Keangkeran Majid Roudotul
Kholidiah di Kutoarjo Jawa Tengah
Penunggang Kuda Harus Turun
Bila Berada di Depan Masjid
Masjid yang berada di
lingkungan Pondok Pesantren Roudotul Kholidiyah ini dulunya dianggap angker.
Merupakan cikal bakal masjid yang
pertama di Kutoarjo. Penduduk tidak ada yang berani mendekat. Orang-orang
penunggang Kuda, bila mendekati masjid. Pasti turun terlebih dahulu. Kalau
nekat biasanya jatuh. Makanya para
bangsawan dan Belanda turun dari kudanya jika mendekati masjid. Selain itu
menjadi tempat pengungsian penduduk ketika terjadi banjir.
Disebut Masjid Tiban
Masjid Roudotul Kholidiyah di desa Sanepo Blimbingan ini merupakan
masjid yang pertama kali ada di Kutoarjo Purworejo Jawa Tengah. Usianya lebih
tua dari Masjid Al Izhaar yang berada di
alun-alun itu. Padahal dibangun tahun 1874 pada masa penjajahan Belanda.
Keberadaan masjid tersebut
sangat misterius. Karena tidak diketahui kapan didirikan dan
siapa pembuatnya. Tahu-tahu muncul ditengah-tengah rerimbunan pohon besar
yang usianya ratusan tahun. Warga
sekitar menyebutnya sebagai masjid
tiban.
Masyarakat mengira
rumah besar yang terbuat dari kayu jati itu sebagai rumah para Jin jahat. Maka dari itu tidak ada yang berani mendekat.
Kecuali KH Abdullah Faqih, Ulama’ yang terkenal akan ilmu kesaktiannya berani
mendekat. Malahan dijadikan sebagai
tempat tinggal dan sholat berjamaah bersama santri-santrinya.
Dipercaya Angker
Ketakutan warga sekitar
memang cukup beralasan. Karena masjid dan sekitarnya dianggap angker. Tidak boleh dibuat
sembarangan baik berjudi, minum-minuman keras. Bahkan untuk tiduran, sekedar mepelas lelah setelah
bekerja seharian.
“Bisa-bisa badan berada di
kuburan yang terletak di belakang masjid atau di tengah halaman. Hal ini pernah
dialami oleh sejumlah orang yang kebetulan tertidur,”ujar KH Ridwan Ulama’ Kutoarjo Jateng.
Selain itu di lingkungan
masjid tersebut sepertinya ada kekuatan gaib yang menyelimuti. Orang yang
mengendarai Kuda, jika lewat di depan Masjid Roudotul Kholidiyah harus turun.
Kemudian menuntun kudanya dengan jalan pelan-pelan.
Tidak peduli itu kaum bangsawan maupun Belanda dan Cina yang kaya raya. Kalau sampai nekat menaiki Kudanya dengan kecepatan tinggi bisa
dipastikan akan jatuh dari atas
Kuda. “Ceritanya orang tua-tua itu dulu
begitu. Makanya para penunggang Kuda pasti turun,”ujarnya.
Tapi setelah KH Abdullah Faqih menempati masjid tersebut. Sedikit-demi sedikit
melakukan pengusiran terhadap mahluq halus itu. Dengan jalan melakukan
Mujahadah selama satu tahun. Akhirnya Jin jahatnya sudah pergi dan hanya Jin
Islam saja yang masih tinggal. Tapi tidak mengganggu.
Selanjutnya masjid tersebut
digunakan untuk kegiatan mengaji dan
kumpulan Torekoh Naksabandiyah. “Bahkan saat Kutoarjo kebanjiran tahun 1921
banyak penduduk yang mengungsi ke masjid ini. Tujuannya mencari keselamatan,”ujarnya.
Kini posisinya terletak di
lingkungan pesantren yang diasuh anak cucunya. Dan bentuk bangunannya hampir
semua tembok. Yang berujud kayu jati tinggal tiang penyanggah kubah yang masih
asli.
Sehari-harinya banyak warga
luar kota yang datang untuk belajar ilmu agama. Baik tua maupun muda. Mereka
belajar dengan tenang. “Santri-santri tidak merasa takut. Karena sudah tidak
angker lagi,”ungkapnya. husnu mufid
0 komentar:
Posting Komentar
silahkan komentar melalui emai
sialahkan saja melakukan demonstrasi, akan tetapi gunakanlah dengan cara-cara damai dan jangan sampai memacetkan jalan raya yang merugikan masyarakat