Senin, 05 Februari 2018

Kuliner Karya Sunan Giri II


Kisah Sunan  Dalem Mengungsi di Gumeno Gresik 

Ciptakan  Kuliner Tradisional Kolak Ayam

Sunan Dalem merupakan penerus  Kedaton Giri ke 2 setelah ayahnya meninggalkannya. Kemudian  tinggal di Desa Gumeno selama beberapa  minggu akibat aka  penyerangan dari kerajaan Majapahit yang berpusat di Kediri. Ia meninggalkan  kuliner  Kolak Ayam. Berikut ini kisahnya. 
Sunan Dalem merupakan putra Sunan Giri yang tertua. Ia menjadi  penguasa di Kedaton Giri Gresik menggantikan ayahnya. 
Suatu hari ada tentara  kerajaan Majapahit yang berpusat di Kediri dibawah pimpinan  Patih Udara dan Prabu Girindawardhana melakukan penyerangan ke Giri Kedaton setelah menaklukkan kerajaan Majapahit  dibawah pimpinan Prabu Brawijaya V.  Saat terjadi penyerangan itu,  Sunan Dalem mengungsi ke  Desa Gumeno Gresik. Setelah tinggal beberapa minggu mengalami sakit. mengalami sakit yang cukup parah. Kemudian berikhtiar  mencari obat untuk kesembuhannya.
"Namun proses  pencarian obat untuk sang sunan memakan waktu berhari-hari yang diistilahkan dengan kholaqul ayyam. Kata ini lambat laun mengalami proses morfologi dalam pengucapannya sehingga terdengar kata kolak ayam seperti istilah sekarang ini,"ungkap Nuruddin sejarawan Gresik.
Setelah menerima petunjuk dari Allah  menemukan ramuan obat (jamu) yang kini dinamakan sanggring itu. 
Konon kata sanggring berasal dari suku kata sang yang berarti raja dan gering berarti sakit. Sanggring berarti raja yang sakit.
Kesembuhannya menjadikan aktivitasnya semakin kuat. Kemudian memerintahkan masyarakat untuk membangun sebuah  kolam untuk wudhu disamping masjid yang telah dibangun. 
Penduduk desa pun  membangun kolam bertepatan dengan bulan suci Ramadhan. Untuk  makan berbukanya  Sunan Dalem memerintahkan para penduduk yang bekerja secara gotong-royong  memakan nasi (ketan) dengan lauk kolak ayam. Namun Ia khawatir kalau-kalau kolak ayamnya tidak mencukupi untuk jumlah penduduk desa sebanyak itu, akhirnya  memerintahkan agar daging ayamnya disuwir-suwir (disobek memanjang dengan tangan. Perintah itupun dilaksanakan dengan  kepatuhan yang tinggi. Mengingat yang memerintahkan adalah seorang  putra Sunan Giri atau Raden Paku. .
Setelah perang berakhir, maka Sunan Dalem meninggalkan Gumeno menuju  Giri Kedaton sebagai tempat tinggalnya. Hingga akhir hayatnya tinggal di  Bukit  Kedaton Kebomas Gresik.  Ia wafat pada tahun 1545 Masehi dan pusaranya berada di sebelah barat makam Sunan Giri yaitu di Bukit Giri. .
Sementara rakyat  Gumeno Gresik, untuk mengenang pengobatan unik ala Sunan Dalem itu, maka setiap malam 23 Bulan Ramadhan warga Desa Gumeno secara turun-temurun.
Yang Memasak Pria
Acara  mengenang  Sunan Dalem  digelar dekat kolam berwudhu. Semua bahan sanggring berkualitas bagus, diolah dalam wajan (wadah) berukuran besar. Dan uniknya lagi, yang memasak itu para pria. Setelah dibersihkan, ratusan ekor ayam jago tadi kemudian dimasak hingga dagingnya lunak. Tulang, kepala, ceker dan jerohan dipisahkan, dagingnya disuwir-suwir.Kuah bumbu sanggring berasal dari campuran bawang daun, gula merah, santan kelapa, jinten hitam dan air. Rasanya manis gurih dengan bau khas bawang daun.Proses pengolahannya sudah dilakukan 1 atau 2 hari menjelang sanggringan.
Bahkan jadi  kuliner unik yang dijadikan menu (takjil) berbuka puasa bersama bagi jama'ah Masjid Jamik Gumeno, warga desa atau masyarakat umum yang ingin melihat langsung prosesi acara itu. Acara itu merupakan tradisi tahunan yang mengundang perhatian masyarakat luas bahkan khabarnya terdengar hingga ke mancanegara HUSNU MUFID
Kini sanggring atau Kolak Ayam merupakan kuliner tradisional.
Ada yang menamakan sanggring saja atau kolak ayam saja atau gabungan keduanya yakni sanggring kolak ayam. Sanggring begitu melegenda di kalangan masyarakat Gresik khususnya warga Desa Gumeno -- Manyar, pasalnya kuliner ini sudah ada sejak 5 abad yang lalu.

Sunan Gunung Jati Kalahkan Kerajaan Pajajaran



Kisah Sunan Gunung Jati Mendirikan Kesultanan Cirebon

Kalahkan Pasukan Kerajaan Pajajaran

Syarif Hidayatullah yang lebih dikenal dengan nama Sunan Gunung Jati bersama ibunya meninggalkan Kesultanan Mesir menuju kerajaan Pajajaran. Tidak lama kemudian mendirikan Kesultanan Cirebon. Berikut ini kisahnya.
Setelah ayahnya meninggal dunia dan menyerahkan tahta  Kesultanan kepada adiknya, maka  Syarif hidayatullah dan ibunya, syarifah Muda’im, menuju  ke negeri Caruban Larang, Jawa Barat, pada tahun 1475 m. Tapi singgah dulu di Gujarat dan Pasai yang merupakan kota Islam yang cukup terkenal di dunia. Karena memang jalur menuju Pulau Jawa harus melewati dia negara itu menggunakan kapal laut.  
Setibanya di   negeri Caruban Larang Cirebon, mendapat  disambutan yang cukup meriah dari  Pangeran Cakrabuana dan keluarganya. Kemudian menetap dan tinggal di dekat  dengan makam gurunya, Syekh Datul Kahfi  di Pasambangan atau Gunungjati, Cirebon.
Syarifah muda’im dan putranya, syarif Hidayatullah, menersuhkan Padepokan Giri Amparan Jati yang telah didirikan  gurunya itu. Dalam perkembangannya  nama Syarif Hidayatullah  dikenal dengan sebutan Sunan Gunung Jati.
Setelah sukses mengasuh Padepokan Giri Amparan Jati menikah dengan putri  Pangeran Cakrabuana yaitu Nyi Pakungwati.  Pada tahun 1479 M. Pangeran Cakrabuana karena usianya sudah lanjut, menyerahkan kekuasaan Negeri Caruban Larang kepada Syarif Hidayatullah dengan gelar susuhunan yang berarti orang yang dijunjung tinggi.
Pada tahu pertama pemerintahannya, Syarif Hidayatullah berkunjung ke Pajajaran untuk mengunjungi kakeknya, yaitu Prabu Siliwangi. Sang prabu diajak masuk Islam, tetapi tidak mau. Meskipun Prabu Siliwangi tidak mau masuk Islam, ia tidak menghalangi cucunya menyiarkan agama Islam di wilayah Pajajaran. Kemudian Syarif Hidayatullah melanjutan perjalanan ke Serang, Banten.
Penduduk serang sudah ada yang masuk Islam karena banyak saudagar Arab dan Gujarat yang sering singgah ke tempat itu. Meskipun demikian, kedatangan Syarif Hidayatullah disambil baik oleh adipati Banten. Bahkan Syarif Hidayatullah kemudian dijodohkan degan putri adipati Banten yang bernama Nyi Kawungten. Dari perkawinan ini, ia dikaruniai dua orang anak, yaitu Nyi Rabu Winaon dan Pangeran Sebakingking.
Selain itu, Syarif Hidayatullah membangun hubungan dengan Kesultanan Demak Bintoro dan Walisongo. Hal tersebut  menginspirasi untuk mendirikan Kesultanan Pakungwati  setelah menggantikan kedudukan Pangeran Cakrabuana di Negeri  Caruban Larang. Kemudian  ia memproklamirkan diri sebagai raja dengan gelar sultan.
Dengan berdirinya kesultanan tersebut, Cirebon tidak lagi mengirim upeti kepada Pajajaran yang biasanya disalurkan lewat kadipaten Galuh. Namun, tindakan ini dianggap sebagai pembangkangan oleh raja Pajajaran. Ia tidak peduli terhadap orang yang berdiri di balik Kesultanan Cirebon. Maka, ia mengirimkan pasukan prajurit pilihan yang dipimpin oleh Ki Jagabaya.
Hubungan dengan Cina
Tugas mereka adalah menangkap Syarif Hidayatullah yang dianggap telah lancang mengangkat diri sebagai raja tandingan Pajajaran.Tapi, usaha ini tidak berhasil, Ki Jagabaya dan anak buahnya malah tidak kembali ke Pajajaran. Mereka masuk Islam dan menjadi pengikut Syarif Hidayatullah. Maka pengaruh Kesultanan Pakungwati semakin bertambah besar karena prajurit dan perwira pilihan Pajajaran bergabung ke Cirebon. Berbagai daerah lain, seperti Surantaka, Japura, Wana Giri dan Telaga, juga menyatakan diri menjadi wilayah Kesultanan Pakungwati di Cirebon.
Setelah pelabuhan Muara Jati diperluas, maka semakin bertambah besar pengaruh Kesultanan Pakungwati. Banyak pedagang besar negeri asing yang datang menjalin pershabatan, di antaranya negeri Tiongkok. Bahkan salah seorang keluarga istana Cirebon menikah dengan pembesar negeri Cina yang berkunjung ke Cirebon, yaitu Ma Huan. Maka, jalinan antara Cirebon dan negeri Cina semakin erat. HUSNU MUFID

Syekh Siti Jenar mendirikan Padukuhan Lemah Abang


Kisah Syekh Siti Jenar Mendirikan  Padukuhan Lemah Abang

Banyak Umat Tertarik Sistem Pengajarannya

Setelah Syekh Datuk Kahfi meninggal dunia, Padepokan Giri Amparan Jati diasuh oleh Pangeran Panjunan atas restu Sultan Syarif Hidayatullah yang merupakan teman seperguruannya. Kemudian Syekh Siti Jenar keluar dan memilih berdakwah diluar padepokan tersebut dan mendirikan Padukuhan Lemah Abang. Berikut ini kisahnya.


Syekh Siti Jenar meninggalkan Padepokan Giri Amparan Jati menuju Astana Japura. Untuk mendirikan Padukuhan Lemah Abang.  Dalam kurun waktu yang tdak terlalu lama. Berkembang dengan pesat. Banyak masyarakat yang tertarik dengan sistem pangajarannya ada. Dimana seorang murid  dapat bertanya secara langsung seperti di masjid-masjid Bagdad.
Oleh karena itu,  dalam waktu singkat murid-muridnya datang dari berbagai daerah. Mereka berasal dari Cirebon, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kerawang dan Palembang.
Sedangkan Padepokan Giri Amparan Jati mengalami penurunan yang cukup drastis dari segi jumlah santri. Banyak murid yang pindah ke Padepokan Lemah  Abang yang baru didirikan itu. Fenomena  membuat banyak orang dan kalangan istana Cirebon ingin tahu apa yang menjadi daya tarik. Khususnya kalangan bangsawan yang berilmu.
Banyaknya masyarakat yangt tertarik untuk belajar membuat nama Padukuhan Lemah Abang di Astana Japura makin terkenal dan besar melebihi Padepokan
Giri Amparan Jati yang kian lama jumlah muridnya semakin surut. Jumlah santri yang dimiliki tidak sebesar jamannya Syekh Datuk Kahfi .
Sehingga padepokan yang dulunya ramai dengan suara santri-saantri yang mengaji berubah menjadi sunyi. Pangeran Panjunan tidak mampu mengembangkan Padepokan yang didirikan Syakh Datuk Kahfi. Sementara
suasana Padepokan Lemah Abang yang didirikan oleh Syekh Siti Jenar semakin ramai dengan jumlah santri yang semakin meningkat tajam. Aktifitas kegiatan belajar mengajar semakin padat.
Suara bacaan al- Qur’an selalu menggema dan zikir di udara. Santri-santri  terus mengalir datang dari berbagai penjuru kota dan desa. Bahkan ada yang dari tanah sebrang. Yaitu Malaka dan Sumatra. Syekh Siti Jenar pun selalu menerima calon santri-santri darimanapun tanpa membedakan anak siapa dan dari keluarga manapun. Yang penting mau belajar dengan sungguh sungguh.
Santri kaya maupun miskin diterima semua tanpa ada perbedaan.
Sesekali waktu menyempatkan diri berdakwah di tengah-tengah masyarakat. Tanpa harus meminta bayaran. Baginya menyampaikan ajaran Islam merupakan suatu kewajiban yang harus dilakukan bagi seseorang yang
memiliki ilmu. Mengingat waktu itu kondisi masyarakat masih banyak yang memeluk agama lain.
Oleh karena itu nama Syekh Siti Jenar semakin bersinar dan terkenal. Banyak orang yang ingin bertemu dan bertukar pikiran mengenai keyakinan agama.
Bagi Syekh Siti Jenar tukar pikiran dengan orang beragama lain merupakan kesempatan yang baik. Karena akan mampu mengubah pikiran orang
tersebut untuk berpindah agama.  

Di Kerawang Bekasi
Setelah sukses mendirikan dan mengembangkan Padukuhan Lemah Abang di Astana Japura, makaselanjutnya Syekh Siti Jenar ingin mendirikan
Padukuhan di wilayah barat. Yaitu Karawang dan Bekasi. Dimana daerah ini dulunya masuk ke dalam wilayah kekuasaan Raja Mulawarman penguasa
kerajaan Tarumanegara yang berdiri tahun 450 M.
Tujuannya menyampaikan ajaran yang selama ini telah diyakini. Selain itu, untuk mengembangkan tatanan masyarakat muslim dan membentuk model
pendidikan terbaru.Keinginan itu akhirnya dilakukan dengan mengajak
sepuluh murid-muridnya yang senior menuju ke
Kerawang dan Bekasi. Dikedua daerah ini, ia membentuk Padukuhan Lemah Abang sebagaimana yang telah didirikan di Astana Japura Cirebon.
Kehadirannya di  Kerawang dan Bekasi tidak menemui masalah yang cukup berarti. Dakwahnya berjalan lancar. Padahal daerah tersebut merupakan
pusat agama Hindu yang pertama kali ada di pulau Jawa. Yaitu kerajaan Tarumanegara dengan rajannya Kudungga.
Dalam dakwahnya ia dibantu oleh sepuluh muridnya. Dalam waktu singkat Padukuhan yang dibangun itu  berkembang cukup pesat. Murid-muridnya berdatangan dari berbagai daerah. Anak-anak muda yang belum mengenal agama Islam merasa tertarik. Karena cara mengajarnya langsung bisa bertanya pada saat pengajaran berlangsung.
Bukti-bukti tentang pernah adanya Syekh Siti Jenar menyebarkan ajarannya di pulau Jawa bagian Barat itu adanya sebuah desa atau kecamatan bernama
Lemah Abang. Nama ini sebenarnya berasal dari Jawa bagian tengah atau timur. Bahkan situs-situsnya masih ada.
Di Padukuhan yang dibangun itu Syekh Siti Jenar menerapkan sistem pendidikan yang selama ini dipelajari di Bagdad. Ia bagaikan penguasa yang
tidak ada yang menghalangi. Oleh karena itu, semua ajarannya tentang Wahdatul Wujud terlaksana dengan baik. Tidak ada masyarakat yang
menghalangi. Karena memang tidak ada wali yang memiliki pemikiran berbeda dengan dia.
Tidak heran ajaran yang diajarkan kepada murid-muridnya berjalan mulus tanpa ada yang menghambat. Demikian pula, dengan murid-muridnya
dalam mempelajari ajaran manunggaling kawulo gusti secara bebas. Tanpa ada yang mengamati dan menyalahkan. HUSNU MUFID