Menguak Berdirinya Ikatan Pencak Silat NU Pagar Nusa (1)
Lestarikan Peninggalan Walisanga
Pencak silat merupakan seni tradisional
yang sampai saat ini masih dilestarikan. Bahkan di kalangan Nahdlotul Ulama
khususnya pondok pesantren, seni beladiri tersebut diajarkan dan menjadi
kebanggakan, apalagi ilmu itu sebagai warisan dari walisanga. Agar tidak sirna
terutama di kalangan NU, maka tahun 1995 lalu yang bertempat di Pondok
Pesantren Tebuireng Jombang Jatim, dibentuk dan didirikanlah Ikatan Pencak
Silat NU yakni Pagar Nusa.
Pembentukan seni bela diri
Pagar Nusa lebih banyak dilatarbelakangi dari sebuah perhatian, sekaligus keprihatinan tentang surutnya dunia persilatan dipelataran Pondok Pesantren.
Padahal awalnya, pencak silat merupakan
kebanggaan yang menyatu dengan
kehidupan dan kegiatan pondok pesantren.
Tanda-tanda kesurutan itu antara lain; hilangnya ponpes sebagai
Padepokan Pencak Silat. Awalnya
ponpes bisa diibaratkan sebagai sentral kegiatan pencak silat. Kiai dan ulama pengasuh pondok pesantren
selalu melengkapi dirinya dengan ilmu
pencak silat. Khususnya aspek tenaga dalam
atau karomah, yang dipadu dengan beladiri. Pada saat itu, seorang
kiai sekaligus juga sebagai pendekar pencak silat.
Di sisi lain tumbuh menjamurnya
perguruan pencak silat dengan segala
keaneka ragaman, baik dilihat dari segi
agama, aqidah maupun kepercayaannya. Satu sama lain bersikap tertutup menganggap dirinya paling baik dan kuat. Kebanyakan bersifat lokal sehingga tumbuhnya menjamur dan berguguran setelahnya.
Ponpes Tebuireng
Keadaan yang demikian
mendorong para ulama
pimpinan pondok pesantren, pendekar
serta tokoh-tokoh pncak silat untuk
musyawarah khususnya mencari jalan keluar, yaitu membuat sesuatu wadah yang
khusus mengelola pencak silat NU.
Peristiwa itu terjadi 12 Muharrom 1406 H bertepatan 27 September 1985 M di
Ponpes Tebuireng Jombang Jawa Timur. Musyawarah tersebut dihadiri tokoh-tokoh pencak silat dari Jombang, Ponorogo, Pasuruan, Naganjuk
dan Kediri. Pada musyawarah tersebut disepakati antara lain membentuk Ikatan
Pencak Silat NU (IPS NU).
Pertemuan para pendekar silat dan pengasuh sebuah pesantren kedua
diadakan 3 Januari 1986 di Ponpes Lirboyo Kediri Jatim. Utusan dari PW NU Jatim yaitu K Bukhori Susanto
(Lumajang) dan H Suhar Billah SH,LLT dari Ponpes An-Najiyah Sidosermo Surabaya.
Dalam musyawarah tersebut
disepakati susunan pengurus harian Jatim merupakan embrio pengurus pusat
sbb: Ketua Umum: KH Agus Maksum
Djauhari, Sekretaris, Drs H Fuad Anwar, Ketua Harian, KH Drs Abdurrahman
Ustman, Ketua I, H Suhar Billah, Sekretaris Drs H Fuad Anwar, Sekretaris I, Drs
H Kuncoro, Sekretaris II Ashar Lamro.
Nama yang disepakati adalah
Ikatan Pencak Silat NU disingkat (IPS NU).
Pada waktu audensi dengan pengurus wilayah NU Jawa Timur diusulkan
nama oleh KH Anas Thohir selaku
pengurus wilayah Jatim adalah Ikatan
Pencak Silat NU Pagar Nusa yang
mempunyai kepanjangan Pagar NU dan
Bangsa. Nama tersebut diciptakan oleh KH
Mudjib Ridwan dari Surabaya
putra KH Ridlwan Abdullah
pencipta lambang NU. Simbul terdiri dari
segi lima warna dasar hijau
di dalamnya bola dunia. Didepannya pita bertuliskan logo. La Gholiba
Illa Billah. Tiada yang menang kecuali
mendapat pertolongan Allah. Dilengkapi
dengan bintang sembilan dan
trisula.
Dikalangan NU dikenal dengan
nama cabang sebagai simbul pencak silat. Lambang tersebut diusulkan oleh H
Suhar Billah. Disempurnakan dan dirubah menjadi segilima oleh peserta
musyawarah III di pondok
Pesantren Tebuireng Jombang.
KH Samsuri Badawi sebagai
sesepuh dan penasehat yang sempat hadir
dalam musyawarah tersebut menandaskan; Logo
yang berbunyi Laa Gholibi Illallah dipertahankan. Untuk membentuk
susunan pengurus tingkat nasional,
PBNU membuat surat pengantar kesediaan
ditunjuk menjadi pengurus. Surat
pengantar tersebut
ditandatangani oleh ketua umum
PBNU KH Abdurrahman Wahid dan Rais Aam KH Ahmad Shidiq.
Lembaga Pencak Silat NU
memenuhi tuntutan organisasi mengadakan
Munas I yang diadakan di
Ponpes Zainul Hasan Genggong
Kraksaan Probolinggo Jatim. Surat
kesediaan ditempati, ditanda tangani
oleh KH Saifurrizzal Penentuan tanggal pelaksanaan Munas I digelar 20-23 September 1991. Ternyata tanggal
tersebut adalah 100 hari wafat
beliau, sehingga waktu pembukaan diadakan tahlil dahulu.
Sesuai dengan hasil Muktamar NU di Cipasung, lembaga Pencak Silat NU Pagar Nusa berubah status
dari Lembaga menjadi Badan Otonom. Sehingga namanya menjadi; Ikatan Pencak
Silat NU Pagar Nusa. (bersambung) husnu mufid
0 komentar:
Posting Komentar
silahkan komentar melalui emai
sialahkan saja melakukan demonstrasi, akan tetapi gunakanlah dengan cara-cara damai dan jangan sampai memacetkan jalan raya yang merugikan masyarakat