Mengungkap Peran
Masjid Cheng Hoo, Surabaya
Meneruskan
Misi Laksamana Dinasti Ming
Masjid Cheng Hoo Surabaya merupakan
masjid yang memiliki ciri khas tersendiri. Bangunannya merupakan perpaduan
antara arsitektur Tiongkok kuno dengan Arab Islam. Didirikan sejak 2001. Kini
telah menjadi masjid yang memiliki peras besar dalam penyebaran agama Islam di kalangan
masyarakat Cina. Bagaimana sejarah dan perannya?
Masjid bernuansa
Tionghoa ini terletak di Jalan Gading, Kecamatan Genteng, Surabaya. Lokasinya
sekitar 1 km sebelah utara Balaikota Surabaya dan sekitar 100 meter dari Taman
Makam Pahlawan Kusuma Bangsa. Sikilas bangunan menyerupai Klenteng tempat
peribadatan umat Tri Dharma. Balutan warna merah, kuning dan hijau seakan
‘mengaburkan’ pandangan bahwa apa yang sebenarnya mereka lihat merupakan sebuah
masjid perpaduan dari Cina, Timur Tengah dan Jawa, sehingga memiliki kesan
unik.
Nama Cheng Hoo
ini sebagai bentuk rasa syukur dan penghormatan segenap muslim di Surabaya dan
Indonesia, terhadap Laksamana, bahariawan asal China beragama Islam. Selama
perjalanannya di kawasan Asia Tenggara, Cheng Hoo tidak hanya berdagang dan
menjalin persahabatan, tapi juga menyebarkan agama Islam di Indonesia.
Masjid Cheng Hoo
didirikan atas prakarsa para sesepuh, penasehat dan pengurus PITI (Pembina Iman
Tauhid Islam). Selain itu, pengurus Yayasan Haji Muhammad Cheng Hoo Indonesia
Jawa Timur dan tokoh masyarakat Tionghoa di Surabaya juga diturutsertakan.
Bahkan peletakan
batu pertama pada 15 Oktober 2001 bertepatan dengan Isra Mi'raj Nabi Muhammad
SAW. Pembangunan masjid selesai pada 13 Oktober 2002. Kemudian diresmikan oleh
Menteri Agama RI Prof Dr H Said Agil Husein Al Munawar pada 28 Mei 2003.
Masjid yang
bernama lengkap Masjid Muhammad Cheng Hoo ini berdiri di atas lahan seluas
21x11 m2 dan luas bangunan utama 11x9 m2. Didominasi warna merah, kuning, hijau
dengan ornamen bernuansa Tiongkok lama. Memiliki 8 sisi di bagian atas bangunan
utama.
Ketiga ukuran
dan angka ada maknanya yakni, angka 11 adalah ukuran Ka'bah saat baru dibangun.
Sedangkan angka 9 melambangkan Walisongo. Sedangkan 8 artinya melambangkan Pat
Kwa (dalam bahasa Tionghoa artinya keberuntungan atau kejayaan). Masjid Cheng
Hoo ini mampu menampung sekitar 200 jamaah.
“Perpaduan gaya
Tiongkok dan Arab ini memang menjadi ciri khas Masjid Cheng Hoo. Arsitektur
Masjid Cheng Hoo diilhami Masjid Niu Jie di Beijing. Seperti bagian atap utama,
bagian puncak dan mahkota masjid. Masjid Cheng Hoo juga tidak melepaskan nuansa
Timur Tengah seperti pintu utama masjid. Serta bergaya Jawa seperti tembok yang
susunan batu batanya terlihat," kata Ustad Hari. Pengurus dan Staf
pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga (Unair) Surabaya
Di sisi utara
Masjid Cheng Hoo terdapat relief dan replika kapal dan wajah Laksamana Cheng Ho
Laksamana dari Dinasti Ming. Di lokasi tersebut, juga sering menjadi tempat
foto para wisatawan. Ada alasan kenapa dibangun relief dan replika kapal dan
Cheng Hoo. Yaitu, ingin menunjukkan bahwa Muhammad Cheng Hoo adalah pelaut,
muslim dari Tionghoa yang taat, saleh dan utusan perdamaian yang terpuji.
Sebab itulah
banyak yang penasaran hingga Masjid Cheng Hoo banyak dikunjungi wisatawan dari
berbagai daerah di Jawa Timur dan Indonesia. Ada yang dari Makassar, Jawa
Barat, Jakarta dan berbagai daerah lainnya. Banyak juga wisatawan dari
mancanegara baik yang muslim maupun non muslim. Ada dari Malaysia, Arab Saudi,
China, selandia Baru, Inggris, Afrika dan lainnya.
"Hampir
semua negara di belahan dunia ini pernah berkunjung ke sini. Kunjungan
wisatawan baik dari nusantara maupun mancanegara rata-rata sebulan bisa mencapai
1.500 sampai 2.000 orang," tuturnya.
Ikrar Mualaf Nonmuslim
Wisatawan
mancanegara baik yang muslim maupun non muslim terkagum-kagum dengan Masjid
Cheng Hoo. Khusus wisatawan mancanegara yang non muslim mengira bangunan ini
adalah klenteng (rumah ibadat umat Tri Dharma). “Tetapi kita jelaskan bahwa ini
adalah masjid tempat ibadat umat Islam," jelasnya.
Kekaguman atas
bangunan dan ornamen Masjid Cheng Hoo juga disampaikan oleh beberapa pengunjung.
Arif asal Jombang salah satunya, setelah menunaikan salat dzuhur, dia membawa
kamera dan melihat-lihat ornamen yang bernuansa Tiongkok. "Dari kejauhan
seperti bukan masjid. Ada yang berbeda dengan masjid-masjid yang pernah saya
lihat. Untuk memastikan apakah bangunan itu masjid atau bukan, saya lihat di
ujungnya (mahkota bangunan) apakah ada bulan sabitnya, Arsitek bangunan masjid
ini dapat menggambarkan keberagaman budaya," ungkapnya dengan ekspresi
terkagum-kagum.
Bagi wisatawan
yang berkunjung ke Surabaya, bisa mampir ke Masjid Cheng Hoo yang terletak di
pusat Kota Surabaya. Di area masjid Cheng Hoo ini juga terdapat prasasti tiga
bahasa, Indonesia, Mandarin dan Inggris, yang menjelaskan sejarah Laksamana
Cheng Hoo di gedung kantor Yayasan Haji Muhammad Cheng Hoo dan Pembina Iman
Tauhid Islam (PITI) di depan sisi selatan Masjid Cheng Hoo.
Berbagai
kegiatan yang diadakan di Masjid Cheng Hoo diantaranya meliputi peringatan hari
raya Idul Fitri, Idul Adha, kegiatan pengumpulan dan pembagian zakat fitrah,
khitanan massal, dll. Yang spesifik, adalah menggelar acara ikrar mualaf bagi
nonmuslim yang berasal dari berbagai agama. Ikrar dilakukan, setelah para
nonmuslim itu mengikuti serangkaian pembinaan.
Tidak kurang
dari dua puluh orang yang menjadi sasaran pembinaan. Tentunya prang yang sudah
niat menjadi mualaf dari kesadaran diri. Maka, bila dia sudah hafal lafaz
syahadatnya atau masuk di dalam hati, ikrar sudah bisa dilakukan.
Peran Masdjid
Cheng Hoo tersebut merupakan angin segar bagi perkembangan penyebaran agama
Islam yang dilakukan kalangan masyarakat etnis Tionghoa. Karena gerakan
dakwahnya tidak membebani jamaahnya, melainkan pengrusnya yang mampu memberikan
da yang cukup besar dalam syiar Islam.
Sikap
kemandirian Masjid Cheng Hoo Surabaya dalam mengelola dana mendapat apresiasi
tersendiri dari masyarakat Indonesia dan dunia. Sehingga lepas beban dari
angan-angan mendapatkan bantuan dari pemerintah maupun swasta. Kemandirian
masalah dana inilah yang menjadikan masjid tersebut semakin eksis dalam syiar
Islam. Dimana islam ditampakkan dalam sikap keramah-tamahan. CAHYA/HARIS
0 komentar:
Posting Komentar
silahkan komentar melalui emai
sialahkan saja melakukan demonstrasi, akan tetapi gunakanlah dengan cara-cara damai dan jangan sampai memacetkan jalan raya yang merugikan masyarakat