Selasa, 20 Januari 2015

Makam Ariyo Blitar III



Mengenal Makam Aryo Blitar III di Blitar
Ngalap Berkah Kepangkatan dan Meditasi

Di Kelurahan Blitar, Kecamatan Sukorejo, Kotamadya Blitar, terdapat salah satu situs paling penting dalam sejarah berdirinya Blitar, yaitu Makam Aryo Blitar. Di tempat inilah bersemayam jasad Aryo Blitar. Pada zaman dulu merupakan salah satu tokoh yang berpengaruh pada pembangunan Blitar. Berikut ini laporan posmo.

Joko Kandung bergelar Aryo Blitar III ini adalah putra dari Raden Nila Suwarna dengan gelar Aryo Blitar I. Sewaktu mudanya cucu Pakubuwono I ini suka bertapa di Alas Kandung dan memelihara burung berkutut. Ia mewarisi jabatan ayahnya sebagai adipati setelah membunuh Patih Sengguruh atau Arya Blitar II yang telah membunuh ayahnya.
Dalam perjuangan Aryo Blitar III merupakan adipati yang berani melawan penjajah Belanda bersama Untung Suropati. Oleh karena itulah, layak kiranya mendapat gelar pahlawan sebagaimana Untung Suropati. Tetapi gelar itu hingga kini tidak pernah didapatkan. Meskipun demikian, masyarakat Blitar tetap menganggap sebagai pahlawan.
Akibat dari sikapnya yang menentang Belanda, maka Aryo Blitar III kehilangan jabatan setelah mengalami kekalahan dalam perang Trunojoyo dan Untung Suropati. Ia kemudian memilih meninggalkan kadipaten hingga akhir hayatnya dan dimakamkan di Kelurahan Blitar, Kecamatan Sukorejo, Kotamadya Blitar.
Lokasi pemakamannya berada di tengah-tengah tegalan bercungkup genteng kecil disangga 4 cagak kayu. Lokasi pemakamannya ini awalnya dirahasiakan oleh pengikutnya dengan tujuan agar tidak dirusak Belanda. Karena telah melakukan pemberontakan bersama Untung Suropati. Jika tidak dirahasiakan, maka sudah pasti makamnya akan dihancurkan.
Kemudian, 17 Februari 1930 diadakan pemugaran oleh keluarganya. Karena di sekitar makamnya terdapat cukup banyak makam masyarakat setempat. Tetapi tetap menjaga keaslian bentuk makam. Sehingga nampak beda antara makam Aryo Blitar III dengan makam masyarakat umum.
Menginjak 17 April 1995, makam Aryo Blitar III dipugar dan diberi cungkup agar tidak terkesan angker. Di dalam terdapat dua buah makam, yaitu makam Aryo Blitar III atau Joko Kandung dan ibunya Dewi Rayung Wulan. Makam tersebut terdapat dua juru kunci. Yaitu Mbah Isnu dan Mbah Hadi Sujud.
Sayangnya saat terjadi pemugaran tidak mengindahkan norma-norma kesejarahan. Sehingga terjadi penghilangan bentuk bangunan makam. Yaitu badan makam yang terbuat dari batu bata putih, hitam dan merah dipindahkan di luar lokasi cungkup makam. Bata-batu makam tersebut kini teronggok di luar cungkup makam.
Sementara di sekitar bangunan cungkup tersebut bertebaran beberapa makam para juru kunci yang pernah bertugas di sana. Ada sekitar 27 makam terdiri atas 25 juru kunci dan 1 makam Jaka Kandung dan 1 ibunya. Di sekitar makam terdapat taman sehingga tidak terasa angker atau wingit. “Mengingat sebelum ada pemugaran banyak masyarakat sekitar berlari ketika melewati depan makam Aryo Blitar,” ujar Mbah Hadi Sujud, juru kunci Makam Aryo Blitar.

Ritual Sesaji
Pada setiap malam Jumat Legi dan di bulan Suro makam ini banyak diziarahi para wisatawan baik lokal Blitar atupun luar daerah dengan berbagai tujuan yang intinya untuk mendapatkan berkah. Pada bulan Suro tepatnya malam Jumat Paing diadakan sebuah ritual sesaji dan doa yang dilaksanakan oleh pemerintahan kota dan Kabupaten Blitar, serta masyarakat umum. Pada acara ini juga diadakan beberapa acara pendukung lainnya yaitu pagelaran wayang kulit dan gamelan Sekar Aryo Blitar.
Sedangkan untuk acara bulanan yaitu pada hari Jumat Paing dan Sabtu Paing, masyarakat banyak yang mengadakan ritual dan doa menurut kepercayaan masing-masing dengan tujuan ngalap berkah kepangkatan dan ketenteraman batin. Mereka ada yang melakukan doa dan bermeditasi.
Tidak heran jika tempat ini dianggap keramat oleh sebagian masyarakat untuk ngalap berkah (mencari berkah), utamanya pada setiap Jumat Paing yang dipercaya sebagai hari kelahiran Aryo Blitar. Para bupati, wali kota, dan anggota DPR sering mengunjungi Makam Aryo Blitar. HUSNU MUFID

Selasa, 13 Januari 2015

Paguyuban Kesilatnas Indonesia Perisai Diri 1955




Mengenal Yayasan Keluarga Silat Nasional Indonesia Perisai Diri 1955

Ciptakan Jurus Pertarungan Serang Hindar
Yayasan Perguruan Keluarga Silat Nasional Indonesia Perisai Diri 1955 merupakan perguruan silat yang cukup ternama. Dalam kaitan memasuki persaingan di bidang budaya di era globalisasi untuk menghadapi pelaksanaan AFTA tahun 2015 menciptakan satu model Pertarungan Serang-Hindar Silat dalam kompetisi yang diadakan Ikatan Pencak Silat (IPSI) Jawa Timur. Berikut ini konsepnya.

Keluarga silat ini didirikan oleh pendekar besar yang nama bekennya adalah Pak Dirdjo atau Pakde, tanggal 2 Juli 1955. Awal silat ini diperkenalkan di halayak ramai dengan membuka pelatihan di Jalan Wijaya Kusuma 53 Surabaya. Cerita tentang tokoh pendekar besar ini sebenarnya berasal dari Yogyakarta, nama lengkapnya adalah Raden Mas Soebandiman Dirdjoatmodjo. Dia dilahirkan pada tanggal 8 Januari 1913 putra dari Raden Mas Pakoe Soedirdjo, keluarga beken dari Paku Alaman.
Pada tahun 1954 dia dipindahtugaskan oleh Pak Djumali ke Surabaya. Selama beberapa tahun Pakde bereksperimen untuk memperkenalkan aliran silat yang baru. Jika melihat kejadian ke belakang dia berguru yang paling lama dan diperlakukan sebagai anak oleh suhu Yap Kie San.
Kedekatan hubungan batinnya memberikan warna daya ciptanya sehingga produknya kental sekali dengan permainan kuntaonya dari pada permainan pencak yang dikuasainya. Karena itu, gaya Perisai Diri dengan ciri teknik yang melompat-lompat dengan serang hindar berbeda dengan pencak Jawa, Madura, Bugis, Sunda, Bawean, dan Bali atau silat Minangkabau, silat Semenanjung, dan silat Mindanao.
Ciri khas dari Pertarungan Serang-Hindar Silat/PSHS ciptaan dan ajaran Guru Besar alm RMS Dirdjoatmodjo bukan berwujud pertarungan "jual- beli"/ pukul-memukul. Seperti yang dilaksanakan dalam kompetisi Pencak Silat pada umumnya, melainkan merupakan rangkaian gerak silat. Pihak satu yang disebut penyerang, melakukan serangan beruntun minimum 10-15 kali/15 detik. Sedangkan pihak kedua disebut pihak yang menghindar, melakukan hindaran terhadap setiap serangan yang dilakukan oleh pihak penyerang.
Penilaian dalam kompetisi ini, bukan didasarkan pada "pengenaan" pukulan atau tendangan kepada lawan, melainkan penilaiannya didasarkan atas: 1. Kebenaran teknik menghindar. 2. Kebenaran dan kekayaan teknik menyerang/menghindar. 3. Kejujuran dalam melaksan pedoman teknik menyerang/ menghindar
Perisai Diri mengembangkan suatu bentuk pertarungan yang memiliki karakteristik yang tidak ditemukan dalam seni bela diri lainnya. Dengan kata lain "Model Pertarungan Serang-Hindar Perisai Diri 1955" mempunyai perbedaan dengan bela diri lainnya. Tegasnya mempunyai differentiation. Inilah makna silat sebagai silaturahmi.
Dalam kaitannya dengan upaya memasuki persaingan bebas di bidang budaya di era globalisasi dewasa ini, maka differentiation merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan keberhasilan dalam persaingan. Utamanya menghadapi pelaksanaan AFTA tahun 2015 mendatang.
Setidaknya ada tiga faktor untuk memenangkan persaingan bebas di era globalisasi yaitu: positioning, branding dan differentiation sebagaimana dinyatakan oleh Hermawan Kertajaya: "It is better to be a little bit different, than to be a little bit bett-er ".
Sebagai pembanding kami sajikan pula Pertandingan Bebas Pertarungan seperti pertarungan IPSI, tetapi dengan sistem "stop scoring" pada setiap pengenaan pukulan atau tendangan.

Bidang Budaya
Adapun pertandingan bebas pertarungan PD 1955, dengan Sistem "Stop Scoring". Yaitu pertama, seperti versi IPSI, tetapi dengan sistem "Stop Scoring” yaitu pada saat salah satu pihak yang melakukan serangan kepada pihak lawan mengenai sasarannya, maka wasit segera menghentikan pertarungan itu dengan aba-aba "Stop" untuk memberikan waktu bagi para juri melakukan penilaian.
Kedua, apabila terdapat perbedaan, pendapat tentang serangan itu mengenai sasaran atau tidak, maka ketua pertandingan segera menyelesaikan masalah itu berdasar suara terbanyak
Ketiga, maksud dan tujuan sistem "Stop Scoring". Demi keselamatan pesilat: sebab bila saat terkena serangan (yaitu kondisinya sedang lemah) diikuti dengan serangan yang lain, maka akan dapat membahayakan pesilat tersebut. Dengan sistem "Stop Scoring" akan lebih mudah dan transparan .
Sehubungan dengan hal tersebut, akan lebih meningkatkan harkat dan mutu kompetisi Pencak Silat di era globalisasi atau di era liberalisasi dan persaingan bebas di bidang budaya dewasa ini. Tidak berlebihan kiranya apabila kami menawarkan satu model pertarungan inovatif, dalam bentuk Pertarungan Serang Hindar Silat dalam arena pertandingan tingkat Jawa Timur,” ujar Dr. Suparyono, S.H.,M.Si., Ketua Paguyuban Keluarga Silat Nasional Perisai Diri Tahun 1955. HUSNU MUFID

.

Munas 1 Perisai Diri 2015





Munas I Paguyuban Kesilatnas Indonesia Perisai Diri 1955 di Surabaya

Hasilkan Paradigma Baru Dunia Persilatan
Dalam menjalankan roda organisasi yang sesuai  budaya bangsa, Paguyuban Kesilatnas Indonesia Perisai Diri  Pusat Tahun 1955 menggelar Musyawarah Nasional ke 1 Sabtu-Minggu, 10-11 Januari 2015 di Gedung Graha  Widya  Stesia Jl Menur Pumpungan No. 30 Surabaya.  Berikut ini laporan  posmo.

Munas Paguyuban Besilatnas Indonesia Pusat tahun 2015 yang merupakan acara empat tahun sekali ini berlangsung selama dua hari berjalan dengan lancar. Hari pertama digelar  serimonial pembukaan Munas. Sejumlah  utusan dari berbagai cabang  Indonesia  Nampak hadir. Seperti  peserta dari jabotabek, Demak, Surabaya, Mojokerto, Blitar, trenggalek, Pasuruan, Tulungagung dan berbagai kota lainnya.
Dalam acara Pembukaan Munas ke 1 ini  Ketua Paguyuban Kesilatnas Indonesia Perisai Diri Pusat Tahun 2015. Yaitu Dr. Dr. H. Supardjono, MSi menyampaikan laporan pertanggungjawaban selama 4 tahun memimpin organisasi. Dalam hal ini seluruh peserta menerima dengan baik. 
Kemudian Dr. H. Supardjono  menyampaikan  tiga paradigma baru dalam dunia persilatan. Yaitu pertama, silatnas mempunyai makna silaturahmi, adanya sebuah kepemimpinan yang memperhatikan  satu landasan paradigma baru, bahwa silat sebagai  pola pikir persatuan  dan kesatuan bangsa.
Kedua, dibuktikan  para pahlawan  yang mengusir penjajah Belanda. Artinya, sebagai bela diri para pahlawan bangsa mengusir penjajahan bermakna perjuangan Silatnas bangsa yaitu mempertahankan budaya bangsa
Ketiga, berkepribadian bangsa dalam menghadapi era perdagangan bebas yang sebentarlagi memasuki Indonesia.  Silatnas melawan budaya asing di era globalisasi/AFTA 2015 dengan landasan silaturahmi/persatuan dan kesatuan bangsa. Sehingga terwujud sebagai kepribadian bangsa. Jika hal ini dilakukan, maka dunia persilatan  akan memiliki wibawa dimata bangsanya sendiri.
Kedepan, Paguyuban Kesilatnas Perisai  Diri Indonesia 1955 berharap agar perselisihan atau tawuran antar-perguruan yang kerap terjadi akhir-akhir ini tidak terulang. Tawuran antar-perguruan jelas melanggar kode etik karena silat sendiri bermakna silaturahmi yang intinya mempererat tali persaudaraa.
Olahraga bela diri silat di zaman perjuangan digunakan sebagai alat mempererat persatuan dan kesatuan sehingga kita bisa mengusir penjajah. Sayang, jika warisan asli dari leluhur kita tersebut disalahartikan.
Seluruh peserta Munas PD mendengarkan dengan  antusias pemikiran baru pendiri Paguyuban Kesilatnas Indonesia  Perisai Diri Pusat Tahun 1955 itu. Suasana menjadi  semakin meriah. Karena pemikiran yang demikian itu ditunggu-tunggu sejak lama. Sehingga Perisai Diri yang didirikan RMS. Dirdjoatmojo  akan  jaya kembali.
Kemudian esok harinya Minggu, 11 Januari 2015 dilanjutkan dengan acara sidang komisi. Pada Sidang Komisi Organisasi membahas nama  dan symbol serta struktur organisasi. Juga dibahas tentang penulisan buku Sejarah Perisai Diri.
Sedangkan pada Sidang Komisi Teknik dan Kerohanian membahas masalah  tentang  ilmu pernapasan, teknik pengajaran dan pelatihan. Pelatihan. Selama sidang  tersebut berjalan cukup demokratis. Semua usulan dari seluruh peserta ditampung. Hanya saja pada sidang pleno yang menentukan usulan itu disetujui atau  tidak.   
Setelah Sidang Komisi berakhir, dilanjutkan Sidang Pleno yang dipimpin Dr. I Komang Ketua Yayasan Paguyuban Kesilatnas Perisai Diri Pusat Tahun 1955. Selama persidangan berjalan  lancar dan demokratis. Semua peserta yang hadir dipersilahkan  mengadu argumentasi. Hingga akhirnya  menghasilkan  keputusan  yang cukup stategis dalam perjalanan organisasi kedepan.
Keputusan pertama, nama organisasi bernama Paguyuban Kesilatnas Indonesia Perisai Diri Tahun 1955. Disini menghilangkan  kalimat berbunyi” Pusat”. Kedua, Struktur organisasi  berbentuk segitiga. Yaitu Majelis Pengasuh, Dewan Pengurus dan Dewan Pendekar.  Untuk Majelis Pengasuh merupakan jabatan tertinggi yang berisikan para sesepuh yang sudah mumpuni dibidang dunia persilatan dan keadministrasian serta keorganisasian.      
Sedangkan usulan Komisi Teknik dan Kerohanian disepakati dalam siding pleno adalah pembukuan tentang teknik silat, pengurus pusat  menyelenggarakan latihan bersama secara periodic, untuk mendapatkan ilmu pernafasan  harus diberikan kepada  mereka yang sudah waktunya menerima. Jadi tidak semua orang  berhak diberikan ilmu pernafasan. Kemudian pengurus pusat memberikan ilmu panahan.

Hari dan Deni
Usai Sidang Pleno dilanjutkan pemilihan formatur. Adapun  Tim Formatur yang terdiri dari 5 orang yang dibentuk sesuai kesepakatan peserta  Munas. Lima orang formatur tersebut  antara lain Suparjono (wakil  pengurus pusat), Kundono (wakil Pendiri), I Komang Wiarsa (wakil Penasihat)  serta masing-masing  satu wakil dari cabang Mojokerto dan  Trenggalek.
Dari hasil pemilihan formatur  selama 5 menit diputuskan dua tokoh silat, Hari Purwanto dan Deni Trisyanto akan memimpin Paguyuban Kesilatnas Indonesia Perisai Diri 1955 periode 2015-2019, setelah keduanya terpilih sebagai ketua dalam Munas  Pertama 2015 Paguyuban Kesilatnas Indonesia 1955,   Hari dan Deni menggantikan Dr H Suparjono, SH. Msi yang memimpin  Paguyuban Kesilatnas Indonesia Perisai Diri 1955 periode 2010-2014. Suparjono sendiri, bakal penempati posisi Majelis Pengasuh dalam kepengurusan baru yang diharapkan terbentuk dalam waktu seminggu setelah Munas.
“Saya sudah tua, sebaiknya yang muda melanjutkan tongkat estafet kepemimpinan. Soal  terpilihnya dua orang sebagai ketua,  biar keduanya yang mengatur sendiri,”ujar Dr. H. Suparjono.
Usai terpilih sebagai ketua,  Hari dan Deni meminta dukungan semua pihak baik yang muda maupun senior untuk memajukan silat. Deni juga menyatakan kesiapannya untuk memberikan pembinaan olahraga panahan kepada para pesilat, sesuai dengan permintaan peserta Munas. Bagi Deni, panahan dan silat ibarat dua sisi mata uang. Dua olahraga ini tidak bisa dipisahkan dari dirinya karena keluarganya hampir semuanya memiiliki keterampilan silat dan panahan.
 HUSNU MUFID