KH Abdullah Muhtar, Pengasuh
Pondok Pesantren An Nizdom Sukabumi Jabar
Berguru ke Ulama'Ulama' Sepuh
Jabar, Jateng dan Timur Tengah
Menyadari keberadaannya sebagai penyebar agama Islam
(da’i), banyak resiko yang dihadapi. Karenanya, selain menguasai ilmu agama
juga membekali diri dengan ilmu hikmah seperti yang dimiliki Walisanga. Itulah
figur KH Abdullah Muhtar, pengasuh Ponpes An Nizdom Sukabumi Jabar.
Sejak kecil, beliau merupakan
sosok yang gemar menuntut ilmu. Dimana
ada ulama sepuh dan berilmu agama
Islam tinggi didatangi untuk ditimba
ilmunya. Baik itu di wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah.
Kesukaan menuntut ilmu
agama inilah yang memacu dirinya
untuk belajar ilmu agama lebih luas.
Khususnya ilmu Fiqih, Balagoh, Tafsir
dan ilmu alat. Seperti Nahwu Sorof,
Jurmiah dan bahasa Arab sebagai penunjang untuk bisa membaca kitab-kitab kuning
atau klasik yang diajarkan di pesantren-pesantren salaf.
Tidak lupa pula mempelajari ilmu Hikmah yang
dimiliki Walisongo. Alasannya, seorang
penyebar agama itu harus memiliki ilmu alat dan hikmah sebagai pelengkap dalam
menjalankan dakwah. Meskipun banyak kyai-kyai yang hanya menyukai pelajaran
ilmu alata saja.
"Saya pelajari ilmu itu
sewaktu nyantri. Tapi tidak ada keinginan memperoleh jabatan sebagai kyai. Yang
penting tugas utama waktu itu belajar untuk hari depan sebagai penyebar agama
Islam. Ilmu itu saya dapa pada Ulama'-Ulama' sepuh,"ungkap KH Abullah Muhtar Pengasuh Pondok Pesantren An Nizdom Sukabumi Jabar.
Setamat belajar di berbagai pesantren di tanah air.
Lantas belajar ilmu agama ke Timur
Tengah muncul kembali. Maka berangkatlah ke Makkah menemui ulama' terkenal dan termashur.
Yaitu Habib Syeh bin Salim Al Alatas, ulama' dari Yaman
Selatan, Syaid Mohammad bin Alwi Al Maliki,
Syeh Ismail Al Yamani di Makkah.
Kemudian melanjutkan
pendidikan di Hadramaud berguru
kepada Sayid Salim As Syatiri, Sayid
Hasan bin Abdullah As Syatiri. Di kota inilah ilmu yang selama ini di dapat
diperdalam lebih dalam lagi. Hasilnya
cukup memuasakan. Dalam dirinya terasa ilmu yang didapat telah memadai.
Meskipun belum maksimal 100%.
Mendirikan Pesantren
Sepulang dari Timur Tengah
lantas, meneruskan perjuangan orang tua dengan mengajar di pesantren.
Kedatangannya memang ditunggu-tunggu. Karena
ilmu yang didapat dianggap layak untuk dimiliki santri-santri yang tidak mungkin datang ke
negeri Arab sendiri.
Dalam waktu sekian tahun,
santri-santri yang diajari ilmu agama dari Timur Tengah telah mampu menguasai ilmu yang diberikan.
Sekembalinya dikampung masing-masing santri
dapat mengamalkan. Diantara mereka ada yang merintis mendirikan
pesantren. Melanjutkan pesantren orang tuanya dan mengajar di masjid serta
surau.
Dalam perkembangannya,KH
Abdullah Muhtar pindah dari rumah orang tuanya mendirikan sebuah pesantren di
Jl Slabintana Sukabumi. Usahanya ini rupanya berhasil. Banyak orang tua dari berbagai kota dan desa
mempercayakan pendidikan putra-putrinya. Harapannya agar menjadi orang yang
berguna bagi bangsa dan agama.
Kepercayaan yang diberikan para orang tua itu benar-benar
di perhatikan. Maka santri-santri yang
belajar di pesantrennya diasuh dengan sebaik-baiknya Diberi pelajaran agama dan umum serta hikmah.
Karena jika kelak lulus dari pesantren diharapkan dapat hidup dimasyarakat.
Bahkan mampu menjadi pelopor amar ma'ruf nahi mungkar.
Cita-cita yang diinginkan
KH Abdullah Muhtar menjadi kenyataan.
Banyak mantan santri-santrinya mendirikan pesantren. Seperti di Aceh, Jawa
Barat dan Jawa Timur. Mereka menjadi
menyebarkan agama Islam yang handal di muka bumi. husnu mufi
0 komentar:
Posting Komentar
silahkan komentar melalui emai
sialahkan saja melakukan demonstrasi, akan tetapi gunakanlah dengan cara-cara damai dan jangan sampai memacetkan jalan raya yang merugikan masyarakat