Selasa, 13 November 2012

Polemik Patung di Surabaya

Puluhan massa yang mengatasnamakan Pemuda Madura menggelar aksi di monumen patung karapan sapi di Jalan Basuki Rahmat Surabaya, Selasa (13/11/2012) siang. Mereka memprotes aksi Angkatan Muda Pembaruan Indonesia (AMPI) Surabaya, yang kemarin menyerukan penggusuran patung karapan sapi untuk diubah menjadi patung pahlawan. Pernyataan AMPI Surabaya kemarin, kata juru bicara aksi, Muhammad Irham, adalah bentuk penghinaan dan pelecehan terhadap simbol budaya Madura. "Simbol kepahlawanan bukan berarti menggusur simbol budaya lokal. Patung kArapan sapi adalah simbol budaya Madura, bahkan lebih dikenal orang dengan simbol Jawa Timur," katanya. Karena itu, pihaknya mendesak AMPI Surabaya untuk segera meminta maaf kepada masyarakat Madura secara terbuka di media dalam 3 kali 24 jam. "Kami juga akan melaporkan masalah ini ke Polrestabes Surabaya sebagai aksi penghinaan, kami sudah kumpulkan buktinya," terang Irham. Kemarin sore, puluhan massa AMPI Surabaya juga menggelar aksi di tempat yang sama. mereka prihatin, Kota Surabaya yang memiliki gelar Kota Pahlawan, tidak banyak ditemui simbol-simbol pahlawan, justru lebih banyak ditemui taman-taman kota yang menghilangkan jati diri sebagai kota pahlawan. Dalam aksi kemarin, Massa AMPI secara simbolis menutup patung karapan sapi yang diresmikan Presiden Soeharto pada 1990 itu dengan kain hitam melingkar. Mereka juga membawa poster yang berisi kecaman kepada Pemkot Surabaya yang dianggap tidak menghiraukan status Kota Pahlawan dengan lebih sering membangun taman kota daripada patung pahlawan. husnu mufid

Jumat, 09 November 2012

Sejarah Resolusi Jihad

Dewan Koordinator Wilayah Garda Bangsa Jawa Timur menuntut pemerintah mengakui dan memasukan Resolusi Jihad NU sebagai bagian dari dokumen resmi sejarah kemerdekaan bangsa Indonesia. Sebab, fakta sejarah menyatakan peristiwa 10 November 1945 di Surabaya, yang merupakan tonggak utama berdirinya bangsa Indonesia bermula dari Resolusi Jihad NU. Ironisnya, kata Ketua DKW Garda Bangsa Jawa Timur Zaini Nashirudin, pemerintah seolah sengaja melabur hitam sejarah Resolusi Jihad NU. "Pemerintah sudah mengabaikan kiprah serta peranan tokoh-tokoh NU dalam sejarah perjalanan bangsa. Salah satu bukti nyata adalah tidak adanya dokumen resmi yang menorehkan sejarah tentang Resolusi Jihad NU dalam apaya kemerdekaan bangsa Indonesia," teriak Zaini dalam Aksi Resolusi Jihad NU di Jembatan Merah, Surabaya, Jum'at (9/11/2012). Aksi menuntut pengakuan Resolusi Jihad dihadiri para aktivis DPW PPKB Jawa Timur, DPW Gerakan Mahasiswa Satu Bangsa Jawa Timur, PMII Jawa Timur, IKAPMII Surabaya, Gusdurian, dan segenap nahdliyin dari berbagai wilayah. Dalam orasinya di Jembatan Merah, Zaini mengingatkan bawa peran penting tokoh NU tidak dapat dilepaskan dalam tonggak berdirinya bangsa Indonesia, khususnya saat peristiwa 10 November 1945 di Surabaya. Untuk diketahui, sebagai kota industri terbesar saat itu, Surabaya merupakan pusat pergerakan dan berkumpulnya santri Nahdlatul Ulama. Di kota pelabuhan ini jugalah para pemuda pesantren yang dekat dengan para kiai membentuk perkumpulan yang bernama Syubbanul Wathon, Pemuda Tanah Air. Ketika pasukan Sekutu dan Belanda tiba di Surabaya, Soekarno menemui KH Hasyim Asy'ari dan atas permintaan sang tokoh NU itulah, umat Islam, khususnya warga pesantren tidak segan-segan bertempur di medan perang. “Kiai, dos pundi Inggris datang niku, gimana umat Islam menyikapinya,” tanya Soekarno kepada KH Hasyim Asy’ari. Mendapat pertanyaan tersebut, KH Hasyim Asy’ari menjawab dengan tegas. “Lho Bung, umat Islam jihad fisabilillah untuk NKRI, ini Perintah Perang!” ujar Zaini menirukan dialog dua pahlawan nasional tersebut. Usai pertemuan itu, dikisahkan KH. Hasyim Asy’ari memanggil Kiai Wahab Chasbullah, Kiai Bisri Syamsuri dan para kiai lainnya untuk mengumpulkan para kiai se-Jawa dan Madura berkumpul di Surabaya untuk segera mengadakan rapat darurat, dipimpin Kiai Wahab Chasbullah. Hasilnya, pada 23 Oktober, KH Hasyim Asy’ari mendeklarasikan seruan jihad fi sabilillah yang terkenal dengan istilah Resolusi Jihad. Segera setelah itu, pesantren-pesantren di Jawa dan Madura menjadi markas pasukan non regular pasukan Hizbullah dan Sabilillah dan tinggal menunggu komando. "Pengajian-pengajian telah berubah menjadi pelatihan menggunakan senjata. Pada kondisi ini pesantren-pesantren didatangi para pejuang dari berbagai kalangan untuk meminta kesaktian para kiai untuk menghadapi pasukan Belanda dan Sekutu dengan persenjataan beratnya. Ribuan kiai dan santri dari Jawa dan Madura mulai bergerak ke Surabaya,” paparnya. Dijelaskan, Bung Karno sengaja menemui KH Hasyim Asy’ari karena pengaruhnya yang sangat besar di kalangan umat Islam. Selain itu, pasukan PETA yang terbentuk saat itu semua komandan batalyonnya adalah ulama. Di antaranya Panglima Divisi Suropati Kiai Imam Sujai, Divisi Ranggalawe Panglimanya Jatikusumo, kemudian di Jawa Barat komandan resimennya Kiai Haji Noor Ali. "Pilihan Soekarno menemui K.H Hasyim Asy’ari tepat, karena mampu menggerakkan umat Islam saat itu. Dampak perangnya pun luar biasa, pertempuran Surabaya bagaikan neraka bagi pasukan Sekutu. Orang bisa mati-matian berperang karena perintah jihad tadi. Sehingga, hari Pahlawan 10 November tidak bisa dilepaskan dari Resolusi Jihad NU,” Zaini mengisahkan. Lebih lanjut dalam orasinya, Zaini juga menyoal penetapan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sebagai Pahlawan Nasional yang kembali tertunda karena sebab yang tidak jelas. Padahal, menurutnya, persyaratan untuk pemberian gelar pahlawan nasional, sesuai pasal 25 UU Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan, seluruhnya telah terpenuhi. "Mengapa pemerintah lambat dalam menganugerahkan Gelar Pahlawan Nasional kepada Gus Dur? Ini juga salah satu bukti nyata pengabaian pemerintah terhadap kiprah serta peranan tokoh-tokoh NU," kritiknya.husnu mufid

Kamis, 01 November 2012

Makam Nabi, Situs Wajib Dipertahankan

Sebagai sebuah bangunan, makam Nabi Muhammad SAW merupakan situs berharga yang wajib dipertahankan. Tak ada dalih yang membenarkan aksi perusakan bangunan suci itu meski atas nama renovasi. Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) H Iqbal Sulam menyatakan, sebagaimana Ka’bah makam Nabi merupakan bagian dari warisan penting sejarah umat Islam yang mesti dihormati. “Situs harus dipertahankan,” tegasnya di kantor PBNU, Jakarta Pusat, Kamis (1/10). Seperti dikabarkan beberapa media, pemerintahan Arab Saudi tengah merencanakan renovasi Masjid Nabawi di Madinah. Proyek dalam rangka perluasan area masjid ini disinyalir akan mengusik sejumlah situs sejarah, termasuk makam Nabi. Ketua PBNU yang juga pakar arsitektur bangunan ini menjelaskan, penghancuran bangunan tak bisa secara mudah dilakukan. Sebelum eksekusi, seseorang harus memperhatikan perundang-undangan tentang cagar budaya yang berlaku. Apalagi, hal itu menyangkut seluruh umat Islam. “Kalau hanya mempebaiki, memperindah, tidak ada masalah. Karena bangunan makam sebetulnya berubah-ubah,” tambahnya. Tempat persemayaman Rasulullah telah mengalami perombakan beberapa kali, seperti dilakukan oleh Siti Aisyah, Khalifah Umar bin Khathab, dan Umar bin Abdul Azis. Kendati dilakukan perubahan dari segi bangunan fisik, makam tetap dibiarkan utuh tanpa dirusak ataupun diratakan. Menurut Iqbal, selain sebagai tempat ibadah, makam Nabi juga berdampak bagi kehidupan ekonomi yang luar biasa. “Situs (Nabi) itu kan bentuk penghormatan terhadap Nabi. Di samping menjadi tempat yang menarik minat orang untuk datang,” ujarnya. Pihaknya optimis, pemerintah Arab Saudi tidak akan gegabah menghancurkan makam Nabi. Seperti juga Ka'bah, ia berharap proses renovasi hanya terfokus pada sekeliling bangunan situs. husnu mufid

Nasional PBNU Cermati Isu Pembongkaran Makam Nabi SAW

Ramainya pemberitaan rencana pembongkaran makam Rasulullah oleh pemerintah Arab Saudi, mengejutkan banyak umat Islam. Terkait warga NU yang meminta kejelasan, PBNU mencoba meredakan kegelisahan tersebut. “Kita harus mengejar kebenaran pemberitaan itu terlebih dahulu. Kalau PBNU langsung mengambil sikap, nanti dulu dong,” kata Katib Aam PBNU KH Malik Madani, kepada NU Online per telepon, Kamis (1/11) siang. "Saya sendiri baru mendengar pemberitaan begitu," imbuhnya. Pemberitaan tersebut mesti dikaji mendalam. Media online terutama di jagad internasional, begitu banyak. Media yang melansir pemberitaan tersebut harus jelas. Dengan begitu, kebenarannya bisa dipertanggungjawabkan. Menurutnya, pemberitaan tersebut memuat isu yang sangat sensitif di kalangan umat Islam. Keberadaan makam Rasulullah di Masjid Nabawi, Kota Madinah, melibatkan kepentingan umat Islam sedunia. Makam Rasulullah adalah salah satu simbol pemersatu jama'ah Islam di seluruh dunia, tambahnya. Ini pula yang melahirkan gerakan Komite Hijaz di awal 1900-an yang dimotori para kiai-kiai NU dalam membela antara lain keberlangsungan makam Rasulullah dan kebebasan bermazhab di Arab Saudi. Seputar isu pemekaran Masjid Nabawi, PBNU tentu sepakat. Karena, pemekaran itu menyangkut kebutuhan untuk menampung jamaah haji yang terus membeludak. Tuntutan kebutuhan itu harus segera diatasi dengan pemekaran, katanya. Pemekaran bukan bermakna pembongkaran terhadap makam Rasulullah. Bagi KH. Malik, kedua hal tersebut harus dipisahkan. Kalau pemberitaan tersebut terbukti kebenarannya di kemudian hari, maka PBNU akan melakukan gerakan Komite Hijaz Jilid II. Kiai Malik Madani mengingatkan bahwa pemilik makam Rasulullah adalah umat Islam sedunia, bukan pemerintah Arab Saudi. husnu mufid