penting, maka dalam keadaan seperti itu
kita harus memutuskan mujahadah atau ibadah sunnah tadi dan
menemui tamu itu. Setelah selesai, mujahadah dapat dilanjutkan
lagi,”paparnya.
Insya Allah, demikian pengalaman itu, kalau benar-benar tepat
menerapkan LILLAH BILLAH dan LIRROSUL
BIRROSUL dan LILGHOUTS BILGHOUTS. Pemilihan mana yang aham dan mana yang
anfa’ itu pasti tepat.
Tetapi sebaliknya , jika lepas dari LILLAH BILLAH dan LIRROSUL BIRROSUL dan
LILGHOUTS BILGHOUTS, mungkin bisa
timbul penyesalan di kemudian
hari akibat dari pemilihan aham dan anfa’ yang kurang tepat.
Perlu diperhatikan bahwa
pengertian “manfaat” harus ditinjau dari
berbagai segi dan memakai bermacam-macam pertimbangan . Di dalam soal kesadaran kepada Allah Wa Rosuulihi SAW. Tetapi
juga bisa diterapkan di bidang-bidang
lain yang dalam prinsipnya yang harus diarahkan
untuk FAFIRRUU-ILLALLOH WA ROSUULIHI SAW. Bahwa yang diartikan manfaat
seharusnya ialah, “Yang membuahkan manfaat yaitu hal atau perkara yang mendekatkan dirimu kepada Allah Wa
Rosuulihi SAW,”ujar Karana Aji, Koordinator Pengamal Wahidiyah (PW) Jatim dalam
acara Mujahadah Nisfusanah di alun-alun Bojonegoro, belum lama ini.
Kesimpulannya, perkara atau
hal yang tidak menjadikan kedekatan kepada Allah Wa Rosuulihi SAW,
bukan manfaat namanya. Melainkan, madlorrot atau membahayakan. Sekalipun
berupa salat, jika tidak mengarah kepada pendekatan diri kepada
Allah Wa Rasuulihi SAW, tidak akan menghasilkan manfaat melainkan malah
mendatangkan bahaya.
Salat yang tidak membawa pendekatan diri kepada
Allah adalah salat yang tidak hudlur
hatinya. Lebih-lebih yang kecampuran ‘ujub riyak takabur dan lain-lain.
Sebab, adanya Allah Ta’ala
kewajiban hambanya mengerjakan salat, zakat, puasa, haji dan memberikan
tuntunan hidup kepada manusia. Yang memberikan
kesempatan hubungan di dalam pergaulan
hidup ini, tidak lain Allah. Yang
menghendaki agar para hambanya mau mendekat kepada-Nya. Sehingga, menjadi hamba
yang sadar kepada Allah Wa Rosuulihi SAW.(bersambung) husnu mufid
Pesantren Aswajah Aceh barat
Tengku Syeh H Abu Bakar Sabil, Pengasuh Pondok Pesantren
Ahlussunah Waljama’ah Aceh Barat
Taklukkan Isi Lautan dengan Hizib
Dalam usianya yang sudah mendekati 80 tahun ini,
ternyata tidak membuat turun semangatnya menyerukan amar ma’ruf nahi mungkar.
Beliau memang tidak memiliki ilmu kedigdayaan, namun mengamalkan hizib bahar
dan hizib nasar yang ternyata
kekuatannya begitu dahsyat. Selain dilindungi malaikat, juga bisa dipakai
menundukkan isi air laut. Kini, apa yang dimiliki itu diwariskan pada para
santrinya. Itulah sosok Tengku Syeh Abu Bakar Sabil, pengasuh Ponpes
Ahlussunnah Waljama’ah Babussalam Ujung Baruh Johar Pahlawan Melabuh Aceh
Barat.
Dari silsilah keluarga, Tengku Syeh H Abu Bakar Sabil yang lahir 10 Oktober 1928 tidak ada
darah kiai. Baik dari ayah maupun sang ibu. Namun semua tidak jadi soal, karena
bukan itu yang menjadi ukurannya. Yang terpenting menjadi seorang kiai atau
panutan umat adalah mereka yang tinggi ilmu agamanya, ahlaq yang mulia serta
punya tekad yang kuat menyebarkan agama di muka bumi Allah swt.
Berangkat dari situlah, untuk mewujudkan cita-citanya
itu ia akhirnya menimba ilmu agama pada Haji Muhammad, seorang wali ulama’
besar di Darussalam Labuhan Aceh. Di sini ia ngengsukaweruh
selama 10 tahun. Ilmu yang dipelajari sebagaimana umumnya santri-santri seperti
Ilmu Tasawuf, Fikih, Tafsir, Al Qur’an
dan ilmu alatnya yang lain. Semua itu merupakan ilmu syariat yang perlu
dipelajari dan tertanam dalam diri, baru kemudian melangkah ke ilmu hikmah.
Setelah dinyatakan lulus, ia kemudian mengajar di Pesantren Nur Darussalam selama 13 tahun. Meski sudah banyak ilmu
yang dimiliki, namun sudah menjadi sifat manusia yang selalu kurang. Maka ia
pun pindah ke Ponpes Darul Muhtar. Ilmu
yang dipelajari adalah syariat, hakekat dan ma’rifat. Ilmu inilah merupakan
pelengkap dari ilmu-ilmu yang selama ini dimiliki.
Amalkan Hizib
Dari ilmu-ilmu itulah dirinya mengetahui
kehebatan Hizbul Bahar, Hizbul Nasar dan Asmaul Husna (nama-nama Allah) kalau dibaca.
Karenanya, selama di pesantren secara
diam-diam ia mengamalkannya agar tidak
diketahui teman-temannya. Mengingat ilmu
tersebut tidak untuk gagah-gagahan dan
dipamer-pamerkan. Ia mengaku tidak mempelajari ilmu kedigdayaan seperti yang
banyak dipelajari para kiai di Jawa. Dengan mengamalkan asma-asma Allah, Hizbul Bahar dan Hizbul
Nasar dianggap sudah cukup, karena mengandung kekuatan dahsyat. “Kalau dibaca atau diamalkan setiap hari. Maka Malaikat
akan menjaga dan isi laut tunduk
pada kita dan rezki datang dengan sendirinya,” ujarnya.
Meski ilmu yang dimiliki masih belum cukup, Syeh Bakar
Sabil kembali ke kampung halamannya ke
Ujung Baruh. Selang beberapa bulan tepatnya tahun 1971, ia pun mendirikan pesantren. Ilmu yang pernah
dipelajari itu tetap diamalkan, dengan harapannya agar tidak ada hambatan
selama mendirikan sebuah pesantren.
Ternyata apa yang dirintisnya membuahkan hasil.
Pesantren yang baru didirikan lancar. Padahal banyak kiai-kiai lain bila
mendirikan pesantren seringkali mendapat tantangan masyarakat sekitar. Ada yang
diusir, dilempari batu dan dibakar. Misalnya, di Sambas dan di pulau Jawa.
“Alhamdulillah saya sendiri tidak. Malahan mendapat
dukungan masyarakat luas. Resepnya
berserah diri kepada Allah swt dan membaca Isim (Asmaul Husna), Hizbul Bahar
dan Hizbul Nasar sepanjang hari,” ungkapnya tenang. Bahkan, lanjutnya,
pesantren yang didirikan mengalami kemajuan cukup pesat. Santri-santri semakin
banyak jumlahnya. Alumninya telah banyak yang mendirikan pesantren di
daerah-daerah dan sukses besar.
Hal tersebut tidak lepas dari sistem pemberian ilmu
yang bagus. Dalam pemberian ilmu dibagi
menjadi dua. Mereka yang ilmunya masih rendah hanya diberil ilmu alat
sebagaimana umumnya. Tapi untuk
santri-santri yang ilmunya dinilai
tinggi diberikan ilmu tambahan seperti
Hizbul Bahar, Hizbul Nazar dan Isim.
“Tujuan saya nantinya sebagai bekal mendirikan
pesantren di tengah-tengah masyarakat.
Mengingat tantangannya cukup berat. Dengan mengamalkan bacaan tersebut,
Malaikat akan menjaga mereka. Isi laut akan tunduk. Tidak sampai menggulingkan
perahunya semisal menyebrangi lautan dan rezeki datang sendiri,”
ungkapnya. husnu mufid
Sendang Masjid Demak
:
Keajaiban Situs Sendang Kecil di Masjid Agung Demak,
Jateng
Buatan Sunan Kalijaga Untuk Mualaf
Sendang kecil di depan Masjid Agung Demak telah berusia
ratusan tahun. Bersamaan dengan berdirinya kerajaan Demak. Dulunya dibuat oleh
Sunan Kalijaga. Diperuntukkan bagi orang-orang yang akan dan baru masuk Islam
(mualaf). Jika akan memasuki masjid, terlebih dulu harus membasuh dan berwudlu
di tempat itu. Kini, airnya dimanfaatkan untuk pengobatan oleh para peziarah.
Sebab, dipercaya bisa menyembuhkan berbagai penyakit.
AIR sendang itu masih
kelihatan jernih dan rasanya pun masih tawar. Belum tercemar oleh alam atau
dirusak manusia. Karena itu, airnya dapat digunakan untuk berwudlu dan diminum
untuk melepas dahaga. Meski tidak perlu dimasak terlebih dahulu.
Namun, dalam perkembangannya
bentuk dan fungsinya mengalami perubahan. Kalau
pada zaman para wali bentuknya seperti sendang-sendang biasa.
Masyarakat. bisa menggunakannya sebebas-bebasnya untuk membasuh kaki sebelum melakukan salat. Karena, itu sudah
menjadi perintah dari Kanjeng Sunan Kalijaga.
“Lagi pula memang difungsikan
untuk membasuh kaki dan berwudlu bagi orang yang mau salat
dan baru memeluk agama Islam
(mualaf),”ujar KH A Soehaimi Soelaiman, Ketua Ta’mir Masjid Agung Demak,
Jateng.
Sekarang sudah tidak
difungsikan lagi. Orang yang akan salat dan masuk masjid sudah tidak membasuh kaki di sendang itu.
Melainkan, di tempat
wudhu yang sudah disediakan
di samping masjid. Sebab, sendang buatan Sunan Kalijaga itu telah
dipagar besi keliling oleh dinas purbakala.
Meskipun demikian, masyarakat
masih bisa memanfaatkan dan menikmati rasa airnya melalui bak wudlu yang sudah disediakan di sebelah masjid.
Karena air sendang
disalurkan kesana melalui slang (pipa
plastik). Jumlahnya berliter-liter dan tidak pernah habis-habis. Padahal,
daerah sekitarnya seringkali mengalami kesulitan air pada musim kemarau.
Orang kebanyakan menilai
merupakan barokah dari Sunan Kalijaga diperuntukkan bagi umat Islam. Bukan
milik dinas purbakala atau pengelola masjid yang kini sudah mulai
mengkomersilkan tinggalan wali itu.
Dapat Barokah Wali
Karena adanya barokah itu, sejak
zaman dulu hingga sekarang sebagian masyarakat
mempercayai air sendang kecil itu
berkhasiat khusus. Yakni, dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Oleh karena
itu, peziarah tidak lupa mengambil air untuk dibawa pulang.
Praktik seperti ini sering
dilarang oleh pengurus masjid. Alasannya,
mendekati kesirikan (menyekutukan Allah SWT). Tapi, mereka tetap saja nekat mengambil secara
sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan. Tidak pernah takut mendapat teguran
dari siapa pun.
“Air ini dipercaya ada barokahnya.
Sebab, kolamnya buatan wali. Bukan syirik lho. Saya datang jauh-jauh
berziarah ke sini. Paling tidak, membawa oleh-oleh. Yaitu air sendang kecil yang mengandung
mineral cukup tinggi,”ujar Khoirul Anam, salah seorang peziarah.
Menurutnya, para peziarah
yang jumlahnya ratusan dan ribuan setiap harinya itu menilai pihak petugas
salah menafsirkan tentang makna syirik. Hanya berdasarkan pendekatan
fiqih yang sempit dan rasionalitas. Tanpa melakukan pendekatan secara irasional
dan sufistis sebagaimana yang dipercayai
orang-orang zaman dahulu.
Lepas ada yang pro maupun
kontra. Semuanya hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Namun, yang terpenting
bagaimana melestarikan peninggalan para wali. Agar tetap dilihat oleh generasi
penerus Islam di Indonesia. husnu
mufid
Silat Pagar Nusa
Menguak Jati
Diri Ikatan Pencak Silat NU Pagar Nusa (2)
Hadapi Lawan Cukup Bersedekap
Jauh sebelum dibentuknya Ikatan Pencak Silat Pagar
Nusa, sudah dipikir dan didiskusikan secara matang, baik gerakan maupun
tingkatan yang harus dicapai. Apalagi, apa yang dimiliki Pagar Nusa merupakan
penggabungan dari berbagai ilmu langkah di tanah air ini. Paling tidak ada empat aspek, bila mampu
menguasainya maka kesempurnaan Pagar Nusa telah dikuasai. Apakah empat aspek
itu? Dan butuh berapa lama untuk menguasainya?
Pagar Nusa tidak hanya tenaga dalam semata, tapi juga
ada aspek seni, bela diri dan olahraga. Bila keempat aspek itu dikuasai, maka
akan menjadi anggota Pagar Nusa yang sempurna, karena selama ini jarang yang
menguasai itu. Untuk menguasainya memang tidak dibatasi waktu, dan tergantung
kemampuan individu masing-masing. Bisa cepat, dan tidak sedikit pula yang
lambat.
Untuk membedakan antar anggota cukup sulit. Karena di Pagar Nusa tidak
mengenal tingkatan, begitu juga sabuk tiap-tiap tingkatan. Yang jelas, bagi
mereka yang memiliki tingkatan tinggi, bila menghadapi lawan cukup dengan
bersedekap, dan lawan akan tersungkur.
Empat Aspek
Ada empat aspek di pagar Nusa yakni seni, maksudnya
pencak silat ini lebih mengutamakan seni. Hal ini terlihat dari keindahan gerakannya yang dimunculkan melalui
jurus-jurus yang diperagakan, bahkan
saat bertarung di arena, kemenangan merupakan hal yang kedua, sementara yang
diutamakan adalah keindahan gerak. “Hal ini berbeda dengan perguruan lain lebih
mementingkan kemenangan dalam setiap pertarungan,” kata Pimpinan Pusat Ikatan
Pencak Silat Pagar Nusa, Suhar Billah SH.
Sedangkan Pagar Nusa
yang mengandung aspek Beladiri,
bahwa mempertahankan diri itu
merupakan amanat dari Allah swt.
Karena itu merupakan suatu kewajiban
bagi para murid-murid untuk mempelajari ilmu beladiri. Guna mempertahankan diri dari serangan lawan yang
datangnya tak terduga. “Serangan yang datang dari lawan diatasi sesingkat
mungkin, sehingga tidak sampai terjadi serangan yang cukup fatal yang
mengakibatkan luka parah dipihak lawan,”
ujarnya.
Sementara aspek
olah raga, dari ujung rambut sampai ke ujung kaki mengandung unsur kesehatan dan membentuk tubuh sebaik mungkin. Maka dari itu anggota Ikatan
Pencak Silat NU Pagar Nusa tampak sehat-sehat dan tubuhnya terlihat atletis
sekali.
Keempat adalah aspek tenaga dalam. Disini merupakan kesempurnaan dari seorang anggota
Pagar Nusa. Selain memperoleh pengajaran
jurus-jurus silat, juga diberi pelajaran
ilmu tenaga dalam. Sehingga kedua ilmu itu dimiliki oleh anggota dan
nantinya untuk melindungi diri sendiri,
keluarga, masyarakat.
Sembunyikan Ilmunya
Untuk meningkatkan ilmu tenaga dalam,
masing-masing melakukan sesuai dengan
kondisi pribadi. Pengisian tenaga dalam ada 1000 cara . Ada yang
diisikan langsung lewat Asmaul Husna, gemblengan, amalan-amalan
pendekatan diri pada Allah, wirit, puasa. Dan
juga lewat benda-benda seperti haikal, kayu, cincin , sorban, tasbeh.
“Kalau seorang
telah menguasai empat aspek tersebut.berarti
telah sempurna ilmu yang dimiliki. Biasanya mereka memiliki ciri-ciri
khas yang tidak dimiliki pendekar lain. Ilmunya disembunyikan yakni sepertinya
tidak bisa apa-apa,” ujar Suhar Billah
yang menambahi kalau bertarung
tidak mengeluarkan kekuatannya.
Tanpa menggunakan gerakan-gerakan tangan maupun kaki, cukup dengan sendekap
sambil melihat tingkah lawan yang mencoba melakukan penyerangan.
Sehingga muncul kasihan dan sayang pada lawan. Karena tahu persis bahayanya terhadap serangan yang dilakukan. Maka dari itu sangat hati-hati
sekali. Malahan cenderung menolong orang
yang sakit dari pada menyerang lawan.
Kalau misalnya ada atraksi yang memamerkan kekuatan,
seperti pada pembukaan Muktamar PKB ke I di Stadion Tambaksari belum lama ini,
itu sebenarnya untuk siar saja bukan
sombong-sombongan.
Untuk masuk di Pagar Nusa tidak terlalu formal dengan
memakai sabuk-sabuk segala. Karena sabuk itu sebenarnya rangsangan bagi para
siswa. Jadi kalau masuk awal boleh yang isian atau fisik. Jadi lihat
kebutuhan. (habis) husnu mufid
Langganan:
Postingan (Atom)