Tengku Syeh H Abu Bakar Sabil, Pengasuh Pondok Pesantren
Ahlussunah Waljama’ah Aceh Barat
Taklukkan Isi Lautan dengan Hizib
Dalam usianya yang sudah mendekati 80 tahun ini,
ternyata tidak membuat turun semangatnya menyerukan amar ma’ruf nahi mungkar.
Beliau memang tidak memiliki ilmu kedigdayaan, namun mengamalkan hizib bahar
dan hizib nasar yang ternyata
kekuatannya begitu dahsyat. Selain dilindungi malaikat, juga bisa dipakai
menundukkan isi air laut. Kini, apa yang dimiliki itu diwariskan pada para
santrinya. Itulah sosok Tengku Syeh Abu Bakar Sabil, pengasuh Ponpes
Ahlussunnah Waljama’ah Babussalam Ujung Baruh Johar Pahlawan Melabuh Aceh
Barat.
Dari silsilah keluarga, Tengku Syeh H Abu Bakar Sabil yang lahir 10 Oktober 1928 tidak ada
darah kiai. Baik dari ayah maupun sang ibu. Namun semua tidak jadi soal, karena
bukan itu yang menjadi ukurannya. Yang terpenting menjadi seorang kiai atau
panutan umat adalah mereka yang tinggi ilmu agamanya, ahlaq yang mulia serta
punya tekad yang kuat menyebarkan agama di muka bumi Allah swt.
Berangkat dari situlah, untuk mewujudkan cita-citanya
itu ia akhirnya menimba ilmu agama pada Haji Muhammad, seorang wali ulama’
besar di Darussalam Labuhan Aceh. Di sini ia ngengsukaweruh
selama 10 tahun. Ilmu yang dipelajari sebagaimana umumnya santri-santri seperti
Ilmu Tasawuf, Fikih, Tafsir, Al Qur’an
dan ilmu alatnya yang lain. Semua itu merupakan ilmu syariat yang perlu
dipelajari dan tertanam dalam diri, baru kemudian melangkah ke ilmu hikmah.
Setelah dinyatakan lulus, ia kemudian mengajar di Pesantren Nur Darussalam selama 13 tahun. Meski sudah banyak ilmu
yang dimiliki, namun sudah menjadi sifat manusia yang selalu kurang. Maka ia
pun pindah ke Ponpes Darul Muhtar. Ilmu
yang dipelajari adalah syariat, hakekat dan ma’rifat. Ilmu inilah merupakan
pelengkap dari ilmu-ilmu yang selama ini dimiliki.
Amalkan Hizib
Dari ilmu-ilmu itulah dirinya mengetahui
kehebatan Hizbul Bahar, Hizbul Nasar dan Asmaul Husna (nama-nama Allah) kalau dibaca.
Karenanya, selama di pesantren secara
diam-diam ia mengamalkannya agar tidak
diketahui teman-temannya. Mengingat ilmu
tersebut tidak untuk gagah-gagahan dan
dipamer-pamerkan. Ia mengaku tidak mempelajari ilmu kedigdayaan seperti yang
banyak dipelajari para kiai di Jawa. Dengan mengamalkan asma-asma Allah, Hizbul Bahar dan Hizbul
Nasar dianggap sudah cukup, karena mengandung kekuatan dahsyat. “Kalau dibaca atau diamalkan setiap hari. Maka Malaikat
akan menjaga dan isi laut tunduk
pada kita dan rezki datang dengan sendirinya,” ujarnya.
Meski ilmu yang dimiliki masih belum cukup, Syeh Bakar
Sabil kembali ke kampung halamannya ke
Ujung Baruh. Selang beberapa bulan tepatnya tahun 1971, ia pun mendirikan pesantren. Ilmu yang pernah
dipelajari itu tetap diamalkan, dengan harapannya agar tidak ada hambatan
selama mendirikan sebuah pesantren.
Ternyata apa yang dirintisnya membuahkan hasil.
Pesantren yang baru didirikan lancar. Padahal banyak kiai-kiai lain bila
mendirikan pesantren seringkali mendapat tantangan masyarakat sekitar. Ada yang
diusir, dilempari batu dan dibakar. Misalnya, di Sambas dan di pulau Jawa.
“Alhamdulillah saya sendiri tidak. Malahan mendapat
dukungan masyarakat luas. Resepnya
berserah diri kepada Allah swt dan membaca Isim (Asmaul Husna), Hizbul Bahar
dan Hizbul Nasar sepanjang hari,” ungkapnya tenang. Bahkan, lanjutnya,
pesantren yang didirikan mengalami kemajuan cukup pesat. Santri-santri semakin
banyak jumlahnya. Alumninya telah banyak yang mendirikan pesantren di
daerah-daerah dan sukses besar.
Hal tersebut tidak lepas dari sistem pemberian ilmu
yang bagus. Dalam pemberian ilmu dibagi
menjadi dua. Mereka yang ilmunya masih rendah hanya diberil ilmu alat
sebagaimana umumnya. Tapi untuk
santri-santri yang ilmunya dinilai
tinggi diberikan ilmu tambahan seperti
Hizbul Bahar, Hizbul Nazar dan Isim.
“Tujuan saya nantinya sebagai bekal mendirikan
pesantren di tengah-tengah masyarakat.
Mengingat tantangannya cukup berat. Dengan mengamalkan bacaan tersebut,
Malaikat akan menjaga mereka. Isi laut akan tunduk. Tidak sampai menggulingkan
perahunya semisal menyebrangi lautan dan rezeki datang sendiri,”
ungkapnya. husnu mufid
0 komentar:
Posting Komentar
silahkan komentar melalui emai
sialahkan saja melakukan demonstrasi, akan tetapi gunakanlah dengan cara-cara damai dan jangan sampai memacetkan jalan raya yang merugikan masyarakat