Jumat, 05 Juli 2013

Ritual Ziarah Walisongo Posmo 2013/Riwas







Ritual Ziarah Walisongo (Riwas posmo 2013)

Menemukan Rahasia Hikmah Dibalik Perjalanan Ziarah


Alhamdulillah... rasa lelah dan resah dalam menempuh perjalanan panjang selama tiga hari akhirnya rombongan Riwas XIII 2013 tiba juga di kantor posmo yang berada di Jalan Gayung Kebonsari 16 Surabaya, Senin (24/6) pukul 12.00 WIB. Dari pantauan wartawan posmo, ada yang berbeda dengan Riwas sebelumnya. Ada apa ya? Berikut liputannya?

Pada Jumat (21/6) sekitar pukul 06.30 WIB seluruh peserta Riwas ke-13 yang diselengarakan posmo setiap tahunnya terlihat sudah memadati halaman kantor posmo yang berada di Jalan Gayung Kebonsari 16 Surabaya. Setelah mendapatkan sambutan dari Direktur Tabloid posmo H. Achmad Zubairi dan kiai pembimbing H. Minhajul Abidin rombongan menuju ke makam-makam para wali.
Rombongan riwas pun mulai melakukan ziarah ke makam Mbah Bungkul yang berada kawasan hutan kota Surabaya. Sebagai pembuka, sebelum melakukan ritual ke wali-wali lain, sekitar setengah jam melakukan ritual di makam Mbah Bungkul dengan membaca yasin dan tahil.
Rombongan pun melanjutkan perjalanan ke makam Sunan Ampel yang berada di Jl KH Mas Mansyur Kelurahan Ampel, Semampir, Surabaya. Tak ubahnya di ritual sebelumnya, di pusara Kanjeng Sunan Ampel pun peserta Riwas diajak untuk membacakan doa, yasin, dan tahlil. Setelah itu, rombongan Riwas menuju makam Syekh Maulana Malik Ibrahim dan diteruskan dengan salat Jumat bersama di Masjid Agung Gresik, Jawa Timur.
Rasa lelah pun mulai terasa. Meskipun begitu, semua tidak terhiraukan. Lantaran semua yang dilakukan posmo dan rombongan Riwas kali ini hanya semata-mata untuk mengenang jejak sang wali di tanah Jawa dalam melakukan syiar agama Islam. Sekitar pukul 01.30 WIB perjalanan dilanjutkan ke makam Kanjeng Sunan Giri dan kemudian dilanjutkan ke makam Sunan Drajat yang berada di Kawasan Desa Drajat, Paciran, Lamongan. Kemudian dilanjutkan ke ka mam Syekh Asmoro Qondi dan makam Sunan Bonang yang berada di daerah Tuban.
Setelah ziarah seharian di makam wali-wali di wilayah Jawa Timur, rombongan Riwas pun melanjutkan ke hotel untuk istirahat dan melanjutkan ziarah ke makam wali-wali yang berada di Jawa Tengah. Perjalanan riwas di hari kedua pada Sabtu (22/6) dilakukan sekitar pukul 08.00 WIB mulai dengan melakukan perjalanan ziarah ke makam Sunan Muria.
Dilanjutkan ke makam Sunan Kudus, makam Kanjeng Sunan Kalijaga, dan diteruskan ke Masjid Demak. Sekitar pukul 22.00 WIB peserta langsung menuju makam Kanjeng Sunan Gunung Jati yang berada di puncak Gunung Sumbing.
Ziarah merupakan perjalanan ruhani, maka sejak melangkah dari rumah sudah harus disadari karena secara badaniah akan berbeda, atau jangan disamakan seperti di rumah sendiri, baik ketika kita makan minum, mandi, maupun tidur. Maka kita harus ikhlas menerima apa pun dalam perjalanan, dengan begitu kita akan menerima hakikat rahasia, hikmah dari ziarah yang kita lakukan. ”Seribu gemblengan, seribu ilmu tidak akan berarti bagi kita kalau tidak ikhlas. Lebih baik menerima satu kata dengan ikhlas yang akan menjadikan hikmah dan berkah dalam kehidupan kita selanjutnya, amin. Maka ikuti ziarah terus dengan begitu kita akan menemukan rahasia, hikmah di balik perjalanan ziarah,” kata Tatit, peserta Riwas dari Malang.

Hidayah Mualaf

Tiba di makam Raden Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) sekitar pukul 08.00 WIB. Rombongan Riwas langsung berkumpul dan berdoa dengan membaca yasin dan tahlil serta sholawat. Sekitar 1 jam melakukan ritual dengan khidmat, berikutnya menuju ke makam Syekh Datul Kahfi di Gunung Jati. Seperti di makam-makam sebelumnya, setelah uluk salam kepada Syekh Datul Kahfi, rombongan Riwas XIII duduk bersila, membaca fatihah, membaca tahlil, dan salawatan. Kemudian dilanjutkan dengan acara ramah tama, door prize dan hadiah tasbih karomah yang diberikan langsung oleh Direktur Tabloid Posmo H. Achmad Zubairi yang didapatkannya dari tanah suci Mekkah.
Tidak hanya itu, salah seorang peserta Riwas ke-13 (Nanang) meminta peserta Riwas lain (Pak Z Suwarno) untuk membaca syahadat dan surat Al Fatihah. Mudah bagi umat muslim. Tetapi sangat sulit bagi seorang mualaf. Kalau Pak Z bisa membaca keduanya, mereka akan siap menanggung biaya Riwas ke-14 yang akan dilaksanakan tabloid posmo pada tahun yang akan datang. Ternyata permintaan tersebut bisa dilaksanakan Pak Z, dan peserta Riwas yang menantang pun menepati janjinya.
Informasinya, Pak Z adalah seorang mualaf. Banyak rintangan yang harus dijalaninya. Sebab, keluarganya tidak bisa terima dengan keputusan pria berjengot putih yang terkenal ramah dan grapyak kepada sesama rombongan Riwas. Bukan itu saja, berkah dan hidayah Riwas kali ini buat Pak Z tidak cukup di situ. Sebab kiai Pembimbing H. Minhajul Abidin secara terbuka siap membimbing dan menjadikan Pak Z sebagai salah seorang santrinya di pondok. Dengan begitu Pak Z bisa menempuh ilmu agama Islam dengan gratis. HARIS




Ziarah Makam dan Kenaikan Tingkat Paguyuban Perisai Diri





Dari HUT Paguyuban Kesilatnas Perisai Diri Tahun 1955 di Surabaya

Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Paguyuban Kesilatnas  Indonesia Perisai Diri 1955  menggelar acara tabur bunga di makam Taman Pahlawan Wijaya Kusuma dan Pembekalan dan Ujian Kenaikan Tingkat. Berikut ini lporan posmo.

Peringatan Paguyuban Kesilatnas  Indonesia  Perisai Diri 1955 ke 58 mengambil  thema: “Dengan Semangat  Untuk Melestarikan , mempertahankan, mengembangkan ajaran RM. Subandiman  Dirdjoatmojo Secara Murni  dan Utuh” diawali dengan mengadakan ziarah ke Taman Makam Pahlawan Wijaya Kusuma Surabaya pada Minggu, (30/6) kemarin.
Hampir seluruh Pengurus Pusat Paguyuban Kesilatnas Perisai Diri 1955 hadir dalam acara tabur bunga tersebut. Seperti Dr. Suparyono, selaku ketua paguyuban, Dr I Komang, ketua yayasan, DYMM Sultan Suryo Alam, selaku pembina, Brigjend TNI Marinir (Pur) Subagyo Rahmad Pembina Perisai Diri, Bambang pendekar, dan sejumlah pengurus lainnya.
Juga hadir anggota Paguyuban Perisai Diri dari berbagai daerah Jawa Timur dan Jawa Tengah. Seperti dari Mojokerto, Surabaya, Pasuruan, Demak dan kota-kota lainnya. Mereka kekhusuk dalam mengikuti acara doa dan tabur bunga ke makam pahlawan yang gugur dalam pertempuran melawan tentara NICA 10 Nopember saat perang kemerdekaan.
Selain itu juga,  berziarah kepada anggota Perisai Diri  murid Raden Mas Subandiman  Dirdjoatmojo yang gugur dalam pertempuran melawan tentara Belanda dan Inggris  dan dimakamkan di Taman Pahlawan Wijaya Kusuma yaitu Kapten Pitoyo dan Mayor Edwad Pangalila. Perasaan haru menyelimuti seluruh pengurus pusat dang anggota Paguyuban Kesilatnas Perisai Diri saat melakukan tabur bunga.
Brigjend (Pur) Subagyo Rahmad Pembina Paguyuban Kesilatnas Perisai Diri Pusat mengatakan,  ziarah ke Makam Pahlawan Wijaya Kusuma untuk meneladani  apa yang telah dikorbankan  demi nusa dan bangsa. Sehingga nantinya seluruh keluarga besar Paguyuban Kesilatnas Perisai Diri memiliki rasa rela berkorban  membangun karakter bangsa Indonesia.
Usai acara ziarah dan tabur bunga di Taman Makam Pahlawan Wijaya Kusuma dilanjutkan acara Pembekalan dan Ujian Kenaikan Tingkat di Gedung Bulutangkis Rungkut Surabaya. Para pengurus pusat memberikan pembekalan kepada seluruh anggota yang akan mengikuti kenaikan tingkat selama beberapa jam. Tujuannya agar memiliki integritas, disiplin, loyalitas yang tinggi. Sehingga menjadi pendekar yang benar-benar mumpunya seperti Raden Mas  Subandiman Dirdjoatmojo.

13 Pendekar

Ada sekitar 13 belas pendekar yang diuji kemampuannya, baik bermain pedang,  tongkat, tarung bebas, peragaan teknik jurus Perisai Diri. Dalam ujuan tersebut dinyatakan lulus semua  karena telah mampu menguasai tehnik silat dan penggunakan senjata.
Diantara mereka yang telah dinyatakan lulus adalah Sunardi, SPd mendapat gelar Pendekar Madya, Sumardi  dari Demak menggaet sabuk Merah Kuning, Kamsani dari Demak meraih sabuk Merah Kuning, Solichin dari Surabaya meraih sabuk Merah Kuning.
Kemudian Supriyadi, Supri, Yeni Satriandari, Fatah Yasin dari Mojokerto meraih sabuk Merah. Sedangkan Siti Aisyah, Aprilia, Ahmad Taifik, Moch Rosul dari Mojokerto meraih sabuk Biru Merah. Untuk Moh Hadi Pratama dari Pasuruan meraih sabuk Biru
Merah.  Mereka semua menerima piagam penghargaan diatas panggung yang diberikan oleh pengurus pusat. Seluruh rangkaian acara berlangsung lancar. HUSNU MUFID        



HUT Perisai Diri Tahun 1955





Dari HUT Paguyuban Kesilatnas Perisai Diri Tahun 1955 di Surabaya

Ziarah Makam Pahlawan dan Ujian Kenaikan Tingkat

Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Paguyuban Kesilatnas  Indonesia Perisai Diri 1955  menggelar acara tabur bunga di makam Taman Pahlawan Wijaya Kusuma dan Pembekalan dan Ujian Kenaikan Tingkat. Berikut ini lporan posmo.

Peringatan Paguyuban Kesilatnas  Indonesia  Perisai Diri 1955 ke 58 mengambil  thema: “Dengan Semangat  Untuk Melestarikan , mempertahankan, mengembangkan ajaran RM. Subandiman  Dirdjoatmojo Secara Murni  dan Utuh” diawali dengan mengadakan ziarah ke Taman Makam Pahlawan Wijaya Kusuma Surabaya pada Minggu, (30/6) kemarin.
Hampir seluruh Pengurus Pusat Paguyuban Kesilatnas Perisai Diri 1955 hadir dalam acara tabur bunga tersebut. Seperti Dr. Suparyono, selaku ketua paguyuban, Dr I Komang, ketua yayasan, DYMM Sultan Suryo Alam, selaku pembina, Brigjend TNI Marinir (Pur) Subagyo Rahmad Pembina Perisai Diri, Bambang pendekar, dan sejumlah pengurus lainnya.
Juga hadir anggota Paguyuban Perisai Diri dari berbagai daerah Jawa Timur dan Jawa Tengah. Seperti dari Mojokerto, Surabaya, Pasuruan, Demak dan kota-kota lainnya. Mereka kekhusuk dalam mengikuti acara doa dan tabur bunga ke makam pahlawan yang gugur dalam pertempuran melawan tentara NICA 10 Nopember saat perang kemerdekaan.
Selain itu juga,  berziarah kepada anggota Perisai Diri  murid Raden Mas Subandiman  Dirdjoatmojo yang gugur dalam pertempuran melawan tentara Belanda dan Inggris  dan dimakamkan di Taman Pahlawan Wijaya Kusuma yaitu Kapten Pitoyo dan Mayor Edwad Pangalila. Perasaan haru menyelimuti seluruh pengurus pusat dang anggota Paguyuban Kesilatnas Perisai Diri saat melakukan tabur bunga.
Brigjend (Pur) Subagyo Rahmad Pembina Paguyuban Kesilatnas Perisai Diri Pusat mengatakan,  ziarah ke Makam Pahlawan Wijaya Kusuma untuk meneladani  apa yang telah dikorbankan  demi nusa dan bangsa. Sehingga nantinya seluruh keluarga besar Paguyuban Kesilatnas Perisai Diri memiliki rasa rela berkorban  membangun karakter bangsa Indonesia.
Usai acara ziarah dan tabur bunga di Taman Makam Pahlawan Wijaya Kusuma dilanjutkan acara Pembekalan dan Ujian Kenaikan Tingkat di Gedung Bulutangkis Rungkut Surabaya. Para pengurus pusat memberikan pembekalan kepada seluruh anggota yang akan mengikuti kenaikan tingkat selama beberapa jam. Tujuannya agar memiliki integritas, disiplin, loyalitas yang tinggi. Sehingga menjadi pendekar yang benar-benar mumpunya seperti Raden Mas  Subandiman Dirdjoatmojo.

13 Pendekar

Ada sekitar 13 belas pendekar yang diuji kemampuannya, baik bermain pedang,  tongkat, tarung bebas, peragaan teknik jurus Perisai Diri. Dalam ujuan tersebut dinyatakan lulus semua  karena telah mampu menguasai tehnik silat dan penggunakan senjata.
Diantara mereka yang telah dinyatakan lulus adalah Sunardi, SPd mendapat gelar Pendekar Madya, Sumardi  dari Demak menggaet sabuk Merah Kuning, Kamsani dari Demak meraih sabuk Merah Kuning, Solichin dari Surabaya meraih sabuk Merah Kuning.
Kemudian Supriyadi, Supri, Yeni Satriandari, Fatah Yasin dari Mojokerto meraih sabuk Merah. Sedangkan Siti Aisyah, Aprilia, Ahmad Taifik, Moch Rosul dari Mojokerto meraih sabuk Biru Merah. Untuk Moh Hadi Pratama dari Pasuruan meraih sabuk Biru
Merah.  Mereka semua menerima piagam penghargaan diatas panggung yang diberikan oleh pengurus pusat. Seluruh rangkaian acara berlangsung lancar. HUSNU MUFID        

Kenaikan Tingkat Paguyuban Kesilatnas Perisai Diri 1955

Dari HUT Paguyuban Kesilatnas Perisai Diri Tahun 1955 di Surabaya

Ziarah Makam Pahlawan dan Ujian Kenaikan Tingkat

Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Paguyuban Kesilatnas  Indonesia Perisai Diri 1955  menggelar acara tabur bunga di makam Taman Pahlawan Wijaya Kusuma dan Pembekalan dan Ujian Kenaikan Tingkat. Berikut ini lporan posmo.

Peringatan Paguyuban Kesilatnas  Indonesia  Perisai Diri 1955 ke 58 mengambil  thema: “Dengan Semangat  Untuk Melestarikan , mempertahankan, mengembangkan ajaran RM. Subandiman  Dirdjoatmojo Secara Murni  dan Utuh” diawali dengan mengadakan ziarah ke Taman Makam Pahlawan Wijaya Kusuma Surabaya pada Minggu, (30/6) kemarin.
Hampir seluruh Pengurus Pusat Paguyuban Kesilatnas Perisai Diri 1955 hadir dalam acara tabur bunga tersebut. Seperti Dr. Suparyono, selaku ketua paguyuban, Dr I Komang, ketua yayasan, DYMM Sultan Suryo Alam, selaku pembina, Brigjend TNI Marinir (Pur) Subagyo Rahmad Pembina Perisai Diri, Bambang pendekar, dan sejumlah pengurus lainnya.
Juga hadir anggota Paguyuban Perisai Diri dari berbagai daerah Jawa Timur dan Jawa Tengah. Seperti dari Mojokerto, Surabaya, Pasuruan, Demak dan kota-kota lainnya. Mereka kekhusuk dalam mengikuti acara doa dan tabur bunga ke makam pahlawan yang gugur dalam pertempuran melawan tentara NICA 10 Nopember saat perang kemerdekaan.
Selain itu juga,  berziarah kepada anggota Perisai Diri  murid Raden Mas Subandiman  Dirdjoatmojo yang gugur dalam pertempuran melawan tentara Belanda dan Inggris  dan dimakamkan di Taman Pahlawan Wijaya Kusuma yaitu Kapten Pitoyo dan Mayor Edwad Pangalila. Perasaan haru menyelimuti seluruh pengurus pusat dang anggota Paguyuban Kesilatnas Perisai Diri saat melakukan tabur bunga.
Brigjend (Pur) Subagyo Rahmad Pembina Paguyuban Kesilatnas Perisai Diri Pusat mengatakan,  ziarah ke Makam Pahlawan Wijaya Kusuma untuk meneladani  apa yang telah dikorbankan  demi nusa dan bangsa. Sehingga nantinya seluruh keluarga besar Paguyuban Kesilatnas Perisai Diri memiliki rasa rela berkorban  membangun karakter bangsa Indonesia.
Usai acara ziarah dan tabur bunga di Taman Makam Pahlawan Wijaya Kusuma dilanjutkan acara Pembekalan dan Ujian Kenaikan Tingkat di Gedung Bulutangkis Rungkut Surabaya. Para pengurus pusat memberikan pembekalan kepada seluruh anggota yang akan mengikuti kenaikan tingkat selama beberapa jam. Tujuannya agar memiliki integritas, disiplin, loyalitas yang tinggi. Sehingga menjadi pendekar yang benar-benar mumpunya seperti Raden Mas  Subandiman Dirdjoatmojo.

13 Pendekar

Ada sekitar 13 belas pendekar yang diuji kemampuannya, baik bermain pedang,  tongkat, tarung bebas, peragaan teknik jurus Perisai Diri. Dalam ujuan tersebut dinyatakan lulus semua  karena telah mampu menguasai tehnik silat dan penggunakan senjata.
Diantara mereka yang telah dinyatakan lulus adalah Sunardi, SPd mendapat gelar Pendekar Madya, Sumardi  dari Demak menggaet sabuk Merah Kuning, Kamsani dari Demak meraih sabuk Merah Kuning, Solichin dari Surabaya meraih sabuk Merah Kuning.
Kemudian Supriyadi, Supri, Yeni Satriandari, Fatah Yasin dari Mojokerto meraih sabuk Merah. Sedangkan Siti Aisyah, Aprilia, Ahmad Taifik, Moch Rosul dari Mojokerto meraih sabuk Biru Merah. Untuk Moh Hadi Pratama dari Pasuruan meraih sabuk Biru
Merah.  Mereka semua menerima piagam penghargaan diatas panggung yang diberikan oleh pengurus pusat. Seluruh rangkaian acara berlangsung lancar. HUSNU MUFID