Senin, 05 Februari 2018

Syekh Siti Jenar mendirikan Padukuhan Lemah Abang


Kisah Syekh Siti Jenar Mendirikan  Padukuhan Lemah Abang

Banyak Umat Tertarik Sistem Pengajarannya

Setelah Syekh Datuk Kahfi meninggal dunia, Padepokan Giri Amparan Jati diasuh oleh Pangeran Panjunan atas restu Sultan Syarif Hidayatullah yang merupakan teman seperguruannya. Kemudian Syekh Siti Jenar keluar dan memilih berdakwah diluar padepokan tersebut dan mendirikan Padukuhan Lemah Abang. Berikut ini kisahnya.


Syekh Siti Jenar meninggalkan Padepokan Giri Amparan Jati menuju Astana Japura. Untuk mendirikan Padukuhan Lemah Abang.  Dalam kurun waktu yang tdak terlalu lama. Berkembang dengan pesat. Banyak masyarakat yang tertarik dengan sistem pangajarannya ada. Dimana seorang murid  dapat bertanya secara langsung seperti di masjid-masjid Bagdad.
Oleh karena itu,  dalam waktu singkat murid-muridnya datang dari berbagai daerah. Mereka berasal dari Cirebon, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kerawang dan Palembang.
Sedangkan Padepokan Giri Amparan Jati mengalami penurunan yang cukup drastis dari segi jumlah santri. Banyak murid yang pindah ke Padepokan Lemah  Abang yang baru didirikan itu. Fenomena  membuat banyak orang dan kalangan istana Cirebon ingin tahu apa yang menjadi daya tarik. Khususnya kalangan bangsawan yang berilmu.
Banyaknya masyarakat yangt tertarik untuk belajar membuat nama Padukuhan Lemah Abang di Astana Japura makin terkenal dan besar melebihi Padepokan
Giri Amparan Jati yang kian lama jumlah muridnya semakin surut. Jumlah santri yang dimiliki tidak sebesar jamannya Syekh Datuk Kahfi .
Sehingga padepokan yang dulunya ramai dengan suara santri-saantri yang mengaji berubah menjadi sunyi. Pangeran Panjunan tidak mampu mengembangkan Padepokan yang didirikan Syakh Datuk Kahfi. Sementara
suasana Padepokan Lemah Abang yang didirikan oleh Syekh Siti Jenar semakin ramai dengan jumlah santri yang semakin meningkat tajam. Aktifitas kegiatan belajar mengajar semakin padat.
Suara bacaan al- Qur’an selalu menggema dan zikir di udara. Santri-santri  terus mengalir datang dari berbagai penjuru kota dan desa. Bahkan ada yang dari tanah sebrang. Yaitu Malaka dan Sumatra. Syekh Siti Jenar pun selalu menerima calon santri-santri darimanapun tanpa membedakan anak siapa dan dari keluarga manapun. Yang penting mau belajar dengan sungguh sungguh.
Santri kaya maupun miskin diterima semua tanpa ada perbedaan.
Sesekali waktu menyempatkan diri berdakwah di tengah-tengah masyarakat. Tanpa harus meminta bayaran. Baginya menyampaikan ajaran Islam merupakan suatu kewajiban yang harus dilakukan bagi seseorang yang
memiliki ilmu. Mengingat waktu itu kondisi masyarakat masih banyak yang memeluk agama lain.
Oleh karena itu nama Syekh Siti Jenar semakin bersinar dan terkenal. Banyak orang yang ingin bertemu dan bertukar pikiran mengenai keyakinan agama.
Bagi Syekh Siti Jenar tukar pikiran dengan orang beragama lain merupakan kesempatan yang baik. Karena akan mampu mengubah pikiran orang
tersebut untuk berpindah agama.  

Di Kerawang Bekasi
Setelah sukses mendirikan dan mengembangkan Padukuhan Lemah Abang di Astana Japura, makaselanjutnya Syekh Siti Jenar ingin mendirikan
Padukuhan di wilayah barat. Yaitu Karawang dan Bekasi. Dimana daerah ini dulunya masuk ke dalam wilayah kekuasaan Raja Mulawarman penguasa
kerajaan Tarumanegara yang berdiri tahun 450 M.
Tujuannya menyampaikan ajaran yang selama ini telah diyakini. Selain itu, untuk mengembangkan tatanan masyarakat muslim dan membentuk model
pendidikan terbaru.Keinginan itu akhirnya dilakukan dengan mengajak
sepuluh murid-muridnya yang senior menuju ke
Kerawang dan Bekasi. Dikedua daerah ini, ia membentuk Padukuhan Lemah Abang sebagaimana yang telah didirikan di Astana Japura Cirebon.
Kehadirannya di  Kerawang dan Bekasi tidak menemui masalah yang cukup berarti. Dakwahnya berjalan lancar. Padahal daerah tersebut merupakan
pusat agama Hindu yang pertama kali ada di pulau Jawa. Yaitu kerajaan Tarumanegara dengan rajannya Kudungga.
Dalam dakwahnya ia dibantu oleh sepuluh muridnya. Dalam waktu singkat Padukuhan yang dibangun itu  berkembang cukup pesat. Murid-muridnya berdatangan dari berbagai daerah. Anak-anak muda yang belum mengenal agama Islam merasa tertarik. Karena cara mengajarnya langsung bisa bertanya pada saat pengajaran berlangsung.
Bukti-bukti tentang pernah adanya Syekh Siti Jenar menyebarkan ajarannya di pulau Jawa bagian Barat itu adanya sebuah desa atau kecamatan bernama
Lemah Abang. Nama ini sebenarnya berasal dari Jawa bagian tengah atau timur. Bahkan situs-situsnya masih ada.
Di Padukuhan yang dibangun itu Syekh Siti Jenar menerapkan sistem pendidikan yang selama ini dipelajari di Bagdad. Ia bagaikan penguasa yang
tidak ada yang menghalangi. Oleh karena itu, semua ajarannya tentang Wahdatul Wujud terlaksana dengan baik. Tidak ada masyarakat yang
menghalangi. Karena memang tidak ada wali yang memiliki pemikiran berbeda dengan dia.
Tidak heran ajaran yang diajarkan kepada murid-muridnya berjalan mulus tanpa ada yang menghambat. Demikian pula, dengan murid-muridnya
dalam mempelajari ajaran manunggaling kawulo gusti secara bebas. Tanpa ada yang mengamati dan menyalahkan. HUSNU MUFID


0 komentar:

Posting Komentar

silahkan komentar melalui emai
sialahkan saja melakukan demonstrasi, akan tetapi gunakanlah dengan cara-cara damai dan jangan sampai memacetkan jalan raya yang merugikan masyarakat