Selasa, 13 Januari 2015

Paguyuban Kesilatnas Indonesia Perisai Diri 1955




Mengenal Yayasan Keluarga Silat Nasional Indonesia Perisai Diri 1955

Ciptakan Jurus Pertarungan Serang Hindar
Yayasan Perguruan Keluarga Silat Nasional Indonesia Perisai Diri 1955 merupakan perguruan silat yang cukup ternama. Dalam kaitan memasuki persaingan di bidang budaya di era globalisasi untuk menghadapi pelaksanaan AFTA tahun 2015 menciptakan satu model Pertarungan Serang-Hindar Silat dalam kompetisi yang diadakan Ikatan Pencak Silat (IPSI) Jawa Timur. Berikut ini konsepnya.

Keluarga silat ini didirikan oleh pendekar besar yang nama bekennya adalah Pak Dirdjo atau Pakde, tanggal 2 Juli 1955. Awal silat ini diperkenalkan di halayak ramai dengan membuka pelatihan di Jalan Wijaya Kusuma 53 Surabaya. Cerita tentang tokoh pendekar besar ini sebenarnya berasal dari Yogyakarta, nama lengkapnya adalah Raden Mas Soebandiman Dirdjoatmodjo. Dia dilahirkan pada tanggal 8 Januari 1913 putra dari Raden Mas Pakoe Soedirdjo, keluarga beken dari Paku Alaman.
Pada tahun 1954 dia dipindahtugaskan oleh Pak Djumali ke Surabaya. Selama beberapa tahun Pakde bereksperimen untuk memperkenalkan aliran silat yang baru. Jika melihat kejadian ke belakang dia berguru yang paling lama dan diperlakukan sebagai anak oleh suhu Yap Kie San.
Kedekatan hubungan batinnya memberikan warna daya ciptanya sehingga produknya kental sekali dengan permainan kuntaonya dari pada permainan pencak yang dikuasainya. Karena itu, gaya Perisai Diri dengan ciri teknik yang melompat-lompat dengan serang hindar berbeda dengan pencak Jawa, Madura, Bugis, Sunda, Bawean, dan Bali atau silat Minangkabau, silat Semenanjung, dan silat Mindanao.
Ciri khas dari Pertarungan Serang-Hindar Silat/PSHS ciptaan dan ajaran Guru Besar alm RMS Dirdjoatmodjo bukan berwujud pertarungan "jual- beli"/ pukul-memukul. Seperti yang dilaksanakan dalam kompetisi Pencak Silat pada umumnya, melainkan merupakan rangkaian gerak silat. Pihak satu yang disebut penyerang, melakukan serangan beruntun minimum 10-15 kali/15 detik. Sedangkan pihak kedua disebut pihak yang menghindar, melakukan hindaran terhadap setiap serangan yang dilakukan oleh pihak penyerang.
Penilaian dalam kompetisi ini, bukan didasarkan pada "pengenaan" pukulan atau tendangan kepada lawan, melainkan penilaiannya didasarkan atas: 1. Kebenaran teknik menghindar. 2. Kebenaran dan kekayaan teknik menyerang/menghindar. 3. Kejujuran dalam melaksan pedoman teknik menyerang/ menghindar
Perisai Diri mengembangkan suatu bentuk pertarungan yang memiliki karakteristik yang tidak ditemukan dalam seni bela diri lainnya. Dengan kata lain "Model Pertarungan Serang-Hindar Perisai Diri 1955" mempunyai perbedaan dengan bela diri lainnya. Tegasnya mempunyai differentiation. Inilah makna silat sebagai silaturahmi.
Dalam kaitannya dengan upaya memasuki persaingan bebas di bidang budaya di era globalisasi dewasa ini, maka differentiation merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan keberhasilan dalam persaingan. Utamanya menghadapi pelaksanaan AFTA tahun 2015 mendatang.
Setidaknya ada tiga faktor untuk memenangkan persaingan bebas di era globalisasi yaitu: positioning, branding dan differentiation sebagaimana dinyatakan oleh Hermawan Kertajaya: "It is better to be a little bit different, than to be a little bit bett-er ".
Sebagai pembanding kami sajikan pula Pertandingan Bebas Pertarungan seperti pertarungan IPSI, tetapi dengan sistem "stop scoring" pada setiap pengenaan pukulan atau tendangan.

Bidang Budaya
Adapun pertandingan bebas pertarungan PD 1955, dengan Sistem "Stop Scoring". Yaitu pertama, seperti versi IPSI, tetapi dengan sistem "Stop Scoring” yaitu pada saat salah satu pihak yang melakukan serangan kepada pihak lawan mengenai sasarannya, maka wasit segera menghentikan pertarungan itu dengan aba-aba "Stop" untuk memberikan waktu bagi para juri melakukan penilaian.
Kedua, apabila terdapat perbedaan, pendapat tentang serangan itu mengenai sasaran atau tidak, maka ketua pertandingan segera menyelesaikan masalah itu berdasar suara terbanyak
Ketiga, maksud dan tujuan sistem "Stop Scoring". Demi keselamatan pesilat: sebab bila saat terkena serangan (yaitu kondisinya sedang lemah) diikuti dengan serangan yang lain, maka akan dapat membahayakan pesilat tersebut. Dengan sistem "Stop Scoring" akan lebih mudah dan transparan .
Sehubungan dengan hal tersebut, akan lebih meningkatkan harkat dan mutu kompetisi Pencak Silat di era globalisasi atau di era liberalisasi dan persaingan bebas di bidang budaya dewasa ini. Tidak berlebihan kiranya apabila kami menawarkan satu model pertarungan inovatif, dalam bentuk Pertarungan Serang Hindar Silat dalam arena pertandingan tingkat Jawa Timur,” ujar Dr. Suparyono, S.H.,M.Si., Ketua Paguyuban Keluarga Silat Nasional Perisai Diri Tahun 1955. HUSNU MUFID

.

0 komentar:

Posting Komentar

silahkan komentar melalui emai
sialahkan saja melakukan demonstrasi, akan tetapi gunakanlah dengan cara-cara damai dan jangan sampai memacetkan jalan raya yang merugikan masyarakat