Ngalab Berkah di Punden Doro Payung, Juwana Pati
Jateng
Pembantu Bupati Yang Dikutuk
Di Desa Doro Payung, Juwana, Pati Jawa Tengah,
terdapat punden yang dikenal merupakan tempat moksanya Mbah Sabarun (pembantu
bupati) ini dikeramatkan masayarakat
setempat, dan sering didatangi untuk ngalab berkah, khususnya pada
Jum’at Wage.
Dikutuk Bupati
Punden Doro Payung
bagi masyarakat setempat sudah bukan hal yang asing lagi. Lokasinya di
dalam bekas kadipaten Juwana Pati, yang kini kondisinya memprihatinkan. Gedung
bangunannya dibiarkan lapuk dengan sendirinya, padahal merupakan bangunan
bersejarah yang semestinya harus dilestarikan. Akibatnya, bagi mereka yang
masuk ke tempat tersebut, tak ubahnya seperti rumah hantu.
Di dalam punden tersebut, terdapat sejumlah pusaka yang tidak boleh dipegang. Juga
terdapat sumur yang airnya mampu menyembuhkan berbagai penyakit dan tempat tidur Mbah Sabarun yang usianya sudah ratusan tahun.
“Benda-benda itu sejak dulu disitu,”
ujar Legiwo penduduk setempat.
Punden itu
merupakan tempat moksanya Mbah Sabarun setelah mendapat kutukan dari
bupati Pati dua ratus tahun yang lalu.
Gara-gara dipanggil ke kadipaten tidak
datang. Dalam perkembangannya tempat tersebut
dijadikan lelaku oleh
orang-orang. Karena dianggap
memiliki ilmu tinggi dan di kramatkan.
Dari kekeramatan itulah, banyak masyarakat yang berkunjung baik siang maupun malam. Mereka berasal dari berbagai daerah. Ada yang
dari Jakarta, Bandung, Yogya, Semarang dan Surabaya. Mereka meyakini adanya kekuatan supranatural di
tempat moksanya Mbah Sabarun itu.
“Para pengunjung benar-benar melakukan lelaku jika
berada di lokasi Punden Doro Payung.
Tidak seperti ditempat-tempat lain. Sepertinya tidak serius. Malahan
kadang-kadang berbuat cabul,” ungkapnya Sukarno penjaga Punden Doro Payung
Juwana Pati Jawa Tengah.
Jum’at Wage
Berbagai macam tingkahnya baik itu perempuan atau laki-laki. Seperti tidur
di halaman tanpa naungan, dibawah pohon
Pulih yang usianya 400 tahun dan di tempat yang telah disediakan pengurus
punden. Sampai-sampai tidak
memperdulikan hawa dingin pada malam hari. Yang penting bagi mereka
cita-citanya dapat terkabul dengan cepat.
Namun ada yang membaca tahlil secara rombongan dan
meditasi sendiri-sendiri. Tanpa menghiraukan
orang yang ada disekitarnya. Maklum di antara mereka tidak banyak yang
saling mengenal. Kebanyakn berasal dari
luar kota.
Dengan lelaku semacam itu, mereka berharap dapat memperoleh berkah. Berupa sembuh dari
penyakit gila, panas dan usahanya maju pesat di saat Indonesia dilanda krisis. Sepertinya mereka
mengikuti nenek moyangnya dulu. Kalau mau
ngalab berkah datang ke Punden Doro Payung.
Kedatangan pengunjung Punden Doro Payung itu
tidak pernah surut dari dulu hingga sekarang. Masih ada saja orang yang datang. Pada hari biasa satu dua
orang. Pada hari-hari tertentu cukup banyak. “Yang ramai pada
Jum’at Wage,” ujar Sukarno penjaga Punden Doro Payung Juwana Pati
Jateng. .
Jika ada peziarah yang merasa berhasil melakukan
lelaku, cita-citanya terkabul lantas mengajak temannya yang lain dan membangun
punden yang kelihatannya rusak. Maka dari itu
keberadaannya lebih baik. Sangat bertolak belakang dengan bangunan disekitarnya kelihatannya angker dan tidak terurus lagi. husnu mufid
0 komentar:
Posting Komentar
silahkan komentar melalui emai
sialahkan saja melakukan demonstrasi, akan tetapi gunakanlah dengan cara-cara damai dan jangan sampai memacetkan jalan raya yang merugikan masyarakat