PINDAHKAN IBUKOTA KE TULUNGAGUNG
Sejak kecil saya oleh Kakekku R.
MARDIROSO (Ayah dari Ibuku) seorang Wedono Kalangbret Kabupaten Tulungagung
periode tahun 1962-1972 saya “digadang” jadi
Pemimpin Besar di Bumi Nusantara ini. Pemimpin Besar tidak harus jadi Presiden
Republik Indonesia kecuali memang di kehendaki oleh SRI (Seluruh Rakyat
Indonesia). Saya lahir dari rahim Ibuku Rr. SRI SUNDARI hari Rabu Pon tanggal
27 Desember 1967 dan diberi nama RADEN HARI SUNARYANTO. Waktu Ibuku mengandung
aku 7 bulan “ngidam” brengkes pindang dengan blimbing wuluh, Ibuku meraih
blimbing wuluh tersebut diatas “jumbleng” atau WC dirumah mertua di Desa
Tamanan Tulungagung. Rupanya malang bagi Ibuku karena WC yang buat ancik-ancik
ambles sehingga Ibuku “gluprut tai”. Untunglah sewaktu Ibuku “bengok-bengok”
minta tolong di dengar oleh tukang becak yang kebetulan lewat. Alhamdulilah
Ibuku dan saya yang masih dalam kandungan selamat berkat pertolongan tukang
becak tersebut. Maka jangan heran jika saya sampai sekarang begitu dekat dengan
para tukang becak karena sejarah hidupku
tersebut. Ini sesuai ajaran Bung Karno JASMERAH- Jangan sekali-kali
meninggalkan sejarah. Mungkin karena Ibuku pernah “gluprut tai” tersebut maka
kulitku paling kuning bersih dibanding adik-adikku he..he……Karena sejarah tersebut saya dapat
julukan dari keluarga Bapakku yaitu Tai Bing maksudnya gluprut tai gara-gara
blimbing wuluh. Biar keren jika saya suatu saat jadi Raja aku tambahi nama
julukan tersebut menjadi KING THAI BING. Kayak nama China ya? Ha ha ha. Bapakku
bernama R. SETIAWAN PALLAL YITNOSUTOMO. Semenjak saya masih bayi kata Ibuku
jika ada suara gending Jawa, saya pasti “njoged” sambil “manthuk-manthuk” dan
“gela-gelo”. Betapa lucu dan menggemaskan bayi saya, sehingga ada teman Bapakku
yang memohon agar saya dijadikan anak angkatnya karena teman Bapakku tersebut
belum punya anak. Apalagi jika saya di kidungkan lagu Walang Kekeknya Ibu
Waldjinah pasti saya “ pokoke njoged” he he……Rupanya darah seniman dari Kakekku
R. PALLAL YITNOSUTOMO (Ayah dari Bapakku) banyak yang “menitis” padaku. Waktu
itu Mbah PALLAL jadi Kepala Sekolah Dasar di wilayah Kabupaten Tulungagung.
Mbah PALLAL punya seperangkat gamelan komplit laras pelog dan laras slendro.
Bapakku adalah anak ke-4 dari 13 bersaudara yang kesemuanya pinter kerawitan
dan menari. BANYAK ANAK BANYAK REJEKI rupanya pas diterapkan oleh Mbah PALLAL. Hampir
semua saudara Bapakku jadi GURU termasuk Bapakkku juga, walau ada juga yang
jadi Perwira di Angkatan Laut dan ada juga yang jadi Direksi Pabrik Gula seluruh
Jawa Timur. Sedangkan darah kepemimpinan “menitis” dari Kakekku R. MARDIROSO
yang seorang WEDONO KALANGBRET.
Meningkat usia SD saya sudah memikirkan
ekonomi orangtua saya. Kenapa Bapakku setelah menikahi Ibuku dan sudah punya
anak saya dan ketiga adikku masih ikut PMI alias Pondok Mertua Indah? He
he…Yeah mungkin gaji guru pada saat itu memang tidak layak untuk beli rumah
sendiri karena memang gaji guru kayak “kere” kata IWAN FALS. Padahal saat itu
Ibuku juga sudah jadi GURU SD. Mungkin karena belum saatnya untuk berpikir
konsumsi orang dewasa tersebut, saya jatuh sakit. Waktu itu tahun 1981 saya
masih klas 1 SMP Negeri KALANGBRET. Ternyata sakitku bukan sakit sembarangan.
Ada sekitar 7 arwah leluhur yang merasuki tubuh saya. Bahkan saya mengalami “mati
suri” beberapa hari dan dijumpai para leluhur saya. Mereka kalau bicara pakai
bahasa batin. Tak terasa sakitku hingga 40 hari lamanya. Proses penyembuhan
saya melibatkan para Kyai, Pastur, Pendeta, Dukun Prewangan/Paranormal, Ahli
Nujum, Dokter dan Psikiater. Cara mereka menyembuhkan saya, masih saya ingat
dengan jelas dan gamblang. Sejarah spiritual saya inilah yang menyebabkan saya
terjun di PENYEMBUHAN ALTERNATIF. Setelah saya sembuh saya dapat 3 pantangan
dari seorang Mbah Kyai dari Nganjuk. 3 pantangan tersebut : 1. OJO MISUH (tidak
boleh berkata-kata kotor atau yang tidak berguna). 2. OJO NGEKUM KLAMBI (jangan
menunda waktu). 3. OJO MANGAN ATI (jangan menyakiti hati). Dari ojo mangan ati
inilah yang memunculkan semboyan saya sejak tahun 1981 sebagai “Penyambung
Hatinurani Rakyat Indonesia” dan jika diakronimkan pas dengan nama panggilanku
yang merakyat “Bung Hari”. Cuman kadang ada yang salah kaprah dikira saya
seorang aktivis dari Partai Hanura…ha ha….
Adalagi
kata Mbah Kyai Kamulan yang ahli nujum, katanya saya dapat “PULUNG”.
Setelah lulus dari SMP Negeri Kalangbret
tahun 1984 saya melanjutkan ke SMA WIDYA MURTI Tulungagung. Sewaktu saya klas 1
SMA masih kuingat betul saya ditegur Guru Biologi kerena pas pelajaran tersebut
saya malah asyik baca bukunya Mas Guntur Sukarno Putra kalau gak salah berjudul
Bapakku, Guruku dan Sahabatku. Sejak SMA itu muncul darah NASIONALISMEKU yang terinspirasi dari Ajaran Bung Karno.
Hingga tahun 1989 saya diterima di Fakultas Sastra Universitas Udayana Bali.
Saya semakin “gandrung” dengan Ajaran Bung Karno terutama penggalian beliau
tentang PANCASILA. Selama kuliah di Universitas Muhammadiyah Malang tahun 1988
saya menganggap bahwa ajaran agama saya yang paling benar dan lainnya kafir.
Dan sewaktu kuliah dan hidup di Bali tersebut saya mendapatkan pencerahan
tentang pluralisme dan hal ini pas banget dengan semboyan negara kita BHINNEKA
TUNGGAL IKA. Dan ini cocok dengan konsep pantangan saya OJO MANGAN ATI.
Karena di Bali biaya hidup mahal maka
tahun 1990 saya ikut test lagi dan diterima di Fakultas Pertanian Universitas
Brawijaya Malang. Di Unibraw inilah segala Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) saya
ikuti. Mulai dari Paduan Suara, PERS Kampus, Forum Studi Mahasiswa Pengembang
Penalaran (FORDI MAPELAR), Pencak Silat Setia Hati, Kerawitan dan Aktivis
Masjid Raden Patah. Tahun 1990 ada 7 mahasiswa Fakultas Teknik Unibraw
menggagas ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia) seangkan saya sendirian
dari Fakultas Pertanian Unibraw pas tanggal 27 Desember 1990 mendirikan SPI
(Sahabat Pena Indonesia) yang hari lahirnya sudah kami proklamirkan menjadi
Hari Kasih Sayang Nasional (HAKASANA). Yang barusan Hakasana kami laksanakan di
Amphiteater Perpustakaan Nasional Bung Karno Blitar tanggal 27 Desember 2013
yang didukung dan di ikuti semua elemen bangsa. Dengan agenda Ziarah Bung
Karno, GELAR SEMARAK-Pagelaran Senibudaya & Makanan Rakyat, Tobat Nasional
dan PROSPEK-Program Studi Peduli Kemanusiaan. Tema HAKASANA 2013 “Dengan Spirit
Perasaan Kasih Sayang Jadikan Indonesia Raya Mercusuar Dunia”.
Di Kampus Universitas Brawijaya Malang
segala pemikiran dan gagasan saya untuk Kejayaan Nusantara sebagai Mercusuar
Dunia lahir. Antara lain untuk kesejahteraan perekonomian rakyat saya
melahirkan BIMASENA-Bimbingan Masyarakat Ekonomi Nasional. Untuk menyatukan
artis yang sempat menjadi 2 yaitu PARFI dan GAN, saya menggagas menyatukan
mereka dengan wadah baru HARI-Himpunan Artis Republik Indonesia. Untuk pelestarian
dan pengembangan ajaran Leluhur Nusantara
serta Penyembuhan Alternatif saya melahirkan PAKU-Padepokan Agung Kyai
Upas dengan semboyan “Hangudi Ayuning Rakyat Indonesia”. Untuk memintarkan
rakyat saya melahirkan gagasan Taman Bacaan Rakyat “ORDE PERKASA”. Untuk
mewadahi anak jalanan agar punya kreativitas yang positip saya mendirikan
KAJI-Komunitas Anak Jalanan Indonesia. Agar saudara-saudari kita mantan TKI/TKW
mau membangun tanah air Indonesia saya wadahi di FMTSI-Forum Mantan TKI/TKW
Seluruh Indonesia. Saya wadahi pula yang gandrung dan mau mengamalkan Ajaran
Bung Karno di FKBMT-Forum Keluarga Besar Marhaenis Tulungagung. Untuk
mengoptimalkan swadaya pertanian saya melahirkan Himpunan Agrobisnis Rakyat
Indonesia. Dan untuk mereka anak-anak Indigo atau Genius saya wadahi di
KAKI-Komunitas Anak Kristal Indonesia. Semua sayap tersebut di atas kami
satukan dalam LSM SAHABAT PENA
INDONESIA dengan Akta Pendirian
No.335 Tanggal 23 Oktober 2012 Notaris
PANHIS YODY WIRAWAN, SH.,M.Kn No. Reg.
157/UM/BH/PN.Ta. NPWP.
24.240.014.1629.000.
Sampai akhirnya dalam perjalanan
spiritual saya dan belajar perjalanan sejarah bangsa saya mendapatkan WANGSIT jika Indonesia mau jadi bangsa yang besar dan
jaya maka Ibukota harus segera dipindah ke wilayah Jawa Timur dan dekat dengan
kekuasaan Kerajaan Majapahit. Awalnya saya ada beberapa pilihan. Antara lain
Surabaya, Malang, Mojokerto, Jombang, Kediri, Blitar dan Tulungagung. Dalam
perjalanan spiritual dan ritual saya punya keyakinan bahwa Ibukota selayaknya
dipindah segera ke TULUNGAGUNG. Memang
semua itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Semua perlu proses dan dana
yang tidak sedikit. Tapi dengan niat yang kuat dan tulus dan dengan GOTONG
ROYONG dari SRI-Seluruh Rakyat Indonesia PASTI BISA.!
Tulungagung dalam Sejarah Nasional baik
sebelum dan pada masa Tumapel (Singosari) dan Majapahit sangat berperan sekali
yang selama ini belum di ketahui masyarakat. Padahal sejak Tahun 905 Masehi
daerah Tulungagung sudah di kenal. Kala itu, Dyah Balitung seorang Raja dari
Madeng Mataram di pukul mundur saat menyerbu Kerajaan Kanjuruhan. Dyah Balitung
hingga singgah sampai di lereng Gunung Wilis, persisnya di daerah Penampihan
atau sekarang masuk wilayah Kecamatan Sendang Kabupaten Tulungagung. Belum lagi
bagaimana kisah Ratu Dyah Tulodong yang ditenggelamkan kebesaran Raja
Airlangga. Padahal Ratu yang digambarkan raksasa (?) dan memiliki prajurit
wanita pernah memukul mundur Raja Airlangga. Penggalian Sejarah ini bisa lewat
prasasti yang masih ada. Misalnya Prasasti Terep, Prasasti Pucangan, Prasasti
Mula Malurung serta beberapa literature buku terkait Sejarah.
Dari prasasti tersebut terungkap bahwa
banyak tokoh besar yang Berjaya tak bisa dilepaskan dari Tulungagung. Misalnya
Tunggul Ametung, Ken Arok, Gajah Mada, Dyah Gayatri bahkan juga Bung Karno.
Dyah Gayatri sekarang sudah diabadikan oleh Pemkab Tulungagung menjadi TERMINAL
GAYATRI. Begitu pula dengan KALANGBRET, BOYOLANGU serta peninggalan beberapa
Candi hingga Goa. Bahkan sebagian besar Raja dulu ketika mengalami kekalahan
pertempuran dan singgah di TULUNGAGUNG mendapatkan pertolongan agung atau
bantuan besar kembali BERJAYA. Silakan baca selengkapnya Buku Sejarah
Tulungagung karya Sdr SIWI SANG.
Di daerah NGUNUT segala macam teknologi
sudah dikembangkan. Sayang sekali karena hanya memenuhi selera pasar produk
mereka banyak di labeli dengan merk asing. Saya yakin jika Bupati Tulungagung
sekarang berjiwa Revolusioner seperti Bung Karno dan lebih Cinta Buatan
Indonesia, di daerah Ngunut yang sudah kondang dengan julukan sebagai JEPANG 2
pasti bisa buat sendiri HP, Komputer, Sepeda Motor Nasional bahkan Pesawat
Terbang sendiri.
Dari uraian dan gagasan saya tersebut di
atas maka sudah selayaknnya TULUNGAGUNG menjadi IBUKOTA yang baru REPUBLIK
INDONESIA. Sekian. Terimakasih. Merdeka.!
Blitar, Kamis Pahing 23
Januari 2014
RADEN HARI SUNARYANTO
“Penyambung Hatinurani
Rakyat Indonesia”
Jalan Raya Bung Hari
No.11 Talun
BLITAR 66183 JAWA TIMUR
HP. 0852 3569 2727 E-mail : bungharispi@yahoo.co.id
BANK BRI No. Rek. 0110-01-012950-53-1
a/n. RADEN HARI
SUNARYANTO
0 komentar:
Posting Komentar
silahkan komentar melalui emai
sialahkan saja melakukan demonstrasi, akan tetapi gunakanlah dengan cara-cara damai dan jangan sampai memacetkan jalan raya yang merugikan masyarakat