Ajaran Wahidiyah dari Syekh
Al Mukarrom Romo KH Abdul Madjid Ma’ruf (4)
Harus Sadar Ma’rifat pada
Allah wa Rosul
DALAM perjalanan manusia menuju wushul –sadar ma’rifat
kepada Allah wa Rosuulihi SAW. Jika
tidak ada yang membimbing pada
umumnya akan mengalami kebingungan dan tersesat jalannya oleh berbagai gangguan dari iblis yang sangat
halus. Dengan demikian, yang bersangkutan tidak akan merasa. Ibaratnya orang akan
menghadap raja atau presiden harus berhubungan
dan melalui orang-orang yang
bertugas mengatur masalah tersebut.
Tanpa melalui pejabat kerajaan atau kepresidenan yang
berkompeten, sulit sekali untuk
menghadap kepadanya. Bahkan, tidak
mungkin bisa berhasil menghadap,
sekalipun yang bersangkutan berasal dari kalangan atas. Atau
sudah mempelajari dan mengerti
cara-cara atau jalannya menghadap.
Begitu juga soal kesadaran, wushul ma’rifat kepada Allah wa Rosuulihi
SAW, harus melalui pembimbing yang berkompeten mengantarkan wushul. Tidak cukup
dengan mempelajari teori secara ilmiah saja.
“Kita dalam Wahidiyah berkeyakinan seperti keyakinan di dunia
tasawuf. Bahwa Ghoutsu Hadzaz Zaman
Rodliyallohu ‘anh. Adalah Priagung yang berkompeten pada zaman sekarang
mengantarkan dan membimbing masyarakat sadar kepada Allah wa Rosuulihi
SAW,”ungkap Romo KH Abdul Latif Madjid.
“Maka dari itu kita para
pengamal Wahidiyah dan
masyarakat, Saalikin pada umumnya perlu
dan harus mengadakan hubungan dengan Ghoutsu Hadzaz Zaman RA itu adalah
menerapkan di dalam hati “LILGHOUTS
BILGHOUTS”,”tambah Pemimpin Yayasan Perjuangan
Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo Kodya Kediri ini.
LILGHOUTS
Cara penerapannya
sama dengan penerapan LILLAH dan LIRROSUL. Yaitu disamping niat ikhlas
ibadah kepada Allah dan niat mengikuti tuntunan Rosuululloh SAW, agar ditambah
lagi niat mengikuti bimbingan Ghoutsu Haszaz Zaman RA LILGHOUTS.
Ini penerapan niat di dalam
hati. Jadi tidak berubah
ketentuan-ketentuan lain di bidang
syariat. Dan, juga terbatas
kepada soal-soal yang diridloi Allah wa
Rosuulihi SAW. Hal-hal yang
terlarang seperti maksiat misalnya, sama
sekali tidak boleh disertai niat LILGHOUTS!. Firman Allah, (31
Luqman-15).
“Kita yakin bahkan “ASHDAQU
MAN ANAABA” pada zaman sekarang ini adalah GHOUTSU Hadzaz Zaman RA. Beliau
adalah seorang yang “AALIMUN BILLAHI
WABI AHKAAMIHI” orang yang Arif Billah
dan menguasai hukum-hukum Allah. beliau
adalah seorang Mursyid yang Kaamil
Mukaamil,”katanya.
BILGHOUTS
Penerapannya juga sama dengan BIRROSUL. Sadar dan merasa bahwa kita
senantiasa mendapatkan bimbingan
rohani dari Goutsu Hadzaz Zaman RA.
Sesungguhnyalah bimbingan rohani itu
selalu memancar kepada seluruh umat dan masyarakat. Baik tidak disadari oleh
masyarakat , lebih-lebih jika disadarinya.
Sebab, pancaran
bimbingan Ghoutsu Hadzaz Zaman RA yang
menuntun “inaabah”. Kembali kepada Allah atau pancaran FAFIRRUU ILALLOH WA
ROSUULIHI SAW, itu memancarkan secara
otomatis sebagai butir-butir mutiara yang
keluar dari lubuk hati
seorang. Yang takholuq bi akhlaaqi
Rosuullillahi shollallohu ‘alaihi wassalam
yang “rohmatan lil alamin” itu.
Penerapan LILGHOUTS
BILGHOUTS boleh dikatakan termasuk menyempurnakan syukur kepada allah SWT. Artinya disamping
bersyukur kepada Allah atas pelimpahan segala taufik, hidayah dan segala
nikmat. “Kita harus bersyukur atau
sekurang-kurangnya mengerti kepada siapa saja yang menjadi sebab datangnya
nikmat itu. Kalau tidak demikian ,
yakni hanya syukur kepada Allah saja dan
tidak mau tahu kepada orang menjadi sebabnya nikmat diberikan Allah SAW,”ujar
Kiai yang penuh semangat.
Maka, syukur yang demikian
itu sesuai sabda Rosuululloh SAW,
masih belum bisa dikatakan syukur yang bersungguh-sungguhnya syukur.
Sebagaimana yang diriwayatkan Tirmidzi
dari Abu Huroiroh, “barang siapa tidak syukur kepada manusia, dia tidak bersyukur kepada Allah”.
Yang dimaksud “manusia” dalam
Hadist itu adalah orang yang menjadi perantara memperoleh nikmat. “Kita yakin bahwa beliau Ghoutsu Hadzaz Zaman RA.
Merupakan Wasilah (perantara), dan
Rosuululloh SAW adalah “Wasilatul” “Udma”(Perantara agung) dari segala nikmat
yang kita terima dari Allah SWT. Dan
perantara kita di dalam berjalan menuju
wushul –sadar kepadanya,”tambahnya.(bersambung) husnu mufid
0 komentar:
Posting Komentar
silahkan komentar melalui emai
sialahkan saja melakukan demonstrasi, akan tetapi gunakanlah dengan cara-cara damai dan jangan sampai memacetkan jalan raya yang merugikan masyarakat