KH Sholeh Taslim, Pengasuh Ponpes Miftahul Falakhis
Kendal Jateng
Miliki Ilmu Kebal Senjata Tajam
Dari penampilannya, kiai ini memang terkesan
biasa-biasa saja. Namun beliau dikenal memiliki ilmu kebal dan ikut berjuang
mengusir penjajah Belanda. Ilmu tersebut juga ditularkan kepada para
santri-santrinya dan para generasi muda. Siapakah sebenarnya beliau itu? Tidak
lain KH Sholeh Taslim, pengasuh Pondok Pesantren Miftahul Falakhis Kendal Jawa
Tengah.
Kentang dan Ketela
Berbagai pesantren telah beliau datangi untuk menimba
ilmu agama. Bukan bercita-cita menjadi kiai atau ulama, tapi sebagai pegangan
hidup. Meskipun dirinya bukanlah keturunan ulama besar atau ahli ilmu agama
Islam. Untuk mewujudkan cita-citanya itu, Sholeh Taslim pun pergi ke Pemalang, belajar di sebuah madrasah milik KH
Makmur.
Kepergiannya tidak membawa bekal makanan yang terlalu
banyak. Maklum waktu itu orang tuanya tidak mempunyai uang banyak. Lagi pula
jamannya sedang krisis akibat perang dunia ke II. Sesuai dengan zamannya,
dipesantren Sholeh Taslim tidak saja belajar ilmu Islam, tapi juga mempelajari
ilmu kedigdayaan seperti ilmu kebal. Ilmu tersebut di dapatkan dari gurunya
yang juga mantan bupati Pemalang.
“Memang waktu itu banyak pesantren yang mempelajari ilmu seperti itu,” ujarnya.
Ditengah-tengah belajar, Belanda datang kembali ingin
menguasai Indonesia lagi. Dalam usia yang relatif muda, beliau pun terpanggil
ikut mengamankan negara. Maka beliau
bergabung dengan Laskar Hisbullah bersama gurunya. Ilmu yang dipelajari itu
digunakan, untuk menjaga diri dari serangan musuh.
Usai membela tanah air dan Belanda kembali ke negerinya,
Sholeh Taslim pun melanjutkan ke Pesantren Pakuncen Tegal
selama 4 tahun. Ilmu yang dipelajari pun sama, cuma lebih luas dan
dalam. Sebagai pelengkap ilmu-ilmu yang dipelajari sebelumnya.
Setamat dari Pesantren Pakuncen, tahun 1951 pergi
ke Pesantren Lirboyo Kediri selama 9
tahun (1960). Di Pesantren yang didirikan Mbah KH Wahab Abdul Karim ini, seluruh kemampuannya
dikerahkan untuk belajar. Hasilnya ilmu agama yang dimiliki semakin dalam dan
berkembang. Keprihatinan pun menyertai tekatnya, bahkan setiap hari tidak makan
nasi seperti yang lain, tapi kentang dan ketela. “Memang saya waktu belajar di
pesantren sangat prihatin. Yang penting dapat belajar dengan baik, selain untuk
pengiritan,”ujarnya.
Diculik PKI
Sepulang dari Lirboyo tahun 1961, Sholeh Taslim pun
mengamalkan ilmu dengan mengajar mengaji dan tempatnya di dapur rumahnya,
santrinya pun sedikit. Karena kesabaran dan keikhlasannya menularkan ilmu,
santrinya pun berkembang.
Akhirnya, kebesaran pesantren yang dimiliki menjadi
incaran kader-kader PKI. Bahkan ada rencana menculik kiai Soleh Taslim ketika
pemberontakan G 30 S/PKI bakal meletus. Waktu itu dirinya menjadi Ketua Fron Nasional. Tapi upaya penculikan itu tidak jadi. “Entah karena apa saya tidak
tahu,” ungkapnya.
“Orang lantas menafsirkan kalau saya memiliki ilmu
kebal senjata tajam dan tembak. Apalagi setelah dimintai untuk mengamankan
Pondok Pesantren Lirboyo. Masyarakat tambah percaya,” ujarnya.
Kini setelah tidak ada perang dan pemberontakan PKI,
KH Sholeh Taslim aktif mengajarkan ilmunya. Bukan hanya ilmu alat saja yang
diberikan, tapi ilmu kebal diberikan pada santri-santrinya yang mau pulang
kampung untuk mendirikan pesantren dan hidup di masyarakat.
Ilmu tersebut juga diberikan kepada kader-kader NU
yang ikut mengamankan pemilu tahun 1999 tahun lalu. Tujuannya biar selamat
selama menjalankan tugas. “Bahkan saat pemilu lalu, saya juga banyak dimintai
untuk mengisi atau pagar,” akunya. husnu mufid
0 komentar:
Posting Komentar
silahkan komentar melalui emai
sialahkan saja melakukan demonstrasi, akan tetapi gunakanlah dengan cara-cara damai dan jangan sampai memacetkan jalan raya yang merugikan masyarakat