KH Abdul Manan, Pengasuh
Pondok Pesantren Miftahul Ulum Sulawesi Selatan
Tebar Ilmu Mahabbah,
Taklukkan Hati Masyarakat
Untuk hindup berdampingan
dengan suku lain di luar pulau Jawa jaman sekarang bukanlah hal yang mudah.
Karena banyaknya ancaman dari penduduk setempat. Bahkan pengusiran yang
didapat. Seperti yang dialami kyai-kyai di Sambas Kalimantan. Sehingga terpaksa
mengungsi ke tempat lain. Tapi lain dengan KH Abdul Manan, keberadaannya di
Sulawesi Selatan mendapat sambutan yang bagus dari masyarakat setempat. Malahan
dibantu dalam mendirikan pondok pesantren. Masyarakat hatinya takluk kepadanya.
Hal tersebut tidak lain karena menebarkan
Ilmu Mahabbah terlebih dahulu. Berikut ini ceritanya.
Pelajari Ilmu Mahabbah
KH Abdul Manan lahir di
Blitar 5-6-1952, ketika masih
kanak-kanak bercita-cita menjadi penyebar agama Islam di
luar pulau Jawa. Untuk
mewujudkan impiannya itu, maka pergi ke berbagai pesantren yang diyakini dapat menjadikan dirinya seorang kyai yang
tangguh. Tahan gertakan dan ancaman siapapun.
Kyai yang didatangi adalah,
KH Ihsan di kampungnya, KH Khobir dan KH
Lukman di Mangunsari Tulungagung. Pada
kyai-kyai tersebut, KH Abdul Manan tidak menyianyiakan waktunya untuk menimba ilmu. Bidang yang digeluti berbagai ilmu agama.
Tapi menghususkan diri pada Ilmu Qori’ah
dan Ilmu Mahabbah.
Untuk mempelajari dua ilmu
tersebut, harus melakukan tirakat. Tidak makan makanan tertentu yang mengandung
lemak, panas dan dingin. Menahan rasa lapar serta menjauhkan diri dari tindakan
maksiat. Juga melakukan sholat malam dan membaca do’a-do’a makbul penebar kasih
sayang. Hal ini dilakukan selama bertahun-tahun.
Ditengah-tengah giat-giatnya
belajar di pesantren, pemerintah
mengeluarkan program transmigrasi ke
Sulawesi Selatan. Maka timbul
niatan untuk ikut dalam program tersebut. Dasarnya, ilmu yang telah dimiliki
sudah layak diamalkan di luar pulau Jawa. Khususnya kaum transmigran.
“Keinginan saya waktu itu
cukup kuat. Paling tidak nantinya dapat ikut melakukan pembinaan kepada
transmigran. Jangan sampai kena arus yang tidak baik. Hanya Allah swt saja
sebagai andalannya,”ujar KH Abdul Manan.
Ketika sampai di daerah
Sulawesi Utara, KH Abdul Manan bergiat melakukan dakwah. Diawali dengan
membangun pesantren. Mulanya bangunan yang didirikan cukup sederhana dengan
santri yang jumlahnya bisa dihitung dengan jari. Akan tetapi lama-kelamaan
jumlahnya cukup banyak.
Tebarkan Ilmu Mahabbah
Untuk menjalankan tugasnya
sebagai kyai yang sukses di pulau Suku Bugis bukan hanya mengandalkan ilmu akal saja. Tapi Ilmu Mahabbah (batin) pun digunakan. Dengan
harapan tidak sampai terjadi apa-apa.
Mengingat tantangan berda’wa di luar kampung halaman tantangannya cukup berat.
“Saya tebarkan Ilmu Mahabbah
di daerah transmigran. Alhamdulillah saya mendapat sambutan yang luar biasa
dari masyarakat setempat. Mereka menganggap satu saudara seiman dan
sebangsa Indonesia,”ujar KH Abdul Manan
Pengasuh Pondok Pesantren Miftahul Ulum
desa Argo Mulyo Kec Kalanakiri Mangku Tanah Luwuk Utara Sulawesi
Selatan.
Ilmu Mahabbah yang dimiliki
itu rupanya makbul dan mustajab. Sehingga
keberadaannya di tengah Suku Bugis dapat diterima dan tidak mendapat
tantangan keras yang berujung pada pengusiran.
Seperti yang dialami kyai asal Madura di Sambas Kalimanta.
“Dengan berhasilnya bergaul bersama orang-orang Bugis dan Lombok
di Sulawesi Selatan. Membuat bupati simpatik. Kemudian memberi bantuan
kebun. Memang Ilmu mahabbah yang dikasih
guru dulu, benar-benar berkhasiat,”ujar
KH Abdul Manan meyakinkan.
Adapun bacaan Imu Mahabbah
sebagai berikut: Robbana Innaka Jami’unnasi Liyaumil Laroibafil. Innaka
Latuhliful Miaad.
Artinya, Ya, Tuhan kami
engkaulah yang maha mengumpulan manusia
pada hari-hari yang tidak diragukan. Dan
sesunggunya engkau tidak mengingkari
janji.
Kini iimu yang dimiliki i
diamalkan kepada santri-santri dan pemuda-pemuda setempat. Tujuannya biar
timbul rasa kasih sayang sesama bangsa Indonesia. Jauh dari rasa permusuhan.
Persatuan dan kesatuan antar sesama manusia tetap dijaga. “Jangan sampai
seperti yang dialami kyai asal Madura di
Sambas. Mereka bersama santrinya diusir ke luar daerah. Kini terpaksa tinggal
dipengungsian,”ujarnya. husnu mufid
0 komentar:
Posting Komentar
silahkan komentar melalui emai
sialahkan saja melakukan demonstrasi, akan tetapi gunakanlah dengan cara-cara damai dan jangan sampai memacetkan jalan raya yang merugikan masyarakat