Pendowo Carito, Keris Rezeki dan Lelaku
KERIS Pendowo Carito
memang berbeda dibandingkan dengan jenis
keris yang beredar di masyarakat. Sebab, pusaka
yang satu ini mempunyai luk sebanyak lima. Pamor yang dimiliki, biasanya wos wutah
(beras tumpah). Yang berarti
sejadi-jadinya. Yakni
pembuatannya tidak perlu ditata
sebagaimana pembuatan keris lainnya.
Gagang (tangkai pegangan) dan warangka (sarung)-nya menggunakan kayu Tayuman. Kayu
ini biasa digunakan para raja Mataram
dan Madura sebagai tangkai pusaka.
Karena dianggap mempunyai yoni yang
cukup tinggi. Tidak mudah pecah ataupun keropos oleh pengaruh alam.
Racikan (bahan campuran)-nya jangkep (lengkap sekali).
Tidak boleh ganjil, mengingat empu yang membuatnya sudah menentukan demikian. Kalau sampai dilanggar , maka yang terjadi adalah sebuah malapetaka
terus-menerus yang menimpa pemilik pusaka itu. "Memang harus
jangkep,"ujar R Panji Suryomurti yang keturunan ke-9 Amangkurat I, Raja
Mataram. Melihat keampuhan keris ini
sedemikian dahsyat, para dalang yang
berasal dari tanah Jawa selalu berupaya untuk mendapatkan. Namun, tidak gampang untuk memilikinya. Halangannya
cukup berat. Berbagai ujian dan gangguan harus dilalui oleh calon pemilik. Tapi anehnya, jika sudah didapat, keberuntungan akan selalu menyertai. Mengingat Keris
Pendowo Carito bermakna kerezekian.
Untuk ‘Lelaku Utomo’
Selain untuk mendapatkan
rezeki, keris itu untuk lelaku utomo. Maksudnya digunakan
untuk kebajikan bagi pemiliknya. TIdak semata-mata mencelakai orang. Bahkan , kalau sengaja digunakan untuk kegiatan jelek, dipastikan tidak akan mempan. Memang, keris ini
sesuai dengan watak asli tokoh pewayangan Pendowo Limo (Lima
Bersaudara: Puntadewa, Bima, Arjuna, Nakula dan Sadewa).
"Karena itu
pada zaman Mataram Islam dahulu,
para dalang menggunakan
keris itu untuk lelaku utomo. Jika
hendak mendalang di berbagai kota di
sengkelitkan di belakang
punggung,"ujar R Panji
Suryomurti dirumahnya, di jalan Kali Waron I/11 Surabaya.
Menurutnya, kini keris
itu masih memiliki yoni. Tidak karatan dan memiliki
sebuah kewibawaan. Meskipun usianya cukup tua dari zaman Mataram sampai
Indonesia. Diperkirakan sudah ratusan
tahun.husnu mufid
0 komentar:
Posting Komentar
silahkan komentar melalui emai
sialahkan saja melakukan demonstrasi, akan tetapi gunakanlah dengan cara-cara damai dan jangan sampai memacetkan jalan raya yang merugikan masyarakat